Mohon tunggu...
wahyu kharismawan
wahyu kharismawan Mohon Tunggu... -

Saya kuliah di universitas Mataram semester 6 FKIP (PPKN)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Pengemis Cilik Tidak Butuh “Uang” Melainkan Kasih Sayang Keluarga

30 Maret 2015   10:24 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:48 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ironis memang, itulah yang tergambar di benak kita jika melihat para pengemis dengan baju compang camping, kotor, dan tidak terus. Perlu kita ketahui mengemis merupakan hal yang dilakukan oleh seseorang atau berkelompok demi mendapatkan apa yang mereka butuhkanseperti uang, makanan, tempat tinggal dan lainnya dari orang yangmereka temui dengan meminta.

Pembaca pastinya pernah bertemu dengan pengemis? Banyak diantara mereka adalah anak-anak yang masih dibawah umur. Pastinya di dalam pikiran kita, kita bertanya-tanya, mengapa? Mengapa anak sekecil ini rela mengemisdan meminta-minta? s ungguh kasihan, kemudian kita memberikan uang receh, atau melewatinya begitu saja.

Bocah cilik yang mengemis sdah menjadi pemandangan yang lumrah di kota-kota besar. Para pengemis cilik ini biasanya melakukan aktivitasnya trapic light, di tempat-tempat pariwisata dan ada juga yang berkeliling rumah ke rumah sembari menggendong adik kecilnya meminta belas kasih dari orang-orang kaya.

Sekolah dan mendapatkan pendidikan yang layak merupakan impian para pengemis cilik, pada saat anak-anak seumuran dengan mereka pergi bersekolah para pengemis cilik hanya bisa memandang sambil memegang gelas yang berisikan uangdari hasil meminta-minta atau mengamen.

Kita seringkali mendengar pemberitaan tentang para penipu yang berkedok sebagai pengemis di jalanan bahwa ternyata mereka bukanlah orang-orang bernasip sial yang terjebak dalam siklus kemiskinan turun-temurun atau menderita cacat fisik yang menghambat mereka dalam memperoleh penghidupan yang layak. Bahwa sebenarya mereka adalah orang-orang sehat fisik dan mampu bekerja seperti kebanyakan dari kita bahkan memiliki harta yang berlimpah di kampong halaman mereka.

Adapula pengemis-pengemis yang terorganisasi yaitu ada Bos, bos disini bekerja santai hanya mengantarkan para pengemis cilik tersebut ke TKP. Kemudian duduk santai mengontrol keadaan dari dalam mobilnya, untuk melihat apakah hari ini berjalan dengan lancar. Lantas kemana perginya para orangtua pengemis cilik ini?

mereka (para orang tua) pendapatanya kurang, dan berekonomi rendah atau miskin. tega merenggut masa-masa belajar dan bermain anaknya demi mencukupi kebutuhann ekonomi mereka menyurh anaknya mengemis bahkan ada juga yang mengajarkan anaknya cara mengemis dan meminta-minta untuk sekiranya ada orang yang berbaik hati memberikan sedikit risky kepadanya.

Kebanyakan dari mereka menjadi pengemis sudah dimulai dari mereka duduk dibangku kelas 1 SD. Mereka melakukan kegiatan tersebut untuk mengisi waktu luang untuk bermain-main sambil mencari uang.Mereka mengaku senang melakukan kegiatan tersebut karena disamping mereka bisa mempunyai uang sendiri mereka juda dapat permain sesuka hati mereka disana. Walaupun pengemis cilik ini merasa senang karena dapat membantu perekonomian keluarga tetapi terkadang mereka juga merasakan kesedihan selama menjadi pengemis. Perlakuan kasar juga sering mereka terima seperti kekerasan fisik dan psikis yang tidak manusiawi.

Walaupun keberadaan mereka sangat menggangu keindahan kota, tetapi mereka juga tidak bisa di salahkan sepenuhnya, karena peran berbagai pihak disini juga sangat berpengaruh. Peran pemerintah sangatlah penting untuk menyejahterakan rakyat yang keadaan ekonominya rendah. Masyarakat juga harus ikut berpartisipasi dalam membantu pemerintah mewujudkan kota yang bersih dan indah. Peran sekolah juga sangat diperlukan untuk membimbing anak didiknya agar dapat menjadi anak-anak yang sesuai dengan fungsinya atau sesuai dengan tugas perkembangannya.

Disini peran orangtualah yang utama. Orang tua harus mampu mendidikdan mengarahkan anaknya agar tidak melakukan kegiatan atau perbuatan yang seharusnya tidak mereka lakukan di usianya yang masih belia. Orang tua harus selalu mengawasi anaknya dan selalu mengontrol apa saja yang dilakukan oleh anaknya di luar jam sekolah mereka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun