Mohon tunggu...
Wahyu Sri Yulianti
Wahyu Sri Yulianti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia Universitas Pamulang

hobi membaca

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Sampah: Bencana atau Kehidupan

30 Juni 2024   21:02 Diperbarui: 30 Juni 2024   21:13 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: wahyu sri yulianti

Saat ini sampah sangat mudah ditemui di mana - mana, baik di halaman rumah, jalanan, selokan maupun di sungai. Sampah yang paling biasa ditemui seperti sampah plastik, botol, serta sampah bungkus makanan dan minuman. Banyak orang enggan untuk membuang sampah pada tempatnya. Sampah yang berserakan dimana - mana ini sangat mengganggu keindahan alam, kebersihan lingkungan, serta menimbulkan bau yang tidak sedap. Terlebih lagi, sampah menyebabkan permasalahan serius saat musim hujan tiba. Sampah yang dibuang ke selokan dan sungai akan menyebabkan selokan tersumbat atau daya tampung air di sungai menjadi tidak memadai karena banyaknya sampah. Akibatnya, air akan mudah meluap ke jalanan dan menyebabkan banjir.

Sampah adalah sisa -- sisa kegiatan manusia atau benda yang dibuang karena tidak terpakai lagi. Mengutip dari detik.com, sampah secara umum dibagi menjadi dua, yaitu sampah organik dan sampah anorganik. Sampah organik adalah sampah yang berasal dari bahan-bahan hayati. Sampah ini dapat didegradasi oleh mikroba atau memiliki sifat biodegradable. Sampah ini dengan mudah dapat terurai melalui proses alami. Kebanyakan sampah organik berasal dari sampah rumah tangga. Contoh sampah organik adalah sisa sayur yang tidak dimasak dan kulit buah. Sedangkan sampah anorganik adalah sampah yang berasal dari bahan - bahan nonhayati, baik itu produk sintetis, maupun hasil dari proses teknologi pengolahan bahan tambang. Bentuk sampah ini bisa berupa logam, plastik, kertas, kaca, keramik, dan detergen. Kebanyakan sampah anorganik tidak dapat terurai oleh mikroorganisme secara keseluruhan. Sebagian sampah anorganik dapat terurai, namun dalam waktu yang sangat lama.

Selain itu sampah menjadi permasalahan yang tidak kunjung usai, meningkatnya jumlah penduduk, tingkat konsumsi masyarakat, dan kemajuan teknologi akan meningkatkan jumlah timbulan sampah. Sampah yang belum terkelola akan menimbulkan banyak masalah seperti menjadi sumber penyakit, tercemarnya lingkungan, banjir, dan meningkatnya kebutuhan lahan untuk menimbun sampah. Adanya permasalahan sampah ini sebagian besar disebabkan oleh sampah - sampah rumah tangga yang terus meningkat jumlahnya setiap hari. Mengutip dari jurnal Kajian Pengelolaan Sampah di Indonesia, sampah - sampah rumah tangga ini sebenarnya masih bisa dapat diolah kembali menjadi benda yang lebih bermanfaat. Misalkan, sampah - sampah bekas botol plastik dapat didaur ulang menjadi kerajinan tangan yang dapat menghasilkan uang, dan sampah - sampah yang berasal dari sisa mahkluk hidup yang mudah terurai secara alami tanpa proses campur tangan manusia dapat didaur ulang menjadi pupuk kompos. Namun sayangnya, masih banyak masyarakat yang belum sadar akan peluang tersebut karena tidak semua masyarakat bersedia dan mampu mengolah sendiri sampahnya. Masyarakat masih menganggap jika sampah tidak memiliki nilai ekonomis, sehingga lebih mengutamakan kegiatan lain yang lebih menguntungkan.

Oleh karena itu, keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan sampah bisa mulai dapat dilakukan dari lingkungan rumah tangga dengan mengolah sendiri sampah yang dihasilkannya. Untuk mengubah paradigma lama yang masih bertumpu pada sistem 3P (Pengumpulan, Pengangkutan, Pembuangan) diganti dengan paradigma baru yang bertumpu pada sistem 3R yaitu Reuse (Menggunakan), Reduce (Mengurangi) dan Recycle (Mengolah). Apabila hal-hal itu bisa dilakukan, tentunya akan dapat mengurangi jumlah sampah yang dihasilkan. Dan, jika hal ini dapat terwujud, kehidupan dan lingkungan kita bisa menjadi terlihat lebih bersih, terhindar dari berbagai macam penyakit dan bencana seperti banjir.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun