Mohon tunggu...
Wahyu Aji
Wahyu Aji Mohon Tunggu... Administrasi - ya begitulah

Insan yang suka mendeskripsikan masalah dengan gaya santai

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kelambu dan Filosofi Keintiman

27 Desember 2018   19:23 Diperbarui: 27 Desember 2018   19:41 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Malam malam kusendiri tanpa cintamu lagi, ooh oooh. Sepenggal lirik tadi mengingatkan kita akan cinta indahnya malam. Malam yang penuh akan bintang, suara jangkrik bersahutan dan rembulan yang kian terang benderang. Namun lebih dari itu semua, malam merupakan waktu yang sangat tepat bagi siapa saja, baik itu aku, kamu, dia, orang ketiga dan sebagainya untuk melepaskan penat. Benar sobat, mari berisitirahat.

Waktu malam memang ditunjukkan bagi manusia untuk istirahat. Setelah seharian penuh kerja, pergi pagi pulang sore, akhirnya kerinduan akan hangatnya sentuhan bantal dan guling rampung terobati. Ditambah dengan penantian panjang oleh istri atau suami yang sedang menunggu di atas ranjang. 

Eeet, tunggu dulu jangan terlalu memaksa adegannya wahai pembaca. Selain pasangan, anak juga pastinya sedang menunggu untuk diberikan kecupan sebelum tidur, yang biasanya didahului oleh kecupan emoticon gadget. 

Tetapi tenang sobat jomblo, anda juga menjadi tokoh dalam pembahasan saya kali ini. Tepatnya ketika kita sudah merasa nyaman dengan kasur, tiba tiba entah darimana asalnya terjadi penyerangan mendadak dari satu pleton nyamuk. Ketenangan yang mulai menghampiri perlahan sirna seiring dengan dengung kedatangan nyamuk tersebut.

Gangguan gangguan seperti nyamuk memang kerap kali terjadi. Tetapi nenek moyang kita sudah memiliki penangkalnya sedari dulu. Teknologi yang sampai kini mungkin sebagian masih digunakan oleh beberapa oknum manusia. Tentu saja bukan kaleng semprot pengusir nyamuk, melainkan sebuah tatanan rajutan dari jutaan helai benang yang membentuk tubuh simetris yang memiliki gerbang didalamnya atau sering sekali kita sebut kelambu. Inggrisnya disebut mosquito net. 

Tentunya bukan gelanggang para nyamuk bermain voli melainkan untuk menangkal intervensi nyamuk kedalam nyamannya kasur dan jelang tidur. Selain itu pula, fungsinya juga dapat menjadi penambah suasana ketenangan, apalagi jika sudah tertutup oleh kelambu maka sinar sinar yang terpancar akan terjaring dan menimbulkan suatu efek khusus yang dinamakan : "remang remang effect" . Inilah suasana yang acapkali membuat kita merasa tenang, apalagi bila ada yang menemani, terasa masalah dunia itu sirna dan berubah menjadi cinta.

Ternyata wahai sobat, kelambu tak hanya benda mati. Meskipun ia tak menjawab ketika kita bertanya "kenapa dia ngeread chat aku sih" tetapi bukan berarti dia tak memiliki banyak arti. 

Semua memiliki makna didunia ini. Apalagi benda full faedah seperti kelambu. Jangan melihat dari segi fungsionalitas kebendaanya saja, tetapi mari kita melihat lebih dalam ke sisi inklusifnya. Bukankah kelambu seolah seperti sebuah ruangan? Ruangan dimana kita memasuki dunia kita. Dunia yang membawa kita kedalam fantasi kita. Baik engkau wahai penyendiri atau mereka yang memiliki orang terkasih.

Ketika dulu sesaat sebelum tidur pastinya kita selalu memakai kelambu. Seperti yang dijelaskan diatas yaitu mengusir nyamuk. Nah disinilah kita dapat mengambil pelajarannya sobat. Kelambu bagai tembok penghalang. Kelambu berposisi sebagai pelindung untuk kita yang memulai masuk kedalam ketenangan. Apalagi jika itu bersama orang yang terkasih. 

Tidakkah kalian melihatnya? inilah filosofinya. Ibarat kata kelambu adalah orang orang yang rela mengorbankan dirinya untuk melindungi orang orang yang ia kasihi. 

Menangkal dari segala marabahaya hanya untuk membuat yang didalamnya merasa nyaman. Siapakah itu? siapa yang rela mengorbakan dirinya hanya untuk melihat engkau bahagia? carilah sendiri nak. Yakinlah kebahagiaanmu sekarang karena ada usaha orang orang yang rela demi dirimu melindungimu dari segala ancaman penderitaan itu..

Setelah akhirnya kelambu itu menutupi segala sisi kasur kita, maka kita beranjak merebahkan kepala kita ke bantal. Penat dan lelah yang menggerogoti otak kecil kita perlahan luntur. 

Dari dalam, hanya terlihat pancaran redup cahaya luar. Melihat dari sisi ini kita seolah dibawa masuk ke dalam diri kita lebih jauh. Bukankah ketika suasana remang remang seperti itu kita mulai mengingat segala sesuatu, baik itu sedih maupun senang. Seharian penuh dengan segala lika liku kehidupan yang terbawa kerumah pada akhirnya adalah sebuah ingatan. 

Lalu terbayang mengenai diri kita diantara remangnya kelambu yang bercorak bunga tersebut. Seolah menjadi refleski diri kita hari ini. Apa yang telah dilakukan hari ini dan apa yang akan dilakukan esok hari. 

Bahkan tak hanya soal diri sendiri. Dengant temani orang terkasih disisi, suasana remang remang membuat kita seolah pergi menuju nirwana. 

Situasi seperti inilah yang kadang membuat hubungan makin erat. Jangan lihat remang remang sobat, tapi lihatnya bagaimana suasana yang tercipta untuk bisa saling memahami antar diri. Yaitu suasana disaat kita merasa mendung hingga akhirnya dapat membuka diri.

Kelambu yang menutupi semua area kasur dan ranjang membuat pandangan dari luar terbatasi. Bahkan mungkin terhalangi. Disanalah makna kelambu. Ketika kita tahu bahwa didalam kelambu adalah sebuah ketenangan diri, kedekatan hubungan dan relasi emosional yang kita rasakan sendiri, maka biarlah kita rasakan sendiri. 

Memang bahagia itu perlu dibagi bagi, tetapi tak semua kebahagiaan adalah materi sosialiasi. Ada juga yang sifatnya privasi. Yaitu tadi, kedekatan personal secara emosional yang tak perlu kau umbar umbar. 

Apalagi diluar sana masih banyak kaum jomblo yang merasa dirinya paling menderita, yang kalau lihat ada pasangan bahagia sedikit bawaannya emosi atau yang lagi berduka karena ditinggal yang terkasih. 

Maka, disanalah kelambu berperan sentral sebagai pembatas bagi diri kita dan dunia luar. Untuk keintiman yang secara personal bukan konsumsi global. Karena yang indah indah itu dilihat dari hati bukan dari mata.

Mungkin itulah maksud dari penemu kelambu kepada para penggunaanya. Mungkin itu adalah tugas suci dari kelambu untuk menasehati para manusia yang haus keintiman.

Yang kalau lagi bersama bukannya saling bicara malah bercinta dengan laman linimasa. Oooh kelambu ternyata begitu mulia keberadaanmu di dunia ini. Terima kasih karena telah mengajarkan pelajaran berharga bagi kami yang tak tahu diri ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun