Pagi itu mulai ramai. Kapal Pesiar Sea Princess bersandar. Banyak turis asing turun dari kapal. Sekitar seribu lebih penumpang turun dan masuk ke terminal VIP Pelabuhan Tanjung Emas Semarang. Kedatangan mereka disambut tarian tradisional oleh beberapa penari. Beberapa orang dari pelabuhan menyambut dan menyapa mereka.Â
"Welcome to Semarang, sir. Welcome to Semarang, madame. Enjoy your trip."
Sesaat kemudian, mereka mulai keluar ruang VIP Terminal Internasional Tanjung Emas Semarang. Menuju Baruna Point. Sebuah gedung yang berada di luar area dermaga pelabuhan. Pelataran parkir terminal. Gedung ini, merupakan salah satu pintu pertama yang menyambut para turis asing yang baru saja turun dari kapal. Wajah mereka tampak ceria. Diiringi musik tradisional dari Jawa Tengah, mereka memasuki gedung.
"Good morning.... Welcome to Baruna Point." sapa Dita ramah di pintu masuk. Para turis juga menjawab kembali, "Good morning,"
Belum banyak yang tahu dan mendengar nama Baruna Point. Dan mereka bertanya, "What the meaning of Baruna Point?" tanya mereka.
"Oh, Baruna Point is the name of this building,"
"Oh, I see."
Pada saat pagi, beberapa turis sementara hanya berlalu dan kemudian menuju bus-bus yang sudah menunggu di pelataran parkir. Biasanya, bus-bus tersebut akan membawa mereka ke tempat wisata Candi Borobudur dan wisata sekitar Semarang, seperti Kota Lama, Lawang Sewu dan wisata lainnya tergantung permintaan. Saat siang akan kembali ke kapal. Karena kapal hanya bersandar beberapa jam, saat malam kemudian melanjutkan perjalannya mengelilingi dunia.
Situasi di Baruna Point terasa hidup oleh kehadiran turis dari berbagai negara. Australia, Jerman, Inggris, Kanada, Belanda, Amerika Serikat, Thailand dan beberapa negara lainnya.
Transaksi kadang-kadang memakai uang rupiah dan tidak menutup kemungkinan membayar dengan uang dollar dan euro. Jika baju batik, kebanyakan turis menyukai baju yang murah tidak terlalu mahal karena akan mereka pakai sehari-hari ketika mereka berada di kapal. Cukup lama loh perjalanan mereka mengelilingi dunia. Bisa sampai empat bulan, hingga kemudian baru kembali ke negaranya masing-masing.
Tidak hanya baju batik yang laris. Souvenir untuk oleh-oleh saat pulang yang merupakan ciri khas Indonesia juga laris. Miniatur sepeda, keris, patung bebatuan, gantungan kunci.Â
Jika baru ramai pembeli, omset masing-masing penjual bisa mencapai hasil yang lumayan. "Nggak mesti sih, mbak. Kadang juga hanya mendapat beberapa ratus ribu saja. Bahkan pernah kosong, karena kebetulan kapal sudah dari Bali, biasanya mereka menghabiskan uang saku mereka berbelanja di Bali. Juga saat kapal hanya berpenumpang sedikit." kata Dita, salah seorang penjual di sana. Lumayan juga, ya. Tetapi namanya berdagang, kadang ramai kadang sepi. Bisa dimaklumi. Kapal Pesiar Mancanegara memang tidak tiap hari ada. Dalam setahun bisa sekitar 20-an kali kapal singgah. Ada kapal kecil yang berpenumpang hanya 120 orang, hingga kapal pesiar besar berpenumpang dua ribu orang. Pada musim liburan, banyak turis yang membawa keluarganya termasuk anak-anak untuk pesiar.
Lalu yang tak kalah ramainya kafetaria yang ada di area Baruna Point. Menyediakan berbagai macam makanan Indonesia. Seperti nasi goreng, mie goreng, sea food, camilan dan berbagai minuman.Â
Satu lokasi dengan gedung Baruna Point. Harga terjangkau dan tidak mahal. Terbuka untuk umum, tidak hanya untuk para turis. Makanan rasanya enak. Bahkan menurut pemiliknya, Nasi Goreng yang ada di sana laris dan favorite. Rasanya enak dan porsinya jumbo. Puas kalau makan di kafetaria ini. Dan pastinya pengin balik lagi.Â
"How can I spell it in Indonesia?" tanya seorang turis.
"Nasi Goreng," jawab Buna, salah seorang pramusaji di sana.
"Okey, na si go reng," kata turis dengan agak cedal sambil tersenyum geli, karena merasakan hal baru. Menurut mereka nasi goreng bisa diterima lidah mereka. Hanya agak spicy, tapi mereka mau.
Waktu berjalan cepat. Sore menjelang. Dalam hall Baruna Point dan retail luar gedung semakin ramai. Turis yang tadinya pergi berwisata telah kembali lagi ke Baruna Point. Mulai memilih-milih barang untuk dijadikan kenang-kenangan dan souvenir. Barang-barang banyak yang telah berpindah tangan. Para pedagang bahagia dan pembeli puas dengan pelayanan yang ada di gedung Baruna Point ini.Â
Waktunya mereka kembali ke kapal.Â
"Good bye, sir. Good bye, mom. Nice to meet you. Thankyou for your coming"
Semua dengan keramahan, sesuai dengan tipikal masyarakat Indonesia yang ramah. Baruna Point bisa menjadi kenangan yang indah buat mereka. Siapa tahu mereka akan kembali ke Indonesia atau teman-teman mereka yang lain datang. Dengan referensi positif tentang Baruna Point. Pastinya juga positif buat sekitarnya. Dan nama Indonesia umumnya. Ternyata di Pelabuhan Tanjung Emas Semarang ada tempat yang bisa dikunjungi yaitu Baruna Point, orangnya ramah, tempatnya bagus dan nyaman.
Tak lama kemudian malam telah beranjak. Pukul 19.00 WIB. Peluit kapal berbunyi. Kapal Sea Princess berlayar kembali. Bye... bye... see you again next time.
Semarang, 20 Oktober 2017.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H