Mohon tunggu...
Wahyu Aji
Wahyu Aji Mohon Tunggu... Administrasi - ya begitulah

Insan yang suka mendeskripsikan masalah dengan gaya santai

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kelambu dan Filosofi Keintiman

27 Desember 2018   19:23 Diperbarui: 27 Desember 2018   19:41 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Setelah akhirnya kelambu itu menutupi segala sisi kasur kita, maka kita beranjak merebahkan kepala kita ke bantal. Penat dan lelah yang menggerogoti otak kecil kita perlahan luntur. 

Dari dalam, hanya terlihat pancaran redup cahaya luar. Melihat dari sisi ini kita seolah dibawa masuk ke dalam diri kita lebih jauh. Bukankah ketika suasana remang remang seperti itu kita mulai mengingat segala sesuatu, baik itu sedih maupun senang. Seharian penuh dengan segala lika liku kehidupan yang terbawa kerumah pada akhirnya adalah sebuah ingatan. 

Lalu terbayang mengenai diri kita diantara remangnya kelambu yang bercorak bunga tersebut. Seolah menjadi refleski diri kita hari ini. Apa yang telah dilakukan hari ini dan apa yang akan dilakukan esok hari. 

Bahkan tak hanya soal diri sendiri. Dengant temani orang terkasih disisi, suasana remang remang membuat kita seolah pergi menuju nirwana. 

Situasi seperti inilah yang kadang membuat hubungan makin erat. Jangan lihat remang remang sobat, tapi lihatnya bagaimana suasana yang tercipta untuk bisa saling memahami antar diri. Yaitu suasana disaat kita merasa mendung hingga akhirnya dapat membuka diri.

Kelambu yang menutupi semua area kasur dan ranjang membuat pandangan dari luar terbatasi. Bahkan mungkin terhalangi. Disanalah makna kelambu. Ketika kita tahu bahwa didalam kelambu adalah sebuah ketenangan diri, kedekatan hubungan dan relasi emosional yang kita rasakan sendiri, maka biarlah kita rasakan sendiri. 

Memang bahagia itu perlu dibagi bagi, tetapi tak semua kebahagiaan adalah materi sosialiasi. Ada juga yang sifatnya privasi. Yaitu tadi, kedekatan personal secara emosional yang tak perlu kau umbar umbar. 

Apalagi diluar sana masih banyak kaum jomblo yang merasa dirinya paling menderita, yang kalau lihat ada pasangan bahagia sedikit bawaannya emosi atau yang lagi berduka karena ditinggal yang terkasih. 

Maka, disanalah kelambu berperan sentral sebagai pembatas bagi diri kita dan dunia luar. Untuk keintiman yang secara personal bukan konsumsi global. Karena yang indah indah itu dilihat dari hati bukan dari mata.

Mungkin itulah maksud dari penemu kelambu kepada para penggunaanya. Mungkin itu adalah tugas suci dari kelambu untuk menasehati para manusia yang haus keintiman.

Yang kalau lagi bersama bukannya saling bicara malah bercinta dengan laman linimasa. Oooh kelambu ternyata begitu mulia keberadaanmu di dunia ini. Terima kasih karena telah mengajarkan pelajaran berharga bagi kami yang tak tahu diri ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun