Ada banyak masjid besar yang ada di Kota Semarang. Antara lain, Masjid Agung Jawa Tengah, Masjid Baiturrahman di Simpang Lima dan Masjid Agung Kauman. Semarang memiliki sejarah panjang dalam penyebaran agama Islam di tanah Jawa. Wilayahnya yang berada di  pesisir pantai menjadi pintu gerbang perdagangan dari zaman dahulu. Kelebihan ini menjadikan dakwah Islam semakin meluas. Hingga kini sejumlah masjid di  Semarang tersebut tetap digunakan untuk kegiatan ibadah. Bentuk masjid pun memiliki ciri khas Jawa yang kental.
Saya dan keluarga bersyukur tinggal di salah satu kampung, yang meskipun menempati wilayah perkotaan Semarang, tetapi masyarakatnya masih guyup. Padahal kami tinggal di sebuah komplek perumahan, yang biasanya masyarakatnya individual. Selain guyup, juga saling menghormati dan memiliki toleransi tinggi antar agama. Mayoritas masyarakat yang tinggal di sini adalah muslim, yang sangat menghormati pemeluk agama lain.
Di dekat rumah, ada sebuah masjid yang menjadi pusat kegiatan keagamaan yang sangat ramah untuk segala usia warganya. Bentuk masjidnya telah modern. Beberapa kali mengalami renovasi. Meskipun bukan merupakan masjid besar yang terkenal, karena berada di sebuah kampung. Tetapi masjid ini merupakan masjid yang sangat menginspirasi warga sekitar dan lingkungannya, di segala usia. Masjid At-Taqwa, merupakan pusat kegiatan kaum muslimin di lingkungan sekitar. Tidak hanya itu, masjid ini juga pusat kegiatan sosial dan kemanusiaan. Tidak milik golongan tertentu, akan tetapi milik semua warga. Dan menjadi masjid favorit saya.
Pada hari-hari biasa, ada banyak kegiatan yang dilakukan. Saat tiba salat lima waktu tiba, ada saja yang salat di masjid ini. Salat Jumat selalu penuh tiap minggunya, baik oleh warga sendiri atau warga luar kampung. Kegiatan lain yang rutin juga ada. Seperti pengajian ibu-ibu setiap hari Jum'at dan pengajian umum sebulan sekali.
Saya memang tidak begitu aktif mengikuti semua kegiatan di masjid, hanya beberapa kali saat bisa. Tetapi saya salut, karena masjid ini sangat menginspirasi lingkungan sekitar.
Masjid ini memiliki kegiatan Gerakan Seribu Rupiah (GSR) yang sudah berlangsung beberapa tahun lamanya. GSR adalah kegiatan mengumpulkan dana dari warga berupa celengan yang diisi oleh warga secara sukarela. Pengurus masjid membagikan sebuah celengan untuk diisi. Tiap harinya, jika ada dana berlebih, kita bisa mengisinya. Jika telah penuh, diberikan kepada pengurus untuk disalurkan kepada warga yang berhak. Kemudian wadah dikembalikan lagi kepada warga untuk bisa diisi kembali. Mirip celengan sehari-hari.
GSR ini disambut antusias oleh warga, termasuk saya. Tidak berat, mengumpulkan uang untuk bersedekah, karena dilakukan setiap hari. Semampu dana yang kita punya. Seperti menabung. Tetapi ini adalah tabungan amal.
Masjid ini juga mengadakan kegiatan saat menjelang berbuka, ada buka bersama yang dilanjutkan salat magrib secara berjamaah. Juga salat terawih, tadarus, kataman Quran. Pengajian berupa pemberian siraman rohani atau ceramah, diadakan setiap selesai salat subuh dan salat tarawih. Dan masih banyak kegiatan lain, yang intinya adalah menambah keimanan warga sekitar.
Yang saya sukai adalah, kekompakan warga dalam pemberian konsumsi untuk kegiatan masjid. Tiap keluarga yang beragama muslim memiliki kesempatan untuk menyediakan makanan tersebut. Sudah diatur jadwalnya, sehingga tidak bertumpuk dan teratur. Dilakukan secara ikhlas. Beramal hanya mengharap ridla dari Allah SWT.
Alhamdulillah, saya dan keluarga berada di lingkungan masjid yang selalu berkembang dari waktu ke waktu. Bukan masjid yang merupakan milik orang/golongan tertentu, tetapi milik seluruh warga.
Siapa lagi yang akan memakmurkan dan mensejahterakan masjid, jika bukan masyarakat sekitarnya.
Selamat berlomba-lomba dalam kebaikan. Semoga segala amalan kita mendapat balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT. Aamiin...
Semarang, 20 Mei 2018.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H