mengapa tak kau berikan hatimu saja padaku? itu cukup,
sedang camar jalang yang bijak berkata, "raih hatinya!"
aku hanya mengikuti kata yang menghujam ya, aku tersipu malu, memerah bak ranumnya tomat,
kau membuatku merasa berharga, saat aku jatuh cinta padamu,
: aku milikmu!
Â
lalu ketika aku tersadar, ternyata kau tak pernah datang,Â
semua rasa menghilang berganti bentuk, hatiku patah,Â
bagaimana jika yang patah itu ternyata hatimu?
karena hatiku telah kau bawa, sedang yang ada di sini adalah hatimu?
Â
jika benar, kemarilah!
sebaiknya memang kau dan aku, memiliki satu hati,
dan tak usah terpisah,Â
temani aku!
Â
kuhanya ingin kau milikku.
Â
Semarang, 27 September 2016
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H