Sebuah buku keren terbitan Grasindo, hasil terjemahan dari buku the subtle art of not giving a fuck karya dari seorang blogger kenamaan, Mark Manson. Buku ini meraih predikat buku terlaris versi New York Times dan Globe and Mail.
Dalam 243 halaman buku ini, terdapat pesan-pesan tentang bagaimana kita memedulikan sedikit hal namun bermakna bagi kita dan menjadi bodo amat kepada hal-hal lain yang kurang bermakna. Buku ini sangat ringan untuk dibaca berbagai kalangan, dilengkapi dengan kisah-kisah dari berbagai tokoh membuat lebih mudah membayangkan pesan yang ingin disampaikan penulis. Bahasa yang digunakan juga mudah dipahami.
Pertama tentang mengakui kekurangan, sikap kita yang tidak mengakui kekurangan akan menghambat proses belajar kita menjadi manusia yang lebih baik. Menyangkal bahwa kita gagal, juga akan menghambat langkah kita untuk maju. Kita akan terus terperangkap dalam denial tentang kekurangan dan kegagalan yang telah terjadi.Â
Menerimanya, mengakuinya, kemudian belajar dari itu semua akan membuat kita beranjak dari masa lalu dan menapaki langkah menuju masa depan. Â Jujur, rasa sakit dan penderitaan adalah hal yg tidak dapat dielakkan, setiap dari kita pasti pernah merasakannya dan akan terus merasakannya. Pengalaman akan rasa sakit, penderitaan, dan kegagalan memang merupakan emosi negatif namun ketika tidak mengakui emosi negatif tersebut, kita akan terperangkap dalam satu masalah dan mengalami emosi negatif yang berkepanjangan.
Bersikap positif seperti everything's gonna be okay terkadang bukanlah hal yang tepat untuk dilakukan, kita harus belajar mengakui emosi negatif tersebut. Mengekspresikan emosi tersebut dalam suatu hal yang dapat diterima khalayak umum dan mengungkapkannya dalam suatu cara yang selaras dengan nilai dipegang akan membantu menyalurkan emosi negatif tersebut menjadi suatu balas dendam yang membuat kita dapat menyelesaikan masalah yang ada.
Memedulikan sedikit hal, sedikit hal yang bermakna untuk kita dan bodo amat kepada lain hal yang kurang bermakna, akan membuat kita menjadi seseorang yang lebih bahagia. Bodo amat disini bukan berarti acuh tak acuh, namun nyaman menjadi sesuatu yang berbeda.
Kita juga harus belajar peduli terhadap sesuatu yang lebih penting dari kesulitan yang terjadi, temukan beberapa yang paling bermakna dan fokus mengejar hal itu. Selektif dalam memberikan perhatian kepada permasalahan yang terjadi akan membuat kita lebih bahagia dan tidak mudah down akibat permasalahan yang terjadi. Terkadang karena terlalu banyak masalah yang kita pikirkan, kita terjebak dalam lingkaran setan kecemasan yang tiada akhir.
Hidup ini takkan pernah lepas dari yang namanya masalah. Namun justru dari masalah itulah tumbuh kebahagiaan, dari perjuangan menghadapi masalah itulah terdapat kebahagiaan. Banyak orang yang ingin merasakan duduk manis di bangku universitas ternama, tapi tidak berani berjuang menghadapi banyak masalah yang menanti, belajar 3 jam sehari, ikut bimbel sana sini, dan sebagainya.
Kita harus sadar, dari perjuangan menghadapi permasalahan tersebut, pada akhirnya kita menemukan kebahagiaan. Sebuah kebahagiaan sejati adalah ketika menemukan masalah, menikmatinya, menikmati pemecahannya. Semakin besar masalah yang kita hadapi tandanya kita semakin menjadi orang yang lebih baik, bukankah ujian anak SMA dengan anak SD berbeda tingkat kesulitannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H