Mohon tunggu...
Wahyu Sapta
Wahyu Sapta Mohon Tunggu... Penulis - Penulis #Peraih Best In Fiction Kompasiana Award 2018#

Menyatulah dengan alam, bersahabatlah dengan alam, ikuti alirannya, lalu kau rasakan, bahwa dunia itu indah, tanpa ada suatu pertentangan, damai, nyaman, teratur, seperti derap irama alam berpadu, nyanyian angin, nyanyian jiwa, beiringan, dekat tapi tak pernah berselisih, seimbang, tenang, alam, angin, jiwa, mempadu nyanyian tanpa pernah sumbang...

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Monyet-monyet di Goa Kreo Ternyata Jinak

30 September 2017   22:23 Diperbarui: 2 Oktober 2017   10:03 3693
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lokasi menuju Goa Kreo jalannya menurun dan lumayan jauh. (Dokumentasi Pribadi)

Hari Sabtu. Keponakan datang dari Jogja. "Tan, aku main ke rumah, ya." begitu katanya. Tentu saja boleh. Nah, waktu kutanya apakah pernah ke Goa Kreo? Ia menjawab belum pernah. Baiklah, ayuk ke sana. Berempat berangkat.

Goa Kreo berada di Kampung Kandri Kecamatan Gunungpati Semarang, kurang lebih sepuluh kilometer dari pusat kota. Goa Kreo sendiri merupakan bentukan alam yang sekarang dikelilingi oleh Waduk Jatibarang. 

Konon menurut legenda, pada saat itu Sunan Kalijaga mencari pohon jati untuk saka Masjid Demak. Nah, singkat cerita, dalam perjalanannya Sunan Kalijaga kesulitan membawa pohon jati di medan yang sulit. Kemudian beliau bertafakur di sebuah goa memohon keridhoan Tuhan Yang Maha Esa. Maka datang empat ekor monyet membantu, hingga pohon jati tersebut berhasil dihanyutkan hingga keluar. 

Keempat monyet bermaksud mengikuti beliau, tetapi tidak diijinkan. Akhirnya Sunan Kalijaga memberi anugerah "Mangreho" yang artinya jagalah. Oleh masyarakat sekitar, tempat tersebut dinamakan Goa Kreo. Monyet kemudian berkembang biak menjadi banyak hingga sekarang.

Sampailah di tempat lokasi. Tiket masuk empat orang dua puluh ribu rupiah, artinya satu orang lima ribu. Parkir kendaraan dua ribu rupiah. Begitu masuk lokasi, disambut oleh banyak monyet yang dibiarkan berkeliaran. Dulu saya pernah berkunjung ke sini. Saya merasa sepertinya populasi monyet semakin banyak. Benar saja, kata seorang penjaga yang berada di lokasi, monyet memang berkembangbiak, juga karena ada beberapa monyet tambahan yang merupakan migrasi dari tempat lain.

Penjaga tersebut berpesan bahwa, monyet tersebut menyukai segala macam makanan yang dibawa oleh pengunjung. Lucunya, katanya lebih menyukai minuman manis daripada air mineral. Maka harus hati-hati, jika tak ingin direbut oleh mereka.

Pak Penjaga sedang berbincang dengan salah satu wisatawan yang datang di Goa Kreo. (Dokumentasi Pribadi)
Pak Penjaga sedang berbincang dengan salah satu wisatawan yang datang di Goa Kreo. (Dokumentasi Pribadi)
Tempat untuk menuju lokasi goa lumayan jauh dari parkiran. Jalan menurun dan harus melewati beberapa anak tangga. Karena lokasi yang jauh tersebut, maka saya dan bapaknya memilih menunggu di atas saja. Biar keponakan dan anak lanang yang menuju goa. Alasannya sudah pernah melihat goa di sana. Padahal aslinya saya malas jalan. Hehehehe.

Lokasi menuju Goa Kreo jalannya menurun dan lumayan jauh. (Dokumentasi Pribadi)
Lokasi menuju Goa Kreo jalannya menurun dan lumayan jauh. (Dokumentasi Pribadi)

Monyetnya ternyata jinak dan tidak galak, meskipun kadang suka merebut makanan. (Dokumentasi Pribadi)
Monyetnya ternyata jinak dan tidak galak, meskipun kadang suka merebut makanan. (Dokumentasi Pribadi)
Saat menunggu inilah, saya mendapati banyak monyet berseliweran di sekitar saya. Awalnya saya takut dan risih. Siapa tahu mereka menggigit. Ternyata yang saya takutkan tidak beralasan. Mereka jinak. Bahkan saat ada seseorang yang memberi makanan dengan tangan langsung, monyet mengambil makanan tersebut dengan tangannya tanpa merebut. 

Lalu timbul keberanian saya untuk meniru. Saya membeli kacang dua bungkus yang dijual di lokasi wisata tersebut. Satu bungkusnya lima ribu. Kemudian dua botol air mineral. Kalau yang air minum sih untuk saya sendiri.

Kacang saya buka, satu persatu monyet datang. Saya ulurkan makanan ke mereka dan mereka mengambilnya sopan tanpa merebut. Mereka jinak. Bergantian mereka mengambilnya. Tetapi saya kecolongan air mineral. Aduh.... etapi sombong banget mereka, airnya diminum sedikit, selebihnya dibuang. Saat bisa merebut minuman manis dan enak dari pengunjung lain, mereka menghabiskannya hingga tetes terakhir. Hahaha...

Jadi penasaran, lalu timbul iseng saya untuk menjepret mereka. Lucu, mereka diam saja. Tidak galak dan menyerang.

Jika minumannya manis, diteguknya hingga tetes terakhir. (Dokumentasi Pribadi)
Jika minumannya manis, diteguknya hingga tetes terakhir. (Dokumentasi Pribadi)
Masih kata penjaganya, dunia monyet mempunyai monyet yang berkuasa. Kira-kira semacam bos geng lah. Biasanya bisa terlihat dari badannya yang besar dan sangar. Ia yang menentukan daerah kekuasaan. Jika bukan kelompoknya, akan diusirnya.

Monyet Bos Geng, bertubuh besar dan sangar. (Dokumentasi Pribadi)
Monyet Bos Geng, bertubuh besar dan sangar. (Dokumentasi Pribadi)
Seperti halnya manusia, ada beberapa generasi monyet, mulai monyet bayi yang masih berada di gendongan, monyet kecil, monyet remaja, emak-emak monyet dan monyet jantan. Mereka berlarian mencari makanan dari pemberian beberapa pengunjung. 

Emak-emak monyet sedang arisan. Hahahaha... mereka juga sayang anak, digendong kemana-mana... tak gendong kemana-mana.. *sing a song.. (Dokumentasi Pribadi)
Emak-emak monyet sedang arisan. Hahahaha... mereka juga sayang anak, digendong kemana-mana... tak gendong kemana-mana.. *sing a song.. (Dokumentasi Pribadi)
Si Monyet kayaknya lagi galau deh... hehehehe.... (Dokumen Pribadi)
Si Monyet kayaknya lagi galau deh... hehehehe.... (Dokumen Pribadi)
Dia itu sadar kamera... langsung deh nampang... hihi.. (Dokumen Pribadi)
Dia itu sadar kamera... langsung deh nampang... hihi.. (Dokumen Pribadi)
Sore semakin menjelang. Keponakan dan anak lanang sudah naik ke atas. Saatnya pulang.

Matahari semakin ke barat. Monyet-monyet berlarian menuju lokasi goa. Artinya, mereka pulang! Mereka juga tahu, bahwa mereka memiliki rumah, yaitu Goa Kreo. Monyet penjaga. Mangreho.

Saatnya pulang. Sore telah menjelang. Monyetpun pulang. Menuju rumah. Goa Kreo. Mangreho. Jagalah. (Dokumentasi Pribadi)
Saatnya pulang. Sore telah menjelang. Monyetpun pulang. Menuju rumah. Goa Kreo. Mangreho. Jagalah. (Dokumentasi Pribadi)
Semarang, 30 September 2017.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun