Mohon tunggu...
Noer Wahid
Noer Wahid Mohon Tunggu... Penulis lepas di usia senja - Wakil Ketua Persatuan Perintis Kemerdekaan Indonesia Cabang Sumut - Ketua Lembaga Pusaka Bangsa -

Seorang sepuh yang menikmati usia senja dengan aksara. E-mail ; nurwahid1940@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik

Apakah Ada Musuh-musuh Pancasila itu?

21 Oktober 2017   23:24 Diperbarui: 22 Oktober 2017   00:18 1671
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi (www.wallpapersxl.com)

Pancasilaitu tidak mempunyai musuh. Tak ada keraguan dengan ungkapan tersebut. Setahu kita, orang yang banyak antipada Pancasilasampai ada yang ingin menggantikan ideologiitu dengan paham atau ideologiyang lain. 

Bagi yang antiPancasilatidaklah dianggap musuh karena sebagai suatu ideologiwajar kalau ada yang prodan kontra.Bukan hanya pada Pancasilasaja tetapi hampir pada semua ideologiselalu ada saja yang promaupun yang kontra.Tentu semuanya itu berdasarkan alasannya masing-masing.

Dengan kedudukannya sebagai ideologiNegara tidaklah mudah menggantikan Pancasila itu dengan paham atau ideologiyang lain. Apabila ada yang mencoba menggantikannya tentu akan berhadapan dengan Negara. Sejarah menunjukkan betapa Negara pada masa lalu telah menghabisi upaya-upaya seperti itu.

Akan tetapi, secara dialektika, sejak Pancasila menjadi ideologiNegara maka yang antiPancasilapun semakin banyak pula jumlahnya sampai saat ini. Begitu besarnya kebencian mereka itu sehingga divisualisasikandalam gerakan-gerakan yang terorganisir, baik secara terang-terangan maupun secara tersembunyi.

Tadi telah dikatakan, Pancasila itu tidak mempunyai musuh lalu, mengapa dimusuhi. Mengapa Pancasila itu dibenci ! Lalu, kita ingin bertanya, dimana Anda dahulu pada waktu Indonesia mula-mula merdekapada tanggal 17 Agustus 1945.

Kalau memang Anda sudah ada pada waktu itu mengapa tidak Anda saja yang mem-proklamir-kan kemerdekaan Indonesia dan sekaligus menjadikan ideologiAnda tersebut sebagai ideologiNegara. Kalau Anda benar-benar orang hebat, tokoh dunia kelas kakap, yang tidak tertandingi oleh siapapun pada waktu itu.

Kalau orang yang mengerti sejarah, dia tidak akan mau munafik. Betapa sulitnya mula-mula kita merdeka dahulu. Ada dilemayang dihadapi, kekalahan Jepang dan kemenangan Sekutu, membuat kita disana harus berani mengambil prakarsa untuk merdeka.

Kemauan merdeka pada waktu itu harus bertumpu pada kemauan rakyat. Kalau rakyat tidak mau merdeka, ya, kita tidak jadi merdeka. Rakyat mau merdeka kalau

ideologiNegara adalah Pancasila. Padahal, rakyat pada waktu itu banyak yang tidak tahu, apa itu Pancasila. Meskipun demikian tidak ada yang antiPancasila.

Tetapi, kini justeru yang antiPancasilaitu semuanya rata-rata yang tidak punya andildalam sejarah kemerdekaan kita. Namun, Pancasila tidaklah pernah antipada mereka.

Kalaulah Pancasilaitu ada antipatinyatetapi tidak ditujukan pada manusianya, tidak pada masyarakatnya atau bangsanya. Pancasila hanya antipada sistem, seperti pada sistem kapitalisme, atau pada sistem imperialisme, dan sebagainya.

Jika tidak antipada kedua sistemitu buat apa rakyat Indonesia itu dimerdekakan pada tanggal 17 Agustus 1945 dahulu. Kalau dahulu kita anti kolonialisme, antipenjajahan Belanda lalu, kini kita berjinak-jinakan pula pada kapitalisme, maka apalah artinya kemerdekaan itu bagi rakyat Indonesia.

Lepas dari penjajahan Belanda lalu, kini kita berkerja sama dengan kaum kapitalisdalam rangka membangun imperialisme modernatau yang disebut juga dengan neo imperilaisme, maka sama saja kita telah mengkhianati Pancasila.

Kecenderungan kearah sana semakin lama semakin nyata maka tidaklah heran kalau kini Pancasila itu dikepung dari dua sisi. Dari satu sisi Pancasiladikepung oleh yang antiPancasila dan dari sisi lain oleh neo imperialisme. 

Pancasilahampir kehilangan pamor menghadapi dua elemenyang mengepung itu padahal, Pancasila adalah ideologiNegara. Sepertinya Negara saat ini tidak lagi berdaya melindungi rakyatnya dari kapitalismedan neo kapitalisme serta neo imperilaisme.  

Negara di mata rakyat adalah pelindungnya tetapi ketidakberdayaan Negara bisa menambah panjang daftar orang-orang yang antiPancasila.Justeru benteng terakhir Pancasila itu banyak kebijakannya tidak identikdengan Pancasila.Kata pepatah, "tongkat membawa rebah !"

Mungkin sanggahan akan datang dengan adanya premiseseperti itu karena penalaran para Pejabat Negara lagi memfokuskandiri pada Pembangunan yang harus dikejar dan dikerjakan secara intensif.

Akan tetapi Pembangunan yang mengabaikan prinsip-prinsipsila ke-5 Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia akan mengundang banyak masalah krusialdan dilemmatisdikemudian hari.

Justeru para Pejabat Negara itu perlu diingatkan akan hal ini.  Betapa tidak, sejengkal saja menyimpang dari prinsip-prinsiptersebut maka semakin terbukalah celah masuknya neo kapitalismedan neo imperialisme.

Ingatlah !  Neo kapitalismesekarang ini berbeda dengan kapitalismemasa lalu. Kalau kapitalismemasa lalu lebih mengutamakan penyelamatan produksidan mencari pasar.Itulah sebabnya, mengapa terjadi Perang Dunia II dahulu.

Akan tetapi neo kapitalismesekarang ini lebih mengutamakan penyelamatan kapitalatau modalsebab, produkbisa saja berganti akibat kemajuan teknologi.Jadi, pada neo imperialismeitu adalah konsekuensidari penyelamatan modal.

Kita harus sadar bahwa lembaga-lembaga keuangan internasionalsekarang ini sebagai lembaga donor(membantu modal) untuk pembangunan seperti WorldBank dan IMFmempunyai tendensikearah sana.

Ketika Asia mengalami krisis moneterpada tahun 1997 yang lalu, peran aktifkedua lembaga keuangan tersebut untuk menolong Asia hampir tidak ada. Malah disuruh mengutang lagi untuk mengatasi krisis monetertersebut. Kata pepatah, "sudah jatuh ditimpa tangga pula".

Krisis moneteritu bukan akibat dari krisis ekonomitetapi sengaja diciptakan.Hanya Asia saja yang mengalami krisismoneter sedangkan, Eropah dan Amerika tidak sampai mengalaminya. Kalau krisisitu tidak diciptakan mana mungkin bisa terjadi.

Dari kejadian itu kaum neo kapitalismendulang kekayaan (modal) tidak sedikit  akibat kurs dollarmeningkat tajam. Bagaimanakan tidak, semua Bank-Bank besar tidak menyimpan dollardalam jumlah yang dibutuhkan sehingga Negara-Negara debitursulit membayar hutangnya. Itulah yang dinamakan pemburu rente.   

Kita masih ingat bagaimana tujuh Negara-Negara Industri Maju, yang disebut G-7, melakukan negosiasidi tahun 1995 di Paris, sebagai antisipasiG-7 atas rencana PBB mendirikan WTO (World Trade Organization).

Untuk itu Negara-Negara Industri Maju G-7 mengajak Negara-Negara Maju lainnya bergabung dalam Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) atau Organisasi Kerjasama dan Perkembangan Ekonomi, yang akhirnya jumlah anggotanya mencapai 29 Negara Maju.

Dibuatnya organisasi itu dalam rangka bagaimana Negara-Negara Maju tersebut dapat menyelamatkan modalnya atau kapitalnya dengan berbagai rencana. Salah

satu rencananya ialah memaksakan kepada WTO untuk menerima konsepMAI (Multilateral Agreement on Investment) yang sudah disusun oleh Negara-Negara Maju yang tergabung dalam OECD.

Konsep MAI itu dibuat di Washington sebagai pusat negara-negara kapitalismeyang menginginkan dapat menguasai dunia lewat kapitalatau modalnya. KonsepMAI itu sangat eksploitatif.

Apabila ada negara-negara miskin atau berkembang yang menghendaki investasilewat WTO maka negara-negara itu harus mau menerima konsepMAI tersebut. Syarat-syarat yang ditetapkan dalam MAI itu antara lain tidak boleh menggunakan alasan Hak Asasi Manusia (HAM), standar buruh dan lingkungan sebagai kriteriadalam mendapatkan investasi.

Dengan perjanjian seperti itu banyak negara-negara donoryang tergabung dalam OECD menguras habis kekayaan alam negara-negara penerima donorsehingga apa yang terjadi dapatlah kita lihat salah satu contohnya pada Freeport, Papua.

Masih ada lagi syarat lainnya yang diminta oleh MAI kepada negara-negara yang ingin mendapatkan investasidari negara-negara donor.  Tetapi, pada dasarnya semua isi perjanjian didalam MAI itu harus menguntungkan bagi negara-negara donor.Itu sudah pasti !

Kita sendiri masih meneruskan tradisimengutang kepada negara-negara donorlewat lembaga-lembaga keuangan internasionalmaupun melalui perjanjian bilateraldengan negara-negara investor.Kini saja hutang kita hampir Rp. 4.000 triliun dan dari sebanyak itu katanya 60 % hutang dalam negeri.

Terlepas daripersoalan berapa jumlah hutang kita, yang perlu disampaikan disini bahwa Negara kita sekarang ini sudah mencapai lampu merahdalam soal hutang. Pada zaman Orla dahulu hutang kita hanya 3,5 milyar dollar.Meningkatnya hutang kita setelah Orba berkuasa yaitu mencapai 157 milyar dollar.

Hitung saja sendiri berapa milyar dollarhutang kita sekarang ini. Namun, perlu diperingatkan disini tak ada pembangunan yang bisa sampai pada sasarannya kalau modalnyadidasarkan kepada hutang.

Berdikari sebagai konsepyang paling relevanbelum sepenuhnya dilaksanakan. Sepertinya ada keengganan karena pemburu rentetidak bisa bermain kalau konsepitu dipaksakan sekarang ini. Rakyat juga yang akan menanggung.*** 

_________________

Noerwahid
Wakil Ketua Persatuan Perintis Kemerdekaan Indonesia Cabang Sumut
Ketua Lembaga Pusaka Bangsa "Pancasila"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun