Mohon tunggu...
Wahyu Widayanti
Wahyu Widayanti Mohon Tunggu... mahasiswa -

aku mahasiswi smster 3 Jurusan PGSD dari Program S1 PGSD kampus VI Kebumen UNS '09...

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kritis...Kritis...

30 November 2010   02:16 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:11 608
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Apa yang ada dalam benak Anda ketika mendengar kata ‘kritis’? Pernahkah Anda mendengar percakapan seorang dokter dengan suster, saat dokter berkata,”Pasien ini keadaanya sudah kritis harus segera dioperasi”. Kritis pada orang sakit berarti keadaan yang sudah mencapai tingkat tinggi atau darurat atau parah. Kata ‘kritis’ tidak hanya digunakan untuk menyebutkan keadaan seorang yang sakit. Lalu jika berhubungan dengan pendidikan bagaimana dengan itu?

Guru ialah seseorang yang berperan penting dalam proses belajar mengajar pada peserta didik. Dalam membelajarkan pada anak memerlukan strategi. Strategi dalam proses belajar mengajar dimaksudkan untuk mensiasati agar siswa juga terlibat aktif belajar.

Ada beberapa definisi strategi belajar mengajar. Pertama, strategi merupakan suatu keputusan bertindak dari guru dengan menggunakan kecakapan dan sumber daya pendidikan yang tersedia untuk mencapai tujuan melalui hubungan yang efektif antara lingkungan dan kondisi yang paling menguntungkan. Kedua, strategi merupakan garis besar haluan bertindak dalam mengelola proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan pengajaran secara efektif dan efisien. Ketiga, strategi merupakan pola umum perbuatan guru-peserta didik di dalam perwujudan kegiatan belajar-mengajar. Keempat, strategi mengajar merupakan suatu pola dan urutan tingkah laku guru untuk menampung semua variabel penting secara sadar dan sistematis. (Raka Joni, 1980; Kartadinata, S & Permana, J., 1998 dalam Suharjo, 2006: 86). Dengan kata lain, strategi adalah suatu langkah untuk mencapai tujuan pengajaran dalam kegiatan belajar mengajar.

Lawrence T. Alexander dan Robert H. Davis dalam Suharjo mengemukakan 4 hal yang perlu dipertimbangkan dalam memilih strategai belajar mengajar. Pertama, sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Kedua, sesuai dengan karakteristik peserta didik. Ketiga, menggunakan sumber dan fasilitas untuk melaksanakan strategi tertentu. Keempat, mengetahui karakteristik dari masing-masing metode pembelajaran. Strategi belajar mengajar berbeda dengan metode. Strategi belajar mengajar memiliki pengertian yang lebih luas daripada metode pembelajaran dan teknik pembelajaran. Metode merupakan cara-cara yang ditempuh guru untuk menciptakan situasi pengajaran yang menyenangkan yang dapat mendukung kelancaran proses belajar.

Beberapa metode-metode pembelajaran yang dapat digunakan diantaranya metode ceramah, metode diskusi, metode tanya jawab, metode kerja kelompok disebut juga CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif), metode demonstrasi, metode tugas, metode eksperimen, metode simulasi, metode penemuan, metode pengajaran unit. Masing-masing metode memiliki kelebihan serta kekurangan.

Dalam kegiatan belajar mengajar dapat digunakan lebih dari satu metode. Misalnya penyajian materi tentang kincir angin. Siswa tidak cukup hanya dijelaskan apa itu kincir angin, apa fungsi kincir angin, bagaimana kinerja kincir angin. Jika penyajiannya hanya menggunakan metode ceramah, siswa hanya tahu secara teori akan tetapi jika penyajian juga menggunakan metode demonstrasi siswa akan mengetahui bagaimana wujud kincir angin, siswa lebih memahami kinerja kincir angin atau bahkan siswa juga dapat membuat kincir angin itu sendiri. Penggunaan suatu metode perludisesuaikan dengan bahan yang akan diajarkan. Karena tidak setiap bahan materi pelajaran cocok dengan semua metode.

Teknik pembelajaran yang baik akan membantu bagaimana melakukan suatu metode. Teknik berbeda dengan metode. Teknik lebih bersifat individual karena tergantung siapa yang mengajar, meski metode yang digunakan sama tetapi teknik setiap guru itu berbeda.

Selanjutnya tentang dua hemisfer otak (Teori Hemisphere) atau disebut juga teori belahan otak bahwa otak terdiri dari belahan otak kanan dan otak kiri. Berdasarkan penelitianyang dilakukan terhadap pasien split brain, yang korpus kalosumnya dipotong, diketahui bahwa masing-masing hemisfer otak memiliki bakat tersendiri. Pada kebanyakan orang, bahasa diproses terutama oleh hemisfer kiri, yang umumnya memilki fungsi khusus dalam menangani tugas-tugas yang bersifat logis, simbolik, dan berangkai. Hemisfer kanan berhubungan dengan tugas-tugas spasial-visual, mengenali wajah, serta kreasi dan apresiasi terhadap seni maupun musik. Meskipun demikian, dalam kebanyakan aktivitas mental, kedua hemisfer ini saling bekerja sama di mana masing-masing hemisfer memberikan kontribusi yang berharga (Carole Wade & Carol Tavris, 2007).

Salah satu cara untuk menyeimbangkan cara kerja belahan otak kanan & otak kiri Yang dapat kita lakukan seperti menggunakan musik dalam melakukan aktifitas berpikir, serta berolahraga teratur. Yang terpenting dalam kedua teknik tersebut adalah memunculkan keadaan yang relaks. Karena dengan keadaan relaks tersebut akan membuat koneksi atau hubungan antara kedua belahan otak menjadi cepat.

Agar otak bisa bekerja atau belajar dengan baik, maka otak harus sehat. Kondisi eksternal mempengaruhi kondisi internal otak. Ada empat fungsi dasar otak yang harus difungsikan dengan benar agar otak sehat, yaitu (1) Struktur fisik dan lingkungan kimiawinya; (2) Menerima informasi dari waktu ke waktu melalui indra; (3) Menyimpan informasi masa lalu; (4) Mengasosiasikan informasi lama dengan informasi baru.

Keempat fungsi dasar itu harus djalankan dengan baik agar otak terlatih. Berbeda dengan barang lain yang mengalami kerusakan atau kerjanya menjadi berkurang apabila sering dipakai, otak justru semakin baik kerjanya apabila sering digunakan. Oleh karena itu, gunakan otak kita untuk belajar sebagaimana fungsinya sebagai pusat belajar.

Berpikir kritis merupakan sebuah proses yang terarah dan jelas yang digunakan dalam kegiatan mental seperti memecahkan masalah, mengambil keputusan, membujuk, menganalisis asumsi, dan melakukan penelitian ilmiah. Berpikir kritis adalah kemampuan untuk berpendapat dengan cara yang terorganisasi. Berpikir kritis merupakan kemampuan untuk mengevaluasi secara sistematis bobot pendapat pribadi dan pendapat orang lain. Berpikir kreatif adalah kegiatan mental yang memupuk ide-ide asli dan pemahaman-pemahaman baru. Berpikir kritis dan kreatif memungkinkan siswa untuk mempelajari masalah secara sistematis, menghadapi berjuta tantangan dengan cara yang terorganisasi, merumuskan pertanyaan inovatif, dan merancang solusi orisinal (Elaine B. Johnson,2009: 183).

Di sekolah dasar, anak-anak harus melakukan langkah-langkah kecil dahulu sebelum akhirnya menjadi terampil berpikir dalam tingkatan yang lebih tinggi. Para ilmuwan menemukan bahwa anak-anak lebih kompeten dan dapat belajar lebih banyak daripada yang diperkirakan dalam teori-teori. Salah satu hal yang paling menakjubkan dari anak-anak adalah keterbukaan mereka pada informasi baru dan kemauan mereka untuk berubah (D’Arcangelo dalam Elaine B. Johnson, 2009: 183-184).

Apabila anak-anak diberi kesempatan untuk menggunakan pemikiran dalam tingkatan yang lebih tinggi di setiap tingkat kelas, pada akhirnya mereka akan terbiasa membedakan antara kebenaran dan kebohongan, penampilan dan kenyataan, fakta dan opini, pengetahuan dan keyakinan. Secara alami, mereka akan membangun argument dengan menggunakan bukti yang dapat dipercaya dan logika yang masuk akal. Secara alami, mereka akan berpikir kreatif. Sebagai pemikir yang kreatif, mereka akan terbiasa membangun hubungan imajinatif antara hal-hal yang berbeda, melihat kemungkinan-kemungkinan tak terduga, dan berpikir dengan cara baru mengenai masalah-masalah yang sudah lazim (Elain B. Johnson, 2009: 184).

Berpikir kritis dan kreatif merupakan komponen pendukung membentuk anak menjadi seorang Problem Solver. Setelah anak sudah terbentuk menjadi seorang Problem Solver mulailah ajak mereka untuk memecahkan masalah. Sebelum merumuskan solusi untuk memecahkan masalah kita perlu tahu dahulu, apa masalah itu sebenarnya.

Masalah atau problem adalah apabila ada suatu penyimpangan yang diluar dari hal normal, penyebab masalah itu belum diketahui, dan berpotensi meresahkan siapapun yang terkait.Masalah yang disajikan pada anak merupakan masalah kehidupan sehari-hari (kontekstual). Pembelajaran berbasis masalah ini dirancang dengan tujuan untuk membantu anak mengembangkan kemampuan berpikir dan mengembangkan kemampuan dalam memecahkan masalah. Pada pembelajaran berbasis masalah anak dituntut untuk melakukan pemecahan masalah-masalah yang disajikan dengan cara menggali informasi sebanyak-banyaknya, kemudian dianalisis dan dicari solusi dari permasalahan yang ada. Solusi dari permasalahan tersebut tidak mutlak mempunyai satu jawaban yang benar, artinya anak dituntut pula untuk belajar secara kreatif. Siswa diharapkan menjadi individu yang berwawasan luas serta mampu melihat hubungan pembelajaran dengan aspek- aspek yang ada di lingkungannya.

Daftar Pustaka:

Carole Wade & Carol Tavris.Psikologi Edisi Kesembilan Jilid 1.2007.Jakarta: Erlangga

Elaine B. Jonson.Contextual Teaching & Learning.2009.Bandung: MLC

Suharjo.Mengenal Pendidikan Sekolah Dasar Teori dan Praktek.2006.Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Direktorat Ketenagaan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun