Seni Itu Tak Berbatas
Kemampuan mengekspresikan jiwa seni sebenarnya dimiliki setiap orang. Lewat berbagai pengenalan budaya tradisi yang cenderung lebih mengenal alam. Budaya tradisi mengajarkan nilai-nilai kehidupan yang laras dengan alam, bukan saling menindas dan hanya mementingkan diri sendiri.Â
Kesamaan sifat dan karakter yang selaras dalam satu kesatuan, merupakan perpaduan antara makhluk dan alamnya. Apresiasi pada alam akan menumbuhkan kerendahan hati, untuk mengakui kebesaran Sang Penciptanya. Di dalam kesederhanaan itulah, terkandung nilai-nilai kehidupan.
Seni itu sendiri tak berbatas. Setiap orang boleh mengekspresikan jiwa seninya selebar yang ia punya. Misalnya, ia mempunyai kemampuan untuk melukis. Maka ia boleh mengekspresikan kemampuannya, tanpa harus terkungkung oleh batasan-batasan aturan yang membelenggu. Toh, nantinya hasil karya tersebut, akan memiliki pasaran tersendiri. Akan memiliki genre atau aliran dalam bidangnya. Misalnya, aliran ekspresionis, surialis, naturalis dan sebagainya.Â
Beberapa seniman telah membuktikannya. Bahwa suatu karya seni, dengan karya yang bisa dinikmati orang lain, akan memiliki daya jual. Kadang-kadang daya jualnya tak terukur, antar pemilik hasil karya seni. Misalnya, lukisan dari pelukis terkenal, memiliki daya jual yang tinggi. Meskipun orang awam menganggap lukisan itu biasa saja.Â
Tetapi memang, penilaian sebuah karya seni tergantung kepada siapa yang memandangnya. Sangat relatif. Dan jika kita mampu mencerna apa yang dimaksud oleh pelukis itu, maka berarti mampu menyelami jiwa sang pelukisnya. Karena biasanya, sebuah lukisan, memiliki roh atau jiwa, yang merupakan bentuk ekspresi dari sang pelukis. Itulah yang membedakan antara pelukis satu dengan yang lainnya.
Apakah Jiwa Seni bisa Menjadi Pekerjaan?
Bisa saja. Karena sebuah karya seni, memiliki daya jual. Mungkin itulah yang membuat Berbudi Listyo Wibowo, seorang desainer taman dari Semarang memantapkan diri untuk melangkah, menggunakan kemampuan jiwa seninya untuk berkarya bagi orang lain. Ia yang memiliki hobi melukis sejak kecil, mengekspresikan imajinasinya berpadu dengan alam.Â
Dengan latar belakang pendidikan Arsitek yang dimilikinya, ia menekuni bidang desain taman. Kemampuan hasil desain taman tersebut, nantinya akan dialokasikan dalam sebuah bidang yang lebih besar, yaitu di suatu lahan, berupa sebuah taman yang akan memperindah bangunan.Â
Biasanya ia mengerjakan desain taman dan pengerjaannya untuk rumah tinggal. Sudah banyak karya yang dihasilkannya. Memang hasil karya tersebut merupakan hasil kolaborasi antara pemilik rumah dengan dirinya. Karena proses pembuatan desain taman melalui tahapan konsultasi, apa dan bagaimana keinginan pemilik rumah.Â
Tetapi hasil akhir, biasanya sang pemilik rumah memasrahkan desain itu padanya. Dan biasanya, taman tersebut, akan mencerminkan kepribadian sang pemilik rumah dan cerminan jiwanya. Itulah yang menjadi ciri khasnya.
Pria yang berdomisili di Semarang tersebut, mengekspresikan setiap detail desainnya sebagai sebuah bagian dari cerita. Memiliki alur dengan elemen-elemen yang membentuk impresi visual, tekstur, warna yang menggugah ikatan hingga bagai sebuah cerita. Layaknya sebuah karya seni lainnya.
Kemampuan jiwa seninya, bisa berguna bagi orang lain maupun dirinya sendiri. Ia mampu menafkahi istri dan anaknya melalui kemampuan imajinasinya. Jiwa seni yang merupakan anugerah Tuhan Yang Maha Pencipta, sangat disyukurinya. Mengartikulasikan bakat dan kodrat yang dimilikinya menjadi sebuah keterampilan yang bermanfaat.Â
Semarang, 16 Agustus 2017.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H