Di sana, mereka harus mengapungkan logistik melalui perahu karet. Ada warga yang masih terjebak dan ingin bermukim di tempatnya masing-masing ataupun sekolahan.Â
Hal yang serupa dilakukan oleh relawan posko lainnya yang ketinggian airnya setara kolam renang untuk orang dewasa. Hanya saja ditambah arus air yang cukup menggetarkan lutut.
Memang, kalau sudah terbiasa dengan kegiatan sosial ataupun yang serupa rasanya tak begitu melelahkan. Tetapi bukan berarti tak diperbolehkan istirahat. Saya saja terengah-engah hanya dalam 2 hari. Entah bagaimana mereka yang melakukannya hingga seminggu lamanya. Pernyataan bahwa berbuat baik tidak akan membuat lelah hanyalah rangkaian diksi manis. Melihat story WA dari relawan panutan saya yang di Banjarmasin, ia berujar, "relawan juga manusia, biarkan mereka istirahat juga".Â
Jadi relawan dan melakukan hal yang dinilai baik bukannya tidak menguras tenaga. Tentu relawan juga butuh jeda sementara. Kalau  dimaksud tidak lelah untuk berbuat yang serupa, maka satu semesta pun sepakat.Â
Dalam keadaan bencana, relawan, penolong, korban, tak bisa dibilang sama rasa. Namun juga bukan sisi hitam dan putih yang tak samar. Yang jelas, semuanya adalah manusia. Semua butuh ditolong, punya kesempatan menolong juga berhak sesekali rehat.Â
Semoga semuanya kembali seperti semula. Banjir mereda dan kita bisa kembali berkativitas seperti biasanya. Juga, relawan jangan lupa istirahat. Kita juga manusia. Kalau saya tadi memang sok-sok-an saja menembus banjir, padahal naik tangga lantai 2 saja perlu ishoma.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H