Mohon tunggu...
Wahyu Sapta
Wahyu Sapta Mohon Tunggu... Penulis - Penulis #Peraih Best In Fiction Kompasiana Award 2018#

Menyatulah dengan alam, bersahabatlah dengan alam, ikuti alirannya, lalu kau rasakan, bahwa dunia itu indah, tanpa ada suatu pertentangan, damai, nyaman, teratur, seperti derap irama alam berpadu, nyanyian angin, nyanyian jiwa, beiringan, dekat tapi tak pernah berselisih, seimbang, tenang, alam, angin, jiwa, mempadu nyanyian tanpa pernah sumbang...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

[HOROR KOPLAK] Takut Putih-Putih?

12 Januari 2017   22:52 Diperbarui: 12 Januari 2017   22:59 446
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernah lagi, ada makhluk yang ingin ikut denganku, mengejarku hingga kemana saja aku bersembunyi. Padahal aku sudah mengatakan kepadanya, aku tak bersedia jika dirinya ikut denganku. Bukan apa-apa, mukanya rata begitu. Huuuaa... tak punya muka! Cuma wajah putih, tak berhidung, tak bermata, tak bermulut! Emang mau? Oh, no....

Duh, untung cumiiii... cuma mimpi!

Apesnya lagi, saat pagi setelah semalaman mimpi ada yang ingin ikut denganku, eh, pas belanja abang sayur di depan rumah, tetangga depan juga ikut belanja. Huuuuaa.. aku takut sekali. Loh? Kok takut sih? Iya saja, ia lupa membersihkan masker putih yang ia poleskan di wajah! Putih bok! Teringat si muka rata tadi malam. Langsung lemes deh ni badan. Masuk rumah tanpa ba bi bu.... hahahaha... Takut putih-putih?

***

Atau si putih yang tertangkap kamera yang terbuka, tapi tanpa sempat tercepret? Pernah? Putih! Baju panjang, rambut hitam teruai menjuntai panjang, muka tertekuk, wuuus.... mendadak hilang? Huiiiii... Takut putih?

***

Perjalanan luar kota, hanya berdua, tak terlalu malam sebenarnya, baru pukul sebelasan. Tiba-tiba ada yang berdiri di pinggir jalan. Baju putih, rambut terurai hitam panjang, tak menapak tanah. Muka menunduk, wajah tak kelihatan. Sereeeeemmmm... Ternyata setelah siang hari melewati jalan itu kembali, ada rumah kosong kuno, tak berpenghuni kira-kira sudah lama, dilihat dari parahnya bangunan dan semak belukar yang tinggi. Asli, takut putih-putih?

***

Saat menulis ini juga asli, bulu kuduk berdiri, seperti ada yang mengawasi. Haaaaa.... 

Peeet! Gelap! Listrik padam!

*

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun