Mohon tunggu...
Wahyu Kurniawan
Wahyu Kurniawan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam

Menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Ikhlas dan Berprasangka Baik

12 Desember 2023   10:02 Diperbarui: 12 Desember 2023   10:15 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Suatu hari di kelas XI SMA di perkampungan Sumatera ada pemuda yang memiliki cita-cita yang besar dan tinggi untuk meraih kesuksesan. Ia berusaha semaksimalmungkin untuk bisa menjadi seorang yang sukses dan bisa menjadi pengubah nasib kedua orangtuanya. Di saat ia kelas XI itu tepat dengan tahun dimana virus covid-19 itu menyerang hampir seluruh dunia termasuk juga dikampung ia. Alhasil pembelajaran yang biasanya dilakukan di sekolah akhirnya pindah ke pembelajaran jarak jauh atau online.

Suatu hari disaat sudah hampir 3 bulan pembelajaran online itu dilakukan entah kenapa ia merasa jauh sekali ketinggalan pembelajaran. Mungkin karena keseringan tidak memperhatikan materi yang diberikan atau bahkan terkendala dengan kuota yang ia punya. Tidak terasa dimana hari kenaikan kelas dan ia berhasil naik ke kelas XII SMA. Meskipun begitu yang dulunya di kelas X dan XI ia juara kelas 1 terus bahkan pernah menjadi juara umum di sekolah tapi pas kenaikan ke kelas XII ia merasa ia gagal karena tidak mendapatkan juara umum lagi.

Waktu berlalu begitu cepat, detik berganti menit, menit berganti jam, jam berganti hari, hari berganti pekan, pekan berganti bulan dan tidak terasa waktu dimana hari yang menakutkan serta yang ditunggu-tunggu bagi anak kelas XII adalah tes untuk ke jenjang selanjutnya yakni bangku kuliah. Pada malam yang gelap nan sunyi pemuda itu berdoa kepada yang Maha Kuasa untuk bisa masuk kuliah di tahun ia lulus juga, serta dengan harapan ia bisa kuliah ditempat ia bisa bertemu dengan orang-orang baik, sholeh, kuliah gratis dan bisa selalu dekat dengannya.

Pemuda itu daftar kuliah terlebih dahulu dengan menggunakan jalur SNMPTN atau jalur undangan dan ia memilih jurusan Keperawatan dengan menggunakan KIP-K harap-harap bisa menjadi penerima beasiswa. Ternyata nasib berkata lain, saat ia membuka pengumuman di portal Kemendikbud ternyata ia gagal. Waktu itu rasanya ia ingin menangis dan hatinya merasa hampa dan kosong, sebab itulah harapan supaya ia bisa kuliah. Tapi tak berselang lama ia mencoba lagi dan melupakan kesedihan yang ia rasakan dengan mencoba lagi di jalur SBMPTN dan ternyata tetap gagal lagi.

Di suatu malam saat ia melaksanakan sholat malam ia mengadu ke Yang Maha Kuasa atas apa yang menimpa ia. Ia akhirnya memuhasabah diri dan mengakui banyak sekali kesalahan yang sudah ia perbuat sebelumnya dan ia berhusnuzhon dengan tuhannya mungkin itu adalah rencana yang baik buat ia yang diberikan oleh Allah SWT. Akhirnya ia memutuskan menunda kuliah ia 1 tahun berikutnya. Ia terus belajar mandiri tanpa ikut les karena ia harus kerja sebab ia tidak mau lagi menjadi beban bagi orangtuanya. Ia melakukan apa saja pekerjaan dari sebagai pelayan di Rumah Makan, menjadi seorang guru TK dan masih banyak lagi.

Di tahun 2022 ia mencoba lagi untuk bisa masuk kuliah. Ia daftar SBMPTN jalur KIP-K dan ternyata gagal lagi. Tapi ia tetap mencoba di jalur lain dan ia mencoba keberuntungan untuk kuliah di Universitas yang dibawah naungan Kemenag. Saat pengumuman UMPTKIN di siang hari yang sangat terik ia membuka hasil pengumuman itu dengan sepupunya. Seketika tiba-tiba pemuda itu menjadi diam saat membuka pengumuman tes kuliah itu karena ia tidak menyangka ia bisa lolos di UIN Sultan Maulana Hasanudin Banten. Ia menangis bahagia karena bisa berhasil masuk kuliah ditahun itu. suatu hari di hari raya Idul Adha pemuda itu memutuskan untuk berangkat ke Banten untuk mengurus berkas kuliah dia, dengan harapan ia bisa lolos mendaftar jalur KIP-K. Karena ia sadar ia dari keluarga yang kurang mampu secara finansial.

Sesampainya di Jakarta ia menginap di rumah Uwak nya dan tak terasa ia mendapatkan panggilan wawancara untuk calon penerima KIP-K. Ia berangkat dari Jakarta ke Serang naik KRL untuk bisa ikut wawancara secara offline. Di pagi menjelang siang ia tiba di UIN yang dulunya ia hanya tau dari internet saja. Dengan hati yang gugup dan mengucapkan basmalah ia masuk ke gerbang UIN untuk pertama kalinya. Ia mencari gedung fakultasnya untuk melakukan wawancara. Disana ia bertemu dengan teman-teman seperjuangan untuk bisa mendapatkan beasiswa juga.

Beberapa minggu setelah melakukan wawancara ia mengecek pengumuman di grup khusus calon penerima beasiswa KIP-K dan ternyata ia dinyatakan lulus. Disitu rasa tangis dan bahagia bervcampur aduk menjadi satu. Akhirnya ia sadar akan jalan yang Allah berikan kepada ia. ia sadar mungkin inilah jawaban atas doa-doa yang panjatkan kepada Yang Maha Kuasa. Dari kuliah ditempat yang banyak orang yang sholeh (paham agama), kuliah di daerah Pulau Jawa, kuliah secara gratis. Dan itu terjawab semua akan doa-doa tersebut. Akhirnya ia sadar bahwa seorang hamba harus bisa ikhlas dan terus bisa berprasangka baik atas semua rencana yang Allah berikan kepadanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun