Beberapa hari ini, entah mengapa saya menemui topik tentang kebaikan. Mungkin karena bulan Ramadan, maka banyak yang membicarakannya. Saat berkunjung ke rumah mertua, tiba-tiba ibu mertua menyodori saya Intisari edisi Juni 2017 tentang kebaikan. Kata beliau, suka dengan artikel tersebut, yang menceritakan bahwa kebaikan akan selalu berputar. Intinya bahwa, kebaikan akan kembali kepada si pemberi kebaikan, meski tidak langsung terjadi saat itu juga. Ada jeda waktu yang dibutuhkan, untuk mendapatkan balasan kebaikan.
Lalu, tak berselang lama, saat saya dalam perjalanan pulang, di radio yang sedang saya putar, juga membicarakan tentang kebaikan. Intinya bahwa, jika kita memberikan kebaikan, maka janganlah mengharapkan balasan. Kebaikan yang kita lakukan, haruslah dengan ikhlas dan tanpa pamrih. Harus yakin, bahwa kebaikan akan berbalas, meski melalui orang lain. Misalnya, kita memberikan kebaikan pada seseorang, belum tentu secara langsung orang tersebut membalas kebaikan kita. Bisa jadi, balasan kebaikan itu melalui tangan orang lain yang tidak kita sangka.Â
Di dalam ajaran agama apapun, kebaikan sangat dianjurkan. Bahkan suatu keharusan, untuk selalu berbuat kebaikan kepada sesama, tanpa memandang status.
Saya jadi teringat, bukan bermaksud riya', tetapi hanya sekedar sharing. Saya kehilangan handphone karena ceroboh. Handphone jatuh, tanpa saya sadari. Saat bermaksud untuk membukanya, handphone tidak ada di dalam tas. Bingunglah saya. Padahal, handphone tersebut berisi draf tulisan-tulisan saya yang belum sempat saya pindah ke komputer. Bagi saya, tulisan itu penting. Nah, sayapun menelusuri arah balik, ke mana saja saya jalan. Saat itu memang saya lagi jalan, mampir ke warung, lalu melanjutkan perjalanan. Mungkin saja tertinggal di warung tersebut. Ternyata benar, untung saja belum jauh. Penjual warung tersebut memang sengaja menunggu saya, untuk mengembalikan handphone yang nyaris hilang. Alhamdulillah. Penjual tersebut, baik hatinya. Bisa saja ia tidak mengatakan ada handphone jatuh. Tetapi yang terjadi adalah sebaliknya. Semua itu pasti karena Kuasa Allah SWT.
Betapa senangnya hati, handphone kembali tanpa kurang suatu apapun, bahkan saat saya ingin membalas kebaikan penjual warung dengan memberikan sedikit uang, ia menolak. Alhamdulillah.
Kemudian, ingatan saya berputar sedikit ke belakang. Bukan ingin memperoleh pamrih, tetapi kejadian yang sebelumnya sudah saya lupakan, berputar kembali. Saat sebelum kejadian saya kehilangan handphone, saya sempat memberi sedikit sedekah untuk bapak tua penjual balon. Matanya sedikit tidak bisa melihat, hingga membuat iba. Padahal tak banyak yang bisa saya berikan kepada bapak tua tersebut, tetapi balasan yang saya terima dari Allah SWT lebih dari itu. Subhanallah.
Tak usah ragu untuk memberikan kebaikan. Kebaikan itu tak harus berupa materi. Ada banyak bentuk kebaikan yang bisa kita berikan kepada orang lain. Membantu orang lain saat dibutuhkan, tidak iri dengki terhadap orang lain, ikut senang saat orang lain menerima kebahagiaan dan masih banyak kebaikan lainnya. Niscaya jika kita melakukannya dengan hati ikhlas, kebaikan tersebut akan berbalas dengan kebaikan pula.
"Barangsiapa membawa amalan baik, maka untuknya (pahala) sepuluh kali lipat amalannya." (Q.S. Al-An'aam: 160).
Berbuat kebaikan tidak akan mengurangi segala sesuatu yang ada pada diri kita, bahkan akan menambah segala kebaikan itu dengan kebaikan, kebaikan dan kebaikan. Bagaimanapun juga, tambahan sepuluh kali lipat ini adalah yang terendah, karena Allah mampu melipat gandakan pahala dengan kehendak-Nya.
Yuk, berbuat kebaikan.
Â
Semarang, 14 Juni 2017.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H