Dulu, saat istilah ngabuburit belum begitu populer, saya nggak ngeh. Ngabuburit itu apaan sih? Oh, ternyata ngabuburit itu sama dengan JJS atau jalan jalan sore, untuk menghabiskan waktu sore hari dengan jalan-jalan agar tidak terasa puasanya. Kalau ini sih, saya sering melakukannya. Tujuannya agar kita nggak jenuh menunggu bedug magrib. Dengan jalan-jalan melihat situasi luar, maka kita menjadi fresh kembali.
Kadangkala, kita ngabuburit sekalian mencari makanan untuk berbuka puasa. Kalau zaman dulu, belum banyak yang menjual makanan seperti saat ini. Sekarang, apa saja ada. Kepengin apa saja, ada yang menjualnya. Asal jangan tanya, "Jual hati nggak?" kalau hati sih hanya untuk orang yang kita cintai saja. Hahaha...
Di Semarang, ada beberapa tempat yang biasa dijadikan lokasi ngabuburit favorit oleh warganya. Misalnya sekitar area Simpang Lima, yaitu area tengah alun-alun Simpang Lima. Jalan Pahlawan sebelah selatan Simpang Lima. Jalan Menteri Supeno juga dekat Simpang Lima, selalu ramai. Dari yang menjual makanan untuk berbuka hingga baju-baju. Mirip pasar dadakan. Tetapi menjelang magrib mereka mulai bubar.
Di lokasi tersebut banyak yang berjualan takjil, kue-kue manis, gorengan, jajanan pasar hingga menu buka puasa seperti lauk pauk dan sayur. Kadang-kadang penjualnya hanya berjualan pada saat bulan puasa saja. Pada hari biasa, mereka tidak berjualan. Mirip pasar baru atau pasar dadakan.
Bahkan di lokasi tertentu, ngabuburit bersama dilakukan dengan menggelar acara konser musik. Dari yang sederhana hingga yang memakai panggung megah. Kalau yang memakai panggung megah begini, biasanya ada sponsornya. Tetapi sepertinya sekarang sudah jarang ada, ya. Misalnya di kampus.
Nah, sssttt... ada salah satu lokasi favorit ngabuburit versi Ayah yang mungkin jarang dilakukan oleh orang. Â Memancing! Hehehe... menghabiskan sore hari menunggu bedug magrib dengan memancing. Di sungai terdekat, atau rawa-rawa. Tentunya bukan memancing yang serius, tetapi hanya menyalurkan hobi saja.
Sambil melihat pemandangan di pinggir rawa. Dari kejauhan terlihat bangunan-bangunan kuno berdiri masih megah. Di sepanjang jalan Ronggo Warsito di dekat Pelabuhan Tanjung Emas Semarang. Biasanya Ayah dan Adik di sana, memancing untuk mengusir kejenuhan. Bunda hanya ikut menemani. Tidak ikut memancing. Hanya usil, memotret apa saja yang ada di lokasi. Jika sudah mendenkati pukul lima sore, langsung siap-siap pulang, untuk berbuka di rumah.