Mohon tunggu...
Wahyu Sapta
Wahyu Sapta Mohon Tunggu... Penulis - Penulis #Peraih Best In Fiction Kompasiana Award 2018#

Menyatulah dengan alam, bersahabatlah dengan alam, ikuti alirannya, lalu kau rasakan, bahwa dunia itu indah, tanpa ada suatu pertentangan, damai, nyaman, teratur, seperti derap irama alam berpadu, nyanyian angin, nyanyian jiwa, beiringan, dekat tapi tak pernah berselisih, seimbang, tenang, alam, angin, jiwa, mempadu nyanyian tanpa pernah sumbang...

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Tempe Benguk Besengek yang Enak dan Khas dari Wates

11 April 2018   23:39 Diperbarui: 13 April 2018   13:09 8156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tempe benguk besengek, dengan baluran santan areh berbumbu opor. Rasanya enak. Kudapan khas dari Wates Kulonprogo. (Dokpri).

Tempe benguk adalah makanan tradisional favorit dari Wates Kulonprogo Yogyakarta. Seperti tempe pada umumnya, cara pembuatannya melalui fermentasi ragi tempe. Hanya saja bahan yang digunakan bukan kacang kedelai, melainkan kacang benguk atau sejenis kacang koro yang berbentuk lonjong.

Kacang benguk banyak tumbuh di sekitar Wates. Rasanya, bagi yang tidak biasa, mungkin agak sedikit aneh. Biji kacangnya agak tebal dan besar, terasa kres-kres saat digigit. Lebih sedikit wengur. Tetapi masyarakat sekitar banyak yang menyukai tempe benguk ini dan masih menjadi kegemaran di sana. Bahkan bisa menjadi sajian buat tamu saat berkunjung di sana ataupun untuk oleh-oleh.

Cara mengolah tempe benguk, kacang benguk harus di rendam terlebih dahulu selama dua hari untuk menghilangkan kandungan HCl yang ada dalam biji kacang. Bagi yang tidak pintar cara mengolahnya, tempe benguk ini bisa masih mengandung racun. Tetapi jika pandai mengolahnya, maka tempe benguk bisa menjadi alternatif tempe berbahan dasar selain kacang kedelai. Tentu saja lebih murah harganya.

Tempe benguk yang sudah menjadi tempe, bisa dijadikan kudapan tempe bacem dan dimasak sayur lodeh sebagai tambahan rasa.

Ketika saya berkunjung ke rumah saudara di desa Jombokan Wates Kulonprogo, saya disuguhi tempe benguk, tetapi dimasak besengek. Eh, apa itu?

Tempe benguk besengek adalah sebuah masakan tempe benguk yang diolah dengan menambah santan kental seperti areh yang telah dibumbui opor. Areh tersebut terasa bumbu bawang, ketumbar, daun salam, manis gula jawa dan gurih. Kemudian areh dibalurkan pada tempe benguk yang sudah matang hingga meresap. Rasa wengur dari kacang benguk tidak terasa lagi. Dan sajian tempe benguk menjadi lebih nikmat.

Tempe benguk yang dimasak bacem. Warnanya lebih kusam tidak seperti tempe biasa. (Dokpri).
Tempe benguk yang dimasak bacem. Warnanya lebih kusam tidak seperti tempe biasa. (Dokpri).
Selain sajian tempe benguk besengek tadi, di meja tamu juga tersaji tempe koro bacem yang sudah digoreng beserta jadah di sampingnya sebagai pasangan tempe bacem. Hampir sama dengan tempe benguk yang tidak memakai kacang kedelai, tempe koro memakai kacang koro.

Rasanya lebih lembut dari tempe benguk yang sedikit kres-kres. Memiliki tekstur biji yang agak besar dari tempe kedelai. Seperti memakan kudapan kacang koro goreng, tetapi ini dibikin tempe. Lezat, apalagi dipadukan dengan jadah. Satu gigitan tempe bacem koro, satu gigitan jadah dan lombok rawit hijau. Sedap. Tidak terasa, perut menjadi kenyang.

Tempe Kacang Koro, memiliki biji kacang yang agak besar daripada kacang kedelai. Rasanya lebih lembut dari tempe benguk. Biasanya dimakan bersamaan dengan jadah. (Dokpri).
Tempe Kacang Koro, memiliki biji kacang yang agak besar daripada kacang kedelai. Rasanya lebih lembut dari tempe benguk. Biasanya dimakan bersamaan dengan jadah. (Dokpri).
Lalu saudara saya menawari makanan yang berbeda, yang terbungkus daun pisang berbentuk bulat pipih.

"Dik, dicoba yang ini. Namanya Growol," kata saudara saya.

"Growol?" tanya saya.

Jadi growol ini adalah makanan berbahan dasar ketela pohon. Pada zaman dulu, growol ini bisa menjadi alternatif pengganti nasi. Karena pada zaman dulu nasi masih mahal bagi penduduk sekitar. Maka mereka menggantikan nasi dengan growol. Rasanya tawar cenderung tidak memiliki rasa.

Cara pembuatannya, ketela pohon dikupas, kemudian dicuci bersih, lalu di rendam hingga tiga hari lamanya. Setelah tiga hari, rendaman dibuang airnya dan ketela dicuci kembali. Kemudian ketela dicacah-cacah menjadi seperti parutan ketela dan dikukus dengan dibungkus daun pisang. Makanan ini bisa tahan hingga tiga hari lamanya, loh.

Growol, makanan berbahan dasar ketela pohon. Bisa menjadi alternatif pengganti nasi dari beras. Rasanya tawar. (Dokpri).
Growol, makanan berbahan dasar ketela pohon. Bisa menjadi alternatif pengganti nasi dari beras. Rasanya tawar. (Dokpri).
"Terus cara memakannya gimana?" tanya saya.

Cara memakannya seperti kita memakan nasi biasa. Bisa dicampur dengan sayur dan lauk. Tetapi masyarakat sekitar biasanya memakan growol bersama tempe benguk bacem atau besengek. Ada juga yang memakan growol dengan kethak yaitu kudapan yang berasal dari endapan santan kelapa yang dibuat minyak goreng. Layaknya sumber karbohidrat, growol ini mengenyangkan.

Sebenarnya ada lagi makanan khas Wates yang belum tersaji di atas meja saat itu. Geblek. Yaitu makanan berwarna putih dan kenyal. Mirip-mirip cireng rasanya. Tetapi bentuknya seperti angka delapan. Berbahan dasar tepung tapioka. Cara memakannya disertai tempe benguk bacem. Mengenyangkan.

Tetapi saat makan harus dalam kondisi panas atau hangat. Karena jika sesudah dingin akan keras dan alot, susah untuk digigit. Kata saudara saya, penjualnya baru libur tidak berjualan. Tetapi dulu saya sudah pernah merasakan, jadi tahu gambaran rasanya.

Geblek, terbuat dari tepung tapioka, berbentuk angka delapan. Rasanya mirip cireng. Gurih. Dan cocok dimakan bersamaan dengan tempe benguk. (Dok. Kompasiana.com).
Geblek, terbuat dari tepung tapioka, berbentuk angka delapan. Rasanya mirip cireng. Gurih. Dan cocok dimakan bersamaan dengan tempe benguk. (Dok. Kompasiana.com).
Kudapan khas Kulonprogo memang berbeda. Dan di pasar tradisional di sana masih banyak yang menjajakannya. Jadi, mudah untuk mencarinya jika menginginkan makanan ini. Seperti di dekat rumah saudara saya, yaitu pasar Jombokan Wates, Kulonprogo Yogyakarta.

Kota Kulonprogo Yogyakarta, The Jewel of Java. (Dokpri).
Kota Kulonprogo Yogyakarta, The Jewel of Java. (Dokpri).
Semarang, 11 April 2018.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun