"Kak, kamu dapat berapa?" tanya sang Adik. "Ada deh, " jawab sang Kakak, seperti menjaga rahasia besar. Adik semakin penasaran. Tak hanya itu, sepupu mereka juga bergabung, saling menanyakan, mendapat angpao berapa. Rata-rata rona wajah mereka terlihat ceria. Tak ada yang terlihat sedih. "Yang jelas sih, paling banyak angpao dari Eyang Kakung," seru Kakak.
Sekelumit perbincangan di atas saya dengar dari anak-anak yang sedang berkumpul di rumah besar, di rumah Eyang. Mereka adalah generasi ketiga dari keluarga besar. Generasi ketiga, yang rata-rata berusia belasan tahun. Ada yang telah SMA dan sebagian masih SMP. Sudah menjadi tradisi buat mereka, saat lebaran adalah saat menerima angpao. Dari Eyang, om, tante dan ayah bunda.
Setelah selesai melakukan salat Ied, acara saling bermaafan, sungkem kepada orang yang lebih tua. Kemudian menikmati santapan sajian ketupat/lontong opor dan sambal goreng. Kasak kusukpun terjadi. Generasi ketiga menunggu saat yang paling menyenangkan. Antri menerima angpao lebaran. Hahaha...
Seperti tradisi saat lebaran tahun sebelumnya, pembagian angpao adalah saat yang membahagiakan. Rata-rata pesan yang disampaikan berbarengan dengan pemberian angpao adalah, agar uangnya ditabung, untuk membeli buku dan keperluan sekolah. Jangan untuk jajan. Dan sang penerima angpao akan manggut-manggut tanda setuju.
Urutan isian angpao sih, disesuaikan dengan usia. Untuk yang lebih muda, isinya lebih sedikit jika dibandingkan dengan yang berusia lebih tua. Alasannya karena kebutuhan mereka juga berbeda.
Nah, jika dibandingkan dengan saya saat berusia seperti mereka, pembagian angpao lebaran sekarang lebih modern. Uang yang dipergunakan kebanyakan adalah uang lembaran baru, seperti baru memotong dari pabrik. Hahaha... O... maka itu, mengapa banyak terjadi penukaran uang lama digantikan dengan uang baru, pada saat musim lebaran. Ya karena untuk acara pembagian angpao tersebut. Padahal pada jaman dulu saat saya masih kecil, angpao berupa uang logam. Dan itupun saya sudah merasa senang sekali saat menerimanya.
Dulu untuk mendapatkan angpao, harus berkeliling kampung, mendatangi rumah-rumah tetangga. Seru sih, bisa mengenal tetangga, dari yang tetangga dekat hingga tetangga agak jauh. Tetapi jaman sudah berubah. Lingkup dunia sekitar antar tetangga menyempit. Anak-anak sekarang hanya lebih mengenal tetangga dekat. Dan untuk urusan angpao lebaran, hanya keluarga dekat saja yang memberi.
Meskipun demikian, jika masing-masing anak menerima angpao dari eyang, om, tante, ayah dan bunda, ternyata lumayan juga loh dapatnya. Mereka bisa menjadi jutawan baru. Dan itu adalah rejeki buat mereka. Karena tidak tiap hari, hanya ada pada saat lebaran saja, jadi tak ada salahnya, jika tradisi ini tetap dipertahankan, hingga kelak generasi mendatang. Salah satu momen kebahagiaan bagi anak-anak pada saat lebaran, yang tak pernah terlupakan. Asal uangnya tidak dipergunakan untuk hal-hal yang negatif ya, tetapi untuk keperluan positif mereka, misalnya untuk keperluan membeli buku.
Mereka juga bisa diajarkan untuk mengatur keuangan mereka sendiri, agar tidak boros. Bisa juga mengajarkan mereka untuk mulai menabung di bank. Dengan demikian, uang mereka bisa dipergunakan pada saat dibutuhkan.
Selamat Hari Raya Idul Fitri, 1Syawal 1438H. Mohon maaf lahir dan batin.
Semarang, 25 Juni 2017.