Mohon tunggu...
Wahyu Sapta
Wahyu Sapta Mohon Tunggu... Penulis - Penulis #Peraih Best In Fiction Kompasiana Award 2018#

Menyatulah dengan alam, bersahabatlah dengan alam, ikuti alirannya, lalu kau rasakan, bahwa dunia itu indah, tanpa ada suatu pertentangan, damai, nyaman, teratur, seperti derap irama alam berpadu, nyanyian angin, nyanyian jiwa, beiringan, dekat tapi tak pernah berselisih, seimbang, tenang, alam, angin, jiwa, mempadu nyanyian tanpa pernah sumbang...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tuan dan Nyonya dalam Satu Meja

14 Januari 2017   17:28 Diperbarui: 14 Januari 2017   18:55 596
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sedang matahari belum mulai tampak dari ufuk timur. Seperti tahun sebelumnya, Sang Tuan mengambil sebatang lilin yang tersimpan di laci meja ruangan tengah sambil membawa korek api batang dalam kotak. Lalu sang Tuan menuju tempat meja tadi, menaruh lilin pada sebuah wadah kecil semacam piring mungil, dan menyalakannya. 

"Tiuplah lilin ini, aku akan mematikan lampunya," 

Maka sang Nyonya meniup lilin lalu tersenyum. 

"Pejamkan mata, aku memiliki hadiah untukmu." kata sang Tuan. sang Nyonya memejamkan mata, berharap bahwa hadiah itu lebih baik dari tahun sebelumnya. 

"Kamu tahu Nyonya, kuharap kau akan suka dengan hadiahku ini. Nyonya, bukalah matamu. Inilah hadiahku untukmu. Hatiku, Nyonya, hatiku ini kupersembahkan untukmu. Pandangan mataku ini, juga hadiah untukmu." Sang Tuan mempersembahkan hatinya, untuk orang yang dicintainya. Selalu sama dengan tahun-tahun sebelumnya. Hadiah sang Tuan selalu sama. Sang Nyonyapun maklum. Itu cukup baginya. 

Dan ketika tanda kemerahan mulai tampak dari ufuk timur, tanda pagi akan segera menjelang, Sang Nyonya dan Sang Tuan duduk berhadapan. Mereka tak pernah memikirkan sesuatu yang lain, selain keindahan yang ada di depan mata. Mantra keindahan, telah membuai mereka. Hembusan angin dari luar menyeruak di sela-sela jendela dekat meja tempat mereka duduk berhadapan. Hembusan yang terasa lembut menyegarkan dan berbau wangi bunga kemuning dari taman luar jendela. Lalu sang Nyonya dan sang Tuan tersenyum seperti tahun-tahun sebelumnya, yang akan selalu berakhir dengan senyum yang sama. 

"Terimakasih Tuan," lalu senyap. Itu juga sama seperti tahun-tahun sebelumnya, tak ada yang lebih dan tak ada yang kurang. 

***

^_^ ^_^

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun