Dulu, Bunda (dibaca: saya) memiliki dua kucing yang bisa dikatakan amazing. Namanya Cimut dan Oren. Cimut adalah singkatan dari kucing imut. Bulunya berwarna hitam. Sedangkan Oren, karena ia memiliki bulu yang berwarna kuning oranye, maka ia dinamakan Oren. Keduanya sama-sama kucing nemu yang dibawa pulang. Seumuran. Tetapi lebih tuaan Cimut. Mereka bersahabat.
1. Cimut
Saat itu, anak bungsu (dipanggil adik) pulang sekolah sambil membawa kucing kecil berwarna hitam. Dekil dan kurus.
"Bun, maaf ya. Aku tadi nemu kucing di jalan. Kasihan dia nangis terus. Sepertinya kehilangan induknya. Waktu aku panggil, eh, dia malah ngikutin aku terus. Ya udah deh, aku bawa pulang. Boleh ya, bun. Kasihan." katanya memohon sambil memberi alasan.
2. Oren
Dari jarak waktu antara kedatangan Cimut dan Oren hanya seminggu. Â Tiba-tiba Ayah datang dari kerja membawa kucing kuning oranye. Katanya, waktu di tempat kerja, ia diikuti terus sama kucing kecil yang kehilangan induknya.Â
"Kasihan, bun. Dia mengeong terus cari emaknya. Trus, ayah ngomong sama dia: pus, pus, kalau kamu ngikuti aku terus, nanti kubawa kamu pulang, loh. Eh, dia ngikuti ayah terus. Ya udah deh, aku bawa. Buat bunda. Katanya Bunda suka kucing, kan?"
Dan tahukah?
Keduanya betina! Glek, bakalan jadi banyak nih! (Pakai emoction wajah galau membelalakkan mata, ya!).
Kemudian keduanya menjadi teman bermain. Disayang-sayang. Baik oleh ayah, bunda, kakak dan adik. Kakak yang dulunya nggak suka kucing, luluh juga sama mereka. Bahkan sering mandiin mereka. Tapi jangan ditanya ya, saat Bunda berteriak, "Kakaaaak... kok shamponya bunda cepet habis sih?" Nah, tahu kan siapa pelakunya?
Saat memasuki masa beranak, banyak kucing jantan yang datang untuk apel. Maklum, mereka (Cimut dan Oren) termasuk kucing yang cantik, meskipun hanya kucing lokal yang nemu di jalan.Â
Hamillah si Cimut untuk pertama kali. Nah, mendekati masa kelahiran, semua anggota keluarga sudah ribut. Menerka-nerka berapa nantinya anaknya. Warnanya apa. Segala persiapan sudah di lakukan. Kardus dan kain yang tak terpakai untuk tempat calon bayi kucing Cimut.Â
Tibalah saatnya. Tengah malam, saat semua anggota rumah telah terlelap, Cimut yang hamil tua membangunkan Bunda. Meong... meong...
"Ada apa, Mut? Mau melahirkan, ya? Ya udah sana, wadahnya sudah dipersiapkan." Lalu Bunda menggendong Cimut, menaruhnya di kardus. Bundapun kembali ke tempat tidur. Ngantuk. Maklum, tengah malam. Jam satu. Tapi Cimut tidak mau. Ia terus mengikuti Bunda sambil mengeong. Bundapun menaruhnya kembali ke kardus. Bunda berlalu, masih terkantuk. Eh, si Cimut tetap saja mengikuti Bunda. "Duh, minta ditungguin, ya?" Cimut diam saja saat ditunggu Bunda. Mendengkur tanda senang.
Akhirnya, Bunda menunggui si Cimut melahirkan. Tengah malam. Satu persatu anaknya lahir. Selesai melahirkan, Cimut akhirnya tenang. Bundapun kembali tidur.Â
Keesokan harinya, ayah, kakak dan adik protes, kenapa tadi malam tidak dibangunkan saat Cimut melahirkan. Mereka penasaran. Tetapi senang, saat melihat anak Cimut sudah bersih dan tenang sambil menyusu pada Cimut.
Selang berapa bulan, gantian Oren yang melahirkan. Tetapi Oren lebih mandiri. Meski minta ditungguin juga. Nggak manja. Waktu melahirkan lebih tegar. Kalau boleh dibilang, Oren ini termasuk kucing yang cerdas. Bahkan bisa membuka pintu sendiri!Â
Suatu hari. Kucing menjadi banyak. Mencapai sembilan ekor. Tetapi, entah kenapa, ada beberapa anak kucing yang tidak bertahan lama, sakit dan mati. Hingga kucingpun tinggal tiga atau empat ekor, termasuk Cimut dan Oren. Persahabatan mereka tetap ada. Mereka saling sayang seperti layaknya saudara. (Bayangkanlah seperti kasih sayang kita kepada saudara, kira-kira seperti itu).
Karena kucing adalah kucing dan bukan manusia, seperti layaknya kucing, mereka sangat produktif. Mereka sama-sama hamil. Ha...! Padahal Cimut pada saat itu sakit parah. Badannya kurus. Cimut yang termasuk tipikal kucing ningrat dan anggun, tetap bertahan demi kehamilannya. Sedangkan Oren adalah kucing betina yang tomboi.Â
Dan amazing. Mereka melahirkan bersama! Dalam waktu yang bersamaan. Tetap saja, bunda yang diminta menunggui. Mereka maunya begitu. Ribut melulu mengeong-ngeong minta Bunda yang menunggui persalinannya. Hahahaha... Untungnya kali ini siang hari. Jadi tidak begitu merepotkan. Satu persatu anak mereka lahir. Cimut dengan kekuatan yang ia miliki, berusaha mengeluarkan bayinya.Â
Tetapi ia hanya bisa mengeluarkan, tak mampu untuk membersihkan bayinya. Lalu, apa yang terjadi? Oren yang membersihkan badan bayi Cimut. Padahal ia sendiri juga melahirkan. Tetapi karena persahabatan mereka, Oren yang memiliki hati bening, mau membantu persalinan anak-anak kucing mereka, tanpa membedakan ini anaknya atau anaknya Cimut. Subhanallah....
Bahkan setelah melahirkan, Cimut tak lagi mampu menyusui dan merawat anak-anaknya. Lalu, siapa yang menyusui dan merawatnya? Oren!
Akhirnya, seminggu setelah melahirkan, Cimut mati. Saat mati, Cimut minta ditunggui oleh Bunda. Padahal saat itu ia sudah kesakitan hingga tak kuat menopang badannya, tetapi bertahan demi menunggu bunda, yang saat itu sedang pergi. Begitu bunda datang, tak berapa lama, Cimut mati dan berpamitan pada bunda. Anak-anak Cimut diadopsi Oren. Sungguh mulia hati Oren. Persahabatan antar keduanya dibawa sampai mati.
Semarang, 21 Desember 2017.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H