Mohon tunggu...
Wahjuni Agustina
Wahjuni Agustina Mohon Tunggu... Guru - Dwija

Semua karena proses memaknai tentang ketulusan dan keikhlasan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Romansa Sang Penari

12 November 2020   00:30 Diperbarui: 12 November 2020   00:40 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Untuk acara itu, biar Gayatri saja yang berangkat, tadi panitianya juga sudah mau menerima, karena acara yang di kota ini lebih penting karena berhubungan dengan pemerintah kabupaten."

Hmm...pemerintah kabupaten, berarti cowok ini bukan sembarang orang, dari penampilannya saja bisa terlihat.

"Jadi kamu?" terdengar suaranya menyelidik.

"Oh ya..kenalkan aku Larasati."

"Owhhh kamu yang bernama Larasati, Penari Primadona  dan kamu nanti yang akan menari di acara Gebyar Pariwisata Kabupaten?" tanyanya seakan masih sangsi, tatapannya seakan menelanjangiku, dari bawah ke atas, balik lagi, begitu untuk beberapa saat. Dan aku merasa risih diperlakukan seperti itu.

"Ada yang salah?" jawabku agak terkesan judes. Cowok itu nampak menyibakkan rambutnya yang bergaya medium length hairstyle, hingga membuatku benar-benar merasa terpikat.

"Kalian seperti sudah mengenal sebelumnya?" tanya Simbah mematahkan kekakuan. 

" Engg anuu...mbahhh...bukan...ehh belumm.” Jawabku terbata-bata. Kulihat cowok itu mengerling nakal, seolah merasa senang melihatku, kurang fokus seperti itu.

“Hmm...baiklah nak Panji, sepertinya kita sudah sepakat, silakan diminum dulu tehnya !”

“ Inggih..Simbah, terima kasih!”

Panji, cowok jangkung tegap berparas bak bintang K-POP idolaku Lee Min Hoo, dengan gaya rambut memikatnya, benar-benar telah menawan hatiku. Tapi ada rasa asing  yang menahannya, Tuhan...haruskah seperti ini terus, apalagi dia sepertinya seorang yang penting di Kabupaten. Apakah kisah ibu harus kuulang, tidak... tidak akan pernah terjadi, aku harus menyudahi halusinasi ini. Hatiku berkecamuk tak menentu sepeninggal Panji. Aroma Paco Rabane One Million masih tercium wanginya, meski dia telah berlalu, duhh...membuat imajinasiku kembali mengembara. Benar-benar cowok terkeren yang aku jumpai, tongkrongan yang berkelas, outfit pun masa kini begitu juga aroma tubuhnya, gilaaa....aku sudah gila berhayal tentangnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun