Mohon tunggu...
Wahid Kian
Wahid Kian Mohon Tunggu... -

Lahir di Witihama, Adonara, Flores Timur, NTT. Saat ini Beraktivitas di Media dan berdomisili di Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Gelekat Lewo Tanah

29 Desember 2009   10:00 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:43 314
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Isitilah Gelekat Lewo Tanah tertanam dan menghujam dalam sanubari masyarakat Lamaholot. Ia menjadi cita-cita luhur bagi setiap insan Lamaholot baik yang ada di kampung halaman terlebih yang ada di tanah rantau. Ia merupakan elemen budaya Gotong Royong yang masih tersisa walau hanya teraplikasi dalam semboyan, namun ia tetap menjadi Spirit Kebersamaan dalam masyarakat Lamaholot.

Ia menjadi jargon kebersamaan yang merontokan isme-isme sosial yang sempit. Ia menjadi preference bagi setiap pemeluk agama untuk tetap bersama dalam Berkarya. Ia tidak hanya sebatas seruan moral bagi masyarakat perantau namun Ia menjadi bagian dari nilai-nilai moral kehidupan ini; bahwa nilai seorang manusia terukur dari sejauh mana manfaatnya ia atas orang lain.

Gelekat Lewo Tanah, mengisyaratkan kepada setiap insan Lamaholot akan arti pentingnya Ia sebagai Ata Di’ken (Insan Kamil) yang memiliki tanggung jawab atas 1) pembinaan dirinya, 2) pengejawantahan diri dalam Karya yang Bermanfaat dan 3) mensosialisasikan Karya yang Bermanfaat tersebut dalam Kebersamaan;

Menjadi Ata Di’ken atau Insan Kamil tentu kita harus mau melakukan ketiga tanggung jawab tersebut di atas dengan amanah. Pembinaan diri sebagai insan adalah bagaimana membangun hubungan spiritual yang mendalam dengan Tuhannya dalam bingkai Keimanan dan Ketaqwaan yang Ikhlas, hingga mencapai pemahaman diri sebagai Hamba dari Sang Pencipta, Tuhan Seru Sekalian Alam (Aamanu).

Mengetahui diri sebagai Hamba atau Abdi dari Sang Maha Pencipta, Tuhan Seru Sekalian Alam; tentu harus ada pengejawantahan diri sebagai Hamba atau Abdi dalam sebuah Karya yang Bermanfaat (Aamilusholihah).

Setelah menggapai pemahaman dan kemudian memosisikan diri diantara orang-orang yang “Aamanu wa Aamilusholihah”, tentu pencapaian ini tidak akan bermanfaat apabila dinikmati sendiri dalam ke-Akuan. Maka kita diwajibkan pula untuk melakukan sosialisasi atas Karya Iman dan Amal Sholeh itu kepada masyarakat luas. Dengan apa ? yakni mengingatkan kepada manusia untuk tetap sabar (konsisten) dalam menjalankan Aamanuu wa Amilusholihah sebagai pengejawantahan dari fungsinya sebagai Hamba-Nya, Tuhan Seru Sekalian Alam. (watawashoubilhaqi watawashoubisshobri).

Hingga sampai pada satu kesimpulan sementara bahwa Gelekat Lewo Tanah memiliki arti yang sangat-sangat penting dalam membangun hubungan antara “manusia dengan Tuhannya (habluminallah) dan manusia dengan manusia (habluminannas).

Dengan demikian “kebersamaan” yang selama ini tersekat-sekat oleh pemahaman dan ego kita sendiri, hendaknya dapat dibongkar dan kembali membangun kebersamaan yang lebih bermakna bagi setiap individu, golongan maupun masyarakat Lewo Tanah LAMAHOLOT.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun