Waktu tak pernah ingkar janji. Ia selalu bergerak maju. Ia akan selalu menepatinya. Kita tak dapat menghentikan waktu. Bahkan kita harus mengikutinya. Meski dengan langkah tertatih. Harus tetap seiring.
Atau dengan langkah secepat angin? Meski jika kita berjalan secepat angin pun, kita tak bisa berada di depan sang waktu. Kita dan waktu, tetap akan berjalan dengan beriringan.
Saat berjalan beiringan, tak terasa ada yang tertinggal di belakang. Hanya bisa lihat, tetapi tak bisa diraih. Hanya bisa dinikmati, tapi tak bisa kembali kepadanya. Waktu memberikan nama padanya: Kenangan.
Kita tak dapat memungkiri bahwa waktu memberikan kita banyak kenangan. Berbagai kenangan, indah, buruk, sedih, gundah gulana, bahagia, senang, tetap saja merupakan suatu kenangan. Kenangan juga yang membuat kita merasa, bahwa kita pernah mengalami masa-masa lalu. Masa-masa di mana pernah kecil dan muda seumuran dengan "sang waktu punya kita". Dan "kenangan punya kita" itu akan selalu berumur lebih muda dari kita, tak pernah bisa lebih tua.
Saya menyukai kenangan indah dan bahagia. Sedangkan kenangan sedih dan gundah gulana, sebaiknya dibuang ke laut. Biar laut membawanya, kemudian memberikan kepada awan. Disimpan, dan tak boleh kembali.
Kenangan indah dan bahagia, jika kita mengingatnya, akan memberika efek indah dan bahagia pula. Seperti kenangan indah ramadan, di masa kecil. Banyak kenangan indah di dalamnya. Bermain kembang api, menyulut mercon lalu menutup telinga agar tak sakit karena bunyinya. Atau saat jalan-jalan sore, melihat pemandangan, kemudian pulang tepat saat berbuka puasa. Semua kenangan mengelibat dan memberikan efek bahagia. Â
Ada kenangan indah saat ramadan yang selalu teringat. Buat saya. Hem, sudah jarang ada di masa kini. Apakah itu? Ya. Berburu kartu lebaran! Seperti Spongbob tentang berburu ubur-uburnya, maka berburu kartu lebaran adalah istimewa.
Kartu lebaran di masa kini adalah sesuatu yang masuk dalam kategori "jadul". Dimana sekarang adalah era "texting". Segala sesuatu berupa texting yang mengapung di udara. Ada, tapi tak berbentuk dan terlihat. Akan terlihat saat telah sampai kepada penerima texting, melalui pesan singkat yang ada di dalam kotak ajaibnya bernama: gadged. Era gadget telah merubah kartu lebaran menjadi pesan singkat.
Masa-masa berburu kartu lebaran, biasanya masih dalam nuansa ramadan. Kartu lebaran dikirim ke sahabat, teman, kerabat atau rekan. Kartu lebaran berisi ucapan "Selamat Hari Raya Idul Fitri", yang artinya harus sampai pada saat lebaran atau bahkan sebelumnya. Padahal mengirim kartu itu membutuhkan waktu. Melalui jasa kantor pos. Maka, masa itulah, saya mengingatnya sebagai masa kecil saat ramadan.
Untuk mendapatkan kartu lebaran, saya membelinya di toko. Banyak tersedia saat itu. Bermacam-macam pula jenisnya. Ada yang sederhana, hanya kartu lebaran dan amplopnya. Desain sederhana. Hanya satu lembar kertas tebal, berisi gambar sederhana nuansa lebaran dan tulisan, "Selamat Idul Fitri" beserta tahunnya. Biasanya ini digemari oleh orang tua (bapak/ibu, mama/papa kita), untuk mengirim kartu ucapan lebaran kepada saudara jauh yang tidak bisa bertemu saat lebaran. Meski jauh, masih ada kartu lebaran, sehingga masih terjalin silaturahmi.
Beda lagi dengan saya. Yang masih remaja saat itu. Saya punya banyak teman yang berada di luar kota. Sahabat pena, yang mungkin tidak pernah bertemu di dunia nyata, tetapi bertemu lewat surat menyurat. Mirip-mirip teman maya di zaman now lah. Yang setiap lebaran saya mengirimi mereka dengan kartu lebaran. Demikian sebaliknya. Mereka juga mengirimi saya kartu lebaran.