Mohon tunggu...
Wahyu Sapta
Wahyu Sapta Mohon Tunggu... Penulis - Penulis #Peraih Best In Fiction Kompasiana Award 2018#

Menyatulah dengan alam, bersahabatlah dengan alam, ikuti alirannya, lalu kau rasakan, bahwa dunia itu indah, tanpa ada suatu pertentangan, damai, nyaman, teratur, seperti derap irama alam berpadu, nyanyian angin, nyanyian jiwa, beiringan, dekat tapi tak pernah berselisih, seimbang, tenang, alam, angin, jiwa, mempadu nyanyian tanpa pernah sumbang...

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Cerita Rindu

30 Desember 2014   03:16 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:12 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

(1)

sudah simpan saja ceritamu,
aku tak ingin mendengarnya,
bahkan sedikitpun aku tak mau,
biarlah itu menjadi rahasiamu,
bukankah itu lebih baik untukmu?
-sedang awan membaris menunggu kepastianmu-

awan membisikkan sesuatu, ada "cinta" untukmu,

oh, kesetiaan telah terkoyak,
paduan nada dan irama bersaut tak beraturan,
memprotes sesuatu yang tak tampak,
aku tersesat dalam lingkaran itu,
mencari arah keluar,
sedang dirimu tak tampak,
****

(2)

aku sejajar dengan langit,
menjaga jarak antara kau dan aku,
lalu berpalingan arah,
aku tahu kau mencuri pandang padaku,
pura-pura tak melihatku, seperti pula aku padamu,

aneh,

lalu kau tak tahanpun menyapaku,
honey, kenapa kau tak menyapaku,
aku tersenyum simpul,
oi, ternyata kau merinduku,
langit, aku juga merindunya.

****

(3)

tentang catatan itu,
kuberikan untukmu,
bawalah, simpanlah, jagalah,
suatu saat, setiap waktu,
kau boleh membukanya,
untuk bisa jadi peluruh rindu,
pembuka tahu tentangku,
aku tak akan sedikitpun menyimpan tentangnya,
simpanlah, jagalah,
aku akan segera kembali,
untukmu dan catatanku

****

(4)

mentari baru saja pelan bersembunyi,
gerbang cahaya memerah jingga,
aku yang menunggumu di pintu masuk itu,
segalanya menjadi lamban dan hati-hati,
menunggu pesona senyummu,
pandanganmu sama,
teduh,
syahdu,
hanyut aku karenamu,
dunia berlimpah bunga,
cerita itu, tentang kemenangan dan perjalanan kembali,
aku merindu

****

(5)

kau masih sama seperti kemarin dan kemarin,
mengendap-endap bagai membawa rahasia besar,
lalu aku bertanya pada dirimu, rahasia apa yang kau bawa,
kaupun menjawab, rahasia besar itu: "cintaku", yang akan kukirim kepadamu,
anginpun menghembus berlalu seiring rahasiamu.
-aku yakin rahasia itu akan sampai padaku-

****

(6)

aku berada dalam taraf bosan,
dimana aku tak melakukan apa-apa,
aku tak menyapamu,
aku tak memandangmu,
bahkan aku tak rindu padamu,
semua datar dan senyap,
aku menikmati caraku ini,
agar kau selalu terjaga,
dalam imajinasi yang indah dan tak berubah,
tapi yang sebenarnya terjadi,
aku sesungguhnya mengagumimu

****

(7)

aku berubah bentuk!
bermetamorfosis bagai kupu-kupu,
dulu aku adalah aku,
sekarang aku adalah kamu,
kamu berada dalam ragaku, sedang aku berada dalam ragamu,
bertukar jiwa, bertukar hati,
mentranslate semua datamu, kusimpan dan kukopi dalam dataku, kaupun begitu,
dua makhluk asing saling bertukar raga,
bertukar jiwa, bertukar pikir,
oi, aku adalah kamu,
kamu adalah aku
aku kamu dalam satu jiwa

*****

(8)

kau melompat-lompat bagai terbang,
menari-nari tak searah,
kau riang, kau gembira,
kau tersenyum hingga tampak tawa lebarmu,
lalu kau berkata: "aku menemukan cinta"
saat itu angin berbisik pelan, "cinta itu dalam angannya",
lalu senyap,
aku terpaku memandangmu,

yang masih saja melompat kegirangan,

sedang apa yang kau katakan cinta , hanya sebuah angan,

oi, cintamu bertepuk sebelah tangan,
mendadak aku ingin memelukmu, seraya megatakan:
“cintaku lebih indah dari cintanya!”
-aku cemburu-

****

(9)

temui aku di jalan sudirman,
bawa serta hatimu,
bila sesampainya di sana,
carilah diriku,
dengan gaun warna shifon berenda, rambut berponi terurai
temukanku,
aku akan menyambutmu dengan segala jiwa,
kita berjalan menuju taman sudut jalan,
duduk di kursi taman yang terbuat dari semen,
lalu kita berbincang apa saja yang kita mau,
akan aku simpan semua janji-janji yang kau ungkap,
walaupun aku tahu mungkin janji-janji itu tak semua benar,
sungguh, aku mempercayaimu,
setelahnya,
marilah kita berpisah,
berjalan di jurusan yang tak sama,
untuk kembali ke asal kita masing-masing
cukuplah itu membuatku mengurai kerinduan hati,
bila sampai, kita membuat janji kembali.
di tempat dan jam yang sama.

****

(kumpulan puisiku beberapa waktu yang lalu, bercerita tentang cinta dan kerinduan)

(29/12/14)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun