"Sudah ya teman, aku pamit pulang dulu, aku takut ibu curiga, karena ibu mengira aku tidur siang," kataku. Mereka biasanya akan membiarkanku pulang, toh esok harinya akan datang lagi dan bermain bersama.Â
Hal itu berlangsung hingga beranjak remaja. Sejak aku SMA, ibu agak melunak, membolehkanku bermain dengan teman, meski dibatasi oleh waktu dan tak boleh lama.Â
Suatu hari, tiba-tiba kepalaku pusing. Hampir tak tertahankan, lalu sempoyongan. Dan.... entahlah! Yang aku tahu, aku membuka mata telah berada di tempat tidur di kamarku yang luas. Beberapa orang menunggu. Ibu, Mak Tun dan satu orang lagi, berbaju putih, yang selalu aku panggil oom Danu.Ia adalah dokter pribadi.
Aku tak suka dengan oom Danu, karena ia selalu memberikan tusukan jarum bila sakitku kambuh. Telah beberapa minggu ini, aku suka pusing dan selalu berujung bangun di tempat tidur.Â
"Mbak Jil harus banyak istirahat, jangan banyak gerak dulu," kata oom Danu. Huh, aku tak suka kata oom Danu.
Ibu mendekati, lalu ibu bilang, "Jil, inilah yang selalu ibu khawatirkan selama ini. Kamu sakit nak, maka ibu terlalu melindungimu berlebihan."Â
"Sebenarnya Jil sakit apa?" tanyaku. Tapi ibu tak pernah memberikan keterangan yang lebih. Dibiarkannya pertanyaan itu berlalu.Â
"Tak usah kau pikirkan Jil, yang penting adalah kesembuhanmu." kata ibu dengan lembut.
Akhirnya, aku tak mempermasalahkan sakitku. Ah, aku mengantuk sekali, hingga aku tertidur.Â
**
Aku membuka mata pelan. Kulihat di sekeliling, hamparan rumput hijau. Aku segera bangkit. Tubuhku terasa ringan. Ketika aku berdiri, kulihat ada sebuah taman indah. Berbagai bunga warna warni ada di sana. Lalu di sebelah sana, ada semacam sungai kecil yang jernih, air mengalir di sela bebatuan. Indah sekali! Entah tempat apa ini, tapi aku merasa nyaman.Â