Satu hal yang paling saya ingat ketika memasuki Bulan Desember adalah semangat natal. Tak seperti ke-khas-an Bulan Ramadhan yang banyak sekali iklan produk makanan dan minuman di televisi, natal justru seringkali dihiasi dengan banyaknya pilihan sinema yang bisa ditonton ketika libur telah tiba.Â
Walaupun tak sebanyak bulan puasa, hari libur natal bagi seorang anak kecil, khususnya pada usia saya saat itu memang sangat ditunggu. Apalagi kalau bukan datangnya salju.
Sebuah kebodohan yang menjerat otak saya ketika itu adalah bahwa setiap datang natal pasti turun salju. Hal ini semakin diperkuat ketika siaran-siaran ditelevisi menampilkan berbagai film yang bersetting cuaca salju. Tak hanya film, animasi juga sering hadir ketika menjelang natal.Â
Animasinya pun mayoritas dengan seksama menampilkan salju. Alhasil, pikiran dangkal seorang anak kecil yang semasa hidupnya tak sadar bahwa ia tinggal di daerah tropis dengan musim hujan dan panas silih berganti sepanjang tahun akan mengira bahwa natal samadengan turun salju.
Saya kira ketika dulu semasa kecil, kehidupan kenakan-kanakan saya lebih menyenangkan ketimbang sekarang apalagi menjelang natal. Anak-anak kala itu dihadiahi berbagai macam momen. Bulan Desember tak hanya tentang natal, pada bulan tersebut juga biasanya semester sekolah berakhir.Â
Rapor akan diserahkan oleh wali kelas kepada orang tua. Ada yang mendapatkan hasil yang diinginkan ada pula anak yang tak bisa pulang karena orang tuanya kecewa nilainya jelek.Â
Benar, itu teman saya. Daya tarik libur pada akhir tahun juga menjadi sebuah kenangan yang indah, ditambah tentu saja kehadiran berbagai tontonan televisi bertemakan natal yang semakin sering kian hari H mendekat. Sayangnya, hal tersebut hanya ada pada masa ketika saya kecil.Â
Saya pun mungkin akan kebingungan ketika sekarang terlalu banyak hal yang anti dan dilarang menjelang natal. Meskipun saya berbeda tempat ibadah dengan mereka yang merayakan natal, saya sangat senang natal datang.Â
Tentu saja karena hari liburnya yang memikat selain kebohongan global tentang salju yang saya telan mentah-mentah. Itulah mengapa atheis tidak dibolehkan di negeri ini karena tidak menyumbangkan hari libur nasional.
Beda zaman memang beda masalahnya. Ketika saya masih kecil, anggaplah ketika Alessandro Del Piero masih jaya-jayanya bersama Juventus, hampir tak diketemukan perselisihan seperti ucapan hingga atribut yang identik dengan natal ataupun yang paling ekstrem melarang ritual ini dan itu.Â
Tentu saja, perkembangan juga terjadi pada setiap orang dan peraturan. Anggap positif saja, semua ini demi menjaga identitas agar tak menyerupai golongan lain.Â