Oleh: Wahyu Alim
“Sejarah tidak pernah benar-benar mengucapkan selamat tinggal. Sejarah mengatakan ‘Sampai jumpa’.” – Eduardo Galeano
Setiap manusia pasti memiliki sejarah masa lalunya masing-masing. Semakin tua dan lama kita hidup, maka semakin banyak pula sejarah hidup kita. Terlepas itu sejarah yang terasa baik atau buruk, sejarah haruslah tetap diingat.
Sebagian orang merasa enggan untuk mengingat sejarah hidupnya yang terkesan buruk. Kegagalan, keputusasaan, pertengkaran, keributan, hukuman, adalah beberapa masa lalu yang berkonotasi negatif. Menurut mereka itu harus dilupakan, karena kenangan yang kelam hanya akan menyakitkan hati bila kembali diingat-ingat.
Padahal baik dan buruknya masa lalu haruslah tetap diingat, karena pasti mengandung kekayaan hikmah di balik setiap peristiwa. Hargailah sejarah hidupmu. Lalu bagaimana cara kita menghargai sejarah? Bagaimana pula kita menggunakan sejarah untuk masa depan?
Bila kita pernah mengalami peristiwa yang baik, ingatlah bagaimana cara kita hingga bisa mengalami peristiwa baik tersebut. Meraih prestasi akademik, juara pada suatu kompetisi, promosi jabatan, pernikahan yang indah, dan kemerdekaan, adalah contoh beberapa peristiwa yang bernilai positif.
Hal-hal yang menentukan sehingga kita bisa meraih kesuksesan tersebut wajib kita ingat, untuk kemudian kita ulangi di mana kini. Tentu pengulangan tersebut dilakukan dengan strategi yang disesuaikan dengan keadaan zaman. Dengan demikian diharapkan berbagai kebaikan di masa lalu akan terulang di masa kini dan masa yang akan datang.
Persatuan bangsa di zaman penjajahan Belanda diawali dengan dua peristiwa penting, yaitu berdirinya Budi Utomo pada 20 Mei 1908 dan ikrar Sumpah Pemuda yang terjadi pada 28 Oktober 1928. Dari dua peristiwa bersejarah itulah berkobar semangat Bangsa Indonesia untuk bersatu melawan para penjajah.
Nilai-nilai kebangkitan bangsa dan semangat persatuan nasional dari kedua peristiwa bersejarah tersebutlah yang menjadi inspirasi, hingga akhirnya kemerdekaan berhasil diproklamasikan pada 17 Agustus 1945.
Begitu juga dengan peristiwa sejarah yang terkesan negatif. Hal-hal apa saja yang menjerumuskan kita pada kegagalan di masa lalu harus juga diingat. Gunanya agar kita tidak mengulangi kesalahan yang sama. Bila demikian kita akan terhindar dari kegagalan seperti di masa lalu, berganti dengan kesuksesan yang baru.
Kita bisa belajar dari kisah kaum-kaum terdahulu di zaman nabi. Kaum Nabi Nuh A.s. ditimpa azab berupa banjir besar yang menenggelamkan semua yang ingkar kepada Allah. Ada juga Kaum Sodom, umatnya Nabi Luth A.s. yang tidak malu-malu melakukan penyimpanan seksual. Azab Allah kepada mereka berupa tanah negeri mereka yang dijungkirbalikkan dari atas ke bawah, lalu dihujani bebatuan secara bertubi-tubi hingga seluruhnya luluh lantak.
Mereka ditimpa azab dan pada akhirnya binasa karena kesalahan yang mereka perbuat sendiri. Berkaca dari sejarah tersebut, hendaknya kita tidak meniru kesalahan-kesalahan kaum terdahulu.
Itulah pentingnya mempelajari sejarah. Orang bijak adalah orang yang mau belajar dari hikmah di balik setiap peristiwa masa lalu.
Semoga kita senantiasa berkaca dari sejarah, sehingga kita tidak terjerumus dalam kesalahan yang sama serta mampu mengulangi indahnya keberhasilan di masa lalu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H