Mohon tunggu...
Wahyu Eko P
Wahyu Eko P Mohon Tunggu... -

Penanda/Petanda "Tulisan Lebih Istimewa Dari Pada Tuturan"

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Begitulah Ceritanya

4 April 2011   21:48 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:07 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Terbangun sudah dari pejaman mata, pagi itu sangat cerah. Badan segar sehabis bersentuhan dengan air. Secangkir kopi sudah sudi menemani, kopi ulah bauatan ibu kos.

"Do, apa kamu sudah mandi, cepat mandi lekas kita ke kampus". Teriak ku menyuruh Dodo.

"Sebentar lagi, aku masih lunglai dalam permainan candu games ini Don". Balas suara Dodo.

Aku Doni, Doni Saputra, aku kos satu kamar bersama Dodo. Aku dan Dodo, sama-sama dari keluarga yang sederhana. Biaya kos yang mencapai dua ratus ribu rupiah perbulan, membuat kami berdua sepakat bahwa tinggal kepala dua sekamar, lumayan sekedar untuk meringankan beban. Aku sudah semester enam, begitu pula dengan Dodo.

Aku jurusan fakultas sastra, masuk kuliah empat hari dalam satu minggu. Sedang Dodo tercatat sebagai mahasiswa fakultas ekonomi. Kami berdua selayak saudara, hidup bersama dan mana yang punya. Setiap hari, kami berangkat kuliah secara bersama. Jarak kampus dan kosan tak begitu jauh, kadang kamipun berjalan kaki, juga sering kami naik sepedah motor milik Dodo. Dodo membawa sepedah motor dari rumah.

Malam itu Dodo sedang sakit. Badannya panas demam. Mungkin Dodo demam karena sore tadi kehujanan.

"Ini Do, di minum dulu obatnya biar cepat sembuh". Kataku sambil membawa segelas air putih.

"Makasi ya Don, aku pusing ini. Dodo sambil memegang kepalanya yang pusing.

"Apa kamu sudah kasih kabar ke keluargamu di desa". Aku bertanya.

Sambil geleng-geleng kepala Dodo menjawab "belum Don, enggak usah lah, lagian aku enggak apa-apa kok". Kata Dodo

"Besok kalau ketemu Ana di kampus tolong ya, sampaikan padanya, aku sakit jadi enggak bisa ngantar dia nanti malam". Imbuh Dodo

"Oke, bos, sekarang cepat tidur, baiar obat yang kamu minum bekerja dengan semestinya". Lanjut ku.

Pagi-pagi sekali aku bergegas berangkat ke kampus. Aku menyempatkan diri untuk pergi ke perpustakaan. Kebetulan sekali aku bertemu dengan Ana, gadis pujaan Dodo.

"Ana, tunggu sebentar penting". Panggilku

"Ada apa Don, ada apa". Sahut Ana sembari berbalik tanya.

"Dodo sakit, badannya panas demam, tadi dia berpesan gak bisa ngantar kamu nanti". Aku memberi tau Ana.

"Apa kamu enggak mau menjenguknya". Tanya ku pada Ana lagi

"Gampanglah Don, kapan-kapan, Eeehh udah dulu ya Don, aku mau pergi ke mall". Ana berpamitan

"Ooh, ya sudahlah". Sahutku

Benar-benar kepayang, laki sakit kayak gak ada pikiran. Hah !

Sinar matahari sudah berada di atas kepala. Ini menunjukkan siang telah tiba. Siang hari itu sangat panas sekali, sampai-sampai membuat aku malas untuk segera pulang ke kosan. Kemudian aku mampir ke warung kopi, sejenak melepas penat yang melanda. Saat aku berada di warung kopi depan kampusku tiba-tiba aku kepikiran Dodo yang sedang berbujur sakit di kosan. Lalu aku bergegas, pikirku tak karuan. Ya Tuhan, Dodi.!! Gemingku sambil lalu membayar secangkir kopi.

Akhirnya sampailah aku di kosan, pintu kamar kosan terlihat tertutup rapat-rapat. Aku melepas sepatu yang sedang melingkar di telapak kakiku.

"Kamu Don". Sahut Dodo

"Iya aku, sudah datang". Tegasku sambil membuka pintu

"Sudah aku sampaikan ke Ana pesanmu, gak apa-apa katanya". Lanjut obrolanku dengan Dodo

"Terus Ana bilang gimana, apa dia gak mau kesini Don". Tanya Dodo, masih terbaring di  ranjang.

"Aku juga sudah kasih kabar, kalau kamu sedang lagi sakit, Gampang kata Ana".

"Gampang giamana". Gegas Dodo bangun dari baringnya.

"Ya gampang, bisa kapan-kapan jenguknya, heheheehehee"

"Santai saja bung, begitulah gadis". Imbuhku sambil sedikit mengejek Dodo.

"Emangnya Rita juga kayak gitu". Ejek Dodo, sambil tersenyum

"Oooh, oohhh, tidak bisa". Sahut ku sambil menudingkan jari ke Dodo

"Aku, sama Rita kan gak ada hubungan apa-apa Do.

"Aku hanya berteman, cuma teman dekat". Kataku

"Teman apa teman, teman ya". Ejek Dodo lagi.

"Terserah kamu lah, eehh gimana dengan keadaan kamu, sudah mendingankah". Aku balik bertanya keadaan Dodo

"Mendingan".!!

Haripun berlalu, Dodo sembuh dari lilitan sakitnya. Pagi itu kami berangkat ke kampus secara bersama-sama. Itung-itung biar sehat, kami berjalan kaki. Esteoporosis kata pak beye. Di setiap langkah kami berbincang-bincang, tentang keadaan di rumah sampai masalah gadis. Saat perjalanan  mesra tiba-tiba kami bertatap muka dengan Ana. Aneh saja Dodo dan Ana tak lagi bersenyum.

"Eeehh, ada Ana kok enggak nyapa kamu". Celotehku

Dodo hanya diam, malah bergeleng-geleng.

"Aaaahh, biarlah yang lalu punah berlalu". Kata Dodo, dengan nada tak nyaman.

"Ada apa dengan kalian cuy", Sahutku

"Begitulah gadis". Sahut Dodo, dengan nada lirih.

Aku hanya bisa bergeleng-geleng kepala. Dalam nada lirih mulut ini bersua.

"Tapikan tidak semua gadis". Lirih nadaku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun