Tiba-tiba pintu kamar
"Ratnaaa... ayoo.. kita makan malam. Papa dan adikmu sudah menunggu dari tadi." Segera kuberesi laptop yang masih menyala. Mama jangan sampai tahu, aku malu.
"Iya ma, Ratna akan segera turun. Tunggu sebentar." Sempat kutulis di barisan bawah, :buat Kak Galih, XII MIA4. Lalu, save. Aman.
Kata mama, remaja Islami, tak boleh berpacaran dulu. Boleh berteman, tapi tak boleh pacaran. Kata mama pula, rasa suka pada seseorang itu wajar, tapi aku harus bisa memenejnya agar tak terlalu menggangu pelajaranku. Perbanyak teman, jaga pergaulan Ratna, kata Mama. Oke, aku nurut apa kata mama. Lagian, aku malu, jika mengungkapkan rasa lebih dulu, apalagi di hadapan kak Galih. Oh, no way!
Aku segera turun ke bawah, untuk makan malam bersama mama, papa dan adik.
***
Â
Â
Sementara itu di tempat berbeda.
Â
Gadis itu, gadis itu telah merebut hatiku. Senyumnya yang menawan, membuatku selalu memikirkannya. Wajahnya yang lembut berbalur kerudung menambah lembut auranya. Apalagi bila ia tersenyum. Aduhai, semua lewat, bahkan peer aku lupakan. Demi mengingat wajahnya. Oh, Ratna, aku jatuh cinta padamu, bukan hanya sekali, tapi berkali-kali.