Mohon tunggu...
Wahyu Ardiansyah
Wahyu Ardiansyah Mohon Tunggu... Freelancer - Be Humble To The Earth

Geologist; Travelling & berdakwah di atas bumi Allah

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Keikhlasan Sang Panglima Teladan

27 Desember 2018   20:30 Diperbarui: 26 Juni 2019   17:18 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Siapa yang tidak kenal dengan Khalid ibn Walid. Seorang panglima Quraisy yang dahulu berhasil memukul mundur kaum muslimin di Gunung Uhud yang kemudian menjadi panglima perang kaum muslimin yang begitu masyhur dan dikenal oleh dunia dan langit sebagai pedang Allah yang terhunus. Khalid bin Walid memberikan keteladanan bagi kita tentang kecerdasan dalam bertaktik dan kezuhudannya.

Khalid bin Walid merupakan panglima perang yang cerdas pada masanya, tidak pernah terkalahkan pada lebih dari seratus pertempuran. Kecerdasan Sang Panglima dalam membuat taktik dapat terlihat ketika pecahnya perang mut'ah, dimana kondisi kaum muslimin sedang terdesak oleh 10.000 prajurit romawi dan tiga panglima perang sebelumnya telah tewas di medan perang. 

Khalid bin Walid mengatur strategi untuk mundur dengan begitu rapi sehingga para prajurit romawi mengira bahwa mereka akan dijebak sehingga tidak berani menyerang kaum muslimin lebih jauh. Sang panglima dapat melihat kemungkinan dengan persentase keberhasilan paling besar dan mengeksekusi pelaksanaannya hingga terlaksanakan dengan baik, kaum muslimin pun dapat kembali dengan selamat.

Selanjutnya, Khalid bin Walid berhasil memenangkan pertempuran terhadap orang-orang murtad yang mengangkat senjata demi merengkuh kekuasaan di tanah arab. Khalid bin Walid kembali harus berhadapan dengan pasukan Romawi, setelah mereka mengancam akan menyerbu Madinah. 

Khalifah Abu Bakar Ash-Shidiq yang telah mengutus Yazid bin Abi Sufyan, Abu Ubaidah bin al-Jarrah, Amr bin al-Ash, dan Syurahbil bin Hasnah di Ajnadayn untuk memimpin pasukan, kembali mengirim Khalid bin Walid untuk membantu mempersiapkan strategi perang yang terbaik. Di Lembah Yarmuk, 46.000 pasukan muslimin harus berhadapan 240.000 prajurit Romawi. 

Khalid bin Walid dengan keyakinannya bahwa kemenangan itu karena mereka beriman kepada yang memerintahkannya, lurusnya niat, strategi untuk menang, dan persiapan, merancang strategi terbaiknya untuk mengalahkan Romawi. Usaha Khalid bin Walid pun berhasil, Kaum muslimin pun mendominasi medan pertempuran. Namun di saat seperti itu, Khalifah Umar ibn Khattab (yang baru diangkat sepeninggal Abu Bakar Ash-Shiddiq), memerintahkan penggantian panglima perang dari Khalid bin Walid ke tangan Abu Ubaidah bin Jarrah.

 Abu Ubaidah yang menerima surat tersebut menyembunyikannya hingga akhir pertempuran. Setelah pertempuran dan kemenangan diraih kaum muslimin, Khalid bin Walid yang menerima surat tersebut merasa ikhlas atas keputusan Khalifah Umar dan menyerahkan tampuk kepemimpinan kepada Abu Ubaidah. Peristiwa ini menunjukkan keikhlasan Sang Saifullah al-Maslul ini, bagaimana dia dengan rela hati menyerahkan tampuk kepemimpinan walaupun ia sedang berada pada puncak jayanya.

Di akhir masa hidupnya, Khalid bin Walid pernah merasakan kesedihan yang mendalam. Khalid bin Walid ingin mencari kesyahidan sepanjang masa hidupnya di medan pertempuran namun tidak pernah ia dapatkan hingga akhir hayatnya. Pada saat itu, Qais bin Sa'd menenangkan Khalid bin Walid dengan berkata bahwa Khalid bin Walid adalah pedang Allah dan Allah tidak mungkin membiarkannya patah di tangan musuh-Nya. Allah yang akan menyarungkan pedang-Nya, sebagaimana Dia pula yang telah menghunus-Nya. Akhirnya, Khalid bin Walid pun ridho jika ia tidak syahid dalam medan pertempuran.

Begitulah kisah sang panglima besar yang memberikan keteledanan berupa semangat juang dan keikhlasan yang begitu tinggi. Seorang pahlawan pada masanya yang bisa memberikan dampak positif bagi orang banyak dan senantiasa menginspirasi orang-orang setelahnya. 

Kita pun demikian, kita bisa meneladani sikap semangat juang dan keikhlasan dari Khalid bin Walid, menyebarkan pengaruh positif lewat karya yang kita buat dan memberikan manfaat bagi orang di sekitar kita. Dan ketika kita kembali kepada-Nya, kita tidak hanya meninggalkan tangis duka namun juga kisah dan karya yang selalu bisa menginspirasi anak cucu kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun