Mohon tunggu...
Wahid Muslim
Wahid Muslim Mohon Tunggu... -

hidup untuk mati

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Miss The One Old You

20 Februari 2014   05:47 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:39 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kerinduan terpendam atau bahkan hilang?

bukan aku,itu tertuju padamu

cinta..

sayang..

rindu..

menjadi satu bak campuran coklat dari penjuru dunia
terasa manis namun sangat jauh tuk menyatu
Hey..denting jam itu tertawa padaku
masa lalu,apakah kamu?
tidak,kamu masa depanku
kenangan..tepat namun tak pasti

cinta..

sungguh kaki berat tuk melangkah
jiwa mungkin sedang bersandar kesal
otak dan hati tak sinkron
bisa diibaratkan seperti induk ayam kehilangan telur emasnya
bingung kesal marah sedih menangis namun hanya bisa berteriak
titik koma pentung bahkan tanya tak berarti

hey..insan tuhan yang kurindui
apakah kamu dengar?
apakah kamu ingat?
apakah kamu juga merasakan?
saat ruas jari ini sempat terisi,
saat senyum ini sempat terbalas,
saat waktu ini sempat diluangkan,
saat lelah ini sempat terobati,
saat pundak ini dijadikan sandaran,
saat bahu ini dijadikan tempat berteduh,
saat semua detik menjadi indah,
hey...bangun..aku mengkhayal
aku berada pada titik lamunan yang merajai
itu dulu atau kemarin atau minggu lalu atau atau atau atau
aku tak ingat aku lupa..pura pura lupa lebih tepatnya
menangiskah? ah cengeng
air mataku mahal bagaikan mutiara hitam berlumur emas 24 karat
namun jika teringat satu kenangan bersamamu
air mata ini bagaikan puntung rokok yang tak berharga
membuat sakit lalu terbuang...
perlahan tertunduk..

ada siratan cahaya keluar dari dinding hati

aku merindukan kamu yang dulu dan kembali

kemudian terdiam...

dan tertidur

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun