Mohon tunggu...
Wahyu Aji
Wahyu Aji Mohon Tunggu... Administrasi - ya begitulah

Insan yang suka mendeskripsikan masalah dengan gaya santai

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Banjir Kalsel dan Arus yang Melelahkan

16 Januari 2021   19:53 Diperbarui: 16 Januari 2021   19:57 312
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jalanan antara Banjarbaru menuju Kabupaten Tanah Laut. Dokumentasi pribadi

Pikiran saya langsung ingin berbaring. Mata sudah tak kuasa menahan beban. Faktor kelelahan adalah sebabnya. Juga faktor stamina saya yang entah kenapa mulai menua. Indikasi bahwa olahraga fisik lebih baik ketimbang sit-up tak jelas di kasur rumah. 

Rasa lelah itu bahkan sudah terasa ketika saya baru sekali selesai pulang-pergi distribusi konsumsi kepada korban banjir. Hanya berjarak tak lebih dari 500 meter dari posko. Tak jauh dari keterpurukan fisik saya, beberapa orang malah sudah bolak-balik berhari-hari. 

Banjir di Kabupaten Banjar. Dokumentasi pribadi
Banjir di Kabupaten Banjar. Dokumentasi pribadi

Banjir yang melanda Kalimantan Selatan sudah seminggu lamanya. Sejak hujan deras berhari-hari, banyak daerah terendam. Ada 13 kabupaten kota di Kalsel, hampir semuanya terdampak. Sebut saja Kabupaten Hulu Sungai Tengah. Di dalam kotanya, Barabai bahkan terjadi banjir yang terparah pada eranya. Kemudian, Kabupaten Banjar. 

Banyak lokasi yang sampai saat ini masih tergenang. Jalanan juga menjadi korban. Satu jembatan terputus di Kabupaten Banjar. Jalan provinsi pun terendam. Akses Kabupaten Tanah Laut dengan Banjarbaru terganggu. Dan banyak lagi lainnya yang bisa Anda temukan di media sosial tentang kondisi terkini.

Maka, posko-posko dan tempat pengungsian didirikan. Ada yang datang dari inisitiaf warga, ada dari organisasi sosial, hingga pemerintahan dan bantuan swasta. 

Masyarakat sadar, banjir melumpuhkan segalanya. Ekonomi terhambat, para pelaku usaha perlu ikut membantu. Donasi barang hingga materi. Pemerintahan demikian, seolah kinerjanya akan dipertaruhkan. Relawan berdatangan, termasuk saya yang kembali jadi salah satunya.

Bantuan sudah datang dari mana-mana. Termasuk dari Presiden yang sebelumnya sempat disinggung warga Kalsel karena khilaf lupa menyebutkan bencana banjir. Seterusnya adalah menyalurkan bantuan. Masih ada lokasi yang sulit terjangkau. Sarana masih ada keterbatasan. Misalkan saja perahu. Ada namun terbatas. Tak optimal sekali pakai sehari untuk banyaknya bantuan datang. 

Jalanan antara Banjarbaru menuju Kabupaten Tanah Laut. Dokumentasi pribadi
Jalanan antara Banjarbaru menuju Kabupaten Tanah Laut. Dokumentasi pribadi

Cukup banyak adalah datangnya relawan. Yang kemudian bersama warga sekitar membantu penanganan. Posko tempat saya mengajukan jiwa dan raga adalah salah satu dari sekian banyak posko di Kabupaten Banjar. 

Di sana, mereka harus mengapungkan logistik melalui perahu karet. Ada warga yang masih terjebak dan ingin bermukim di tempatnya masing-masing ataupun sekolahan. 

Hal yang serupa dilakukan oleh relawan posko lainnya yang ketinggian airnya setara kolam renang untuk orang dewasa. Hanya saja ditambah arus air yang cukup menggetarkan lutut.

Memang, kalau sudah terbiasa dengan kegiatan sosial ataupun yang serupa rasanya tak begitu melelahkan. Tetapi bukan berarti tak diperbolehkan istirahat. Saya saja terengah-engah hanya dalam 2 hari. Entah bagaimana mereka yang melakukannya hingga seminggu lamanya. Pernyataan bahwa berbuat baik tidak akan membuat lelah hanyalah rangkaian diksi manis. Melihat story WA dari relawan panutan saya yang di Banjarmasin, ia berujar, "relawan juga manusia, biarkan mereka istirahat juga". 

Jadi relawan dan melakukan hal yang dinilai baik bukannya tidak menguras tenaga. Tentu relawan juga butuh jeda sementara. Kalau  dimaksud tidak lelah untuk berbuat yang serupa, maka satu semesta pun sepakat. 

Dalam keadaan bencana, relawan, penolong, korban, tak bisa dibilang sama rasa. Namun juga bukan sisi hitam dan putih yang tak samar. Yang jelas, semuanya adalah manusia. Semua butuh ditolong, punya kesempatan menolong juga berhak sesekali rehat. 

Salah satu tempat pengungsian. Dokumentasi pribadi
Salah satu tempat pengungsian. Dokumentasi pribadi

Semoga semuanya kembali seperti semula. Banjir mereda dan kita bisa kembali berkativitas seperti biasanya. Juga, relawan jangan lupa istirahat. Kita juga manusia. Kalau saya tadi memang sok-sok-an saja menembus banjir, padahal naik tangga lantai 2 saja perlu ishoma. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun