Mohon tunggu...
Wahyu Sapta
Wahyu Sapta Mohon Tunggu... Penulis - Penulis #Peraih Best In Fiction Kompasiana Award 2018#

Menyatulah dengan alam, bersahabatlah dengan alam, ikuti alirannya, lalu kau rasakan, bahwa dunia itu indah, tanpa ada suatu pertentangan, damai, nyaman, teratur, seperti derap irama alam berpadu, nyanyian angin, nyanyian jiwa, beiringan, dekat tapi tak pernah berselisih, seimbang, tenang, alam, angin, jiwa, mempadu nyanyian tanpa pernah sumbang...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Terduga Pelakor

24 Februari 2018   18:48 Diperbarui: 24 Februari 2018   20:47 726
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: pixabay.com

Kasak-kusuk merebak di kompleks ini. Aroma issue panas terasa kian menyengat. Beberapa ibu penghuni komplek bersikap waspada. Tampaknya ada sesuatu yang ditakutkan. Terjadi mosi tidak percaya dan awan cemburu saat suami mereka mulai rajin untuk keluar rumah menuju halaman depan. Sekedar mencuci mobil atau membersihkan tanaman yang ada di depan berem rumah masing-masing. Padahal para suami biasanya mencucikan mobilnya di carwash. Mana mereka juga jarang peduli pada tanaman. Biasanya asisten yang menyiram.

Termasuk Miko, suami Rani. Semakin rajin sekedar mengelap mobil tua kesayangannya. Sambil bernyanyi kecil, mengelap mobil dan matanya tak lepas melirik ke sebuah rumah yang hanya berjarak beberapa meter. Rani tentu saja meradang. Kepo, apa yang sebenarnya terjadi pada suaminya.

"Aduh, ayah mendadak rajin. Mobilnya masih bersih loh, yah. Kok masih aja dilap." kata Rani dengan nada tinggi.

"Bun, kan ayah mau meeting dengan klien. Masak mobilnya kotor." balas Miko.

"Kok matanya melirik terus ke rumah depan?"kata Rani dengan nada semakin tinggi.

Miko tergelak. Ya, ya. Akhir-akhir ini ia mengakui bahwa ada rasa penasaran pada penghuni depan rumah.

"Bunda cemburu, ya?"

"Enggak, siapa bilang cemburu?" jawab Rani sambil cemberut.

"Nah itu, marah-marah."

"Aku nggak cemburu!" Lalu Rani berlalu dari suaminya dan masuk rumah. Miko hanya tersenyum senang. Itu artinya Rani sayang padanya tanpa harus berkata sayang. Ia hapal betul sifat Rani. Sebentar lagi juga baik kembali padanya. Ia tak pernah marah lebih dari satu jam.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun