Mohon tunggu...
Wahid Kian
Wahid Kian Mohon Tunggu... -

Lahir di Witihama, Adonara, Flores Timur, NTT. Saat ini Beraktivitas di Media dan berdomisili di Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Uma Lango, Potensi Pembangunan yang Terabaikan

24 November 2009   09:03 Diperbarui: 26 Juni 2015   19:12 293
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Uma Lango bukanlah istilah yang asing di telinga masyarakat Lamaholot khususnya bagi Masyarakat Pulau Adonara di Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur. Istilah Uma Lango terdengar sederhana namun memberikan pesan moral yang sungguh sangat mendalam bagi masyarakat Adonara dalam membangun mahligai rumah tangga. Uma Lango mengisyaratkan sebuah keharusan dalam menata dan membangun sebuah keluarga yang tentram dan harmonis dalam sebuah rantai kehidupan yang berkesinambungan. Uma Lango meyakini kita bahwa “kuatnya sebuah bangsa terletak pada kuatnya sebuah Uma Lango dan kuatnya Uma Lango terletak pada kuatnya individu-individu penghuni Uma Lango”.

Pesan sederhana ini mengalir diantara tetesan air mata sang penulis saat merangkai kata demi kata dari bahasa sang penulis yang sederhana lagi wadag ini. Satu demi satu ingatan itu terlintas mengurai kenangan yang sangat mengesankan saat menyaksikan Uma Lango – Uma Lango itu roboh dan roboh menimpa penghuni yang ada didalamnya. Alhasil ada yang selamat karena dapat lari, walaupun berhamburan tak tentu arah. Individu-individu itu kini harus mencari jalan selamat masing-masing; ada yang merasa kehilangan dan terus mencari identitas yang hilang dan ada yang merasa memiliki namun tak sanggup mengaktualisasi identitasnya; namun disana masih ada semangat, disana masih ada kerinduan yang mendalam untuk membangun kembali Uma Lango itu.

Semangat dan Kerinduan menjadi modalitas yang sangat berarti untuk mengikat kembali komitmen Uma Lango yang tercerai berai; Orang Tua, bagaimana mengaktualisasi diri menjadi Orang Tua terbaik bagi anak-anaknya; Anak, bagaimana menempatkan diri sebagai Anak dari Orang Tuanya; Kakak, bagaimana menjadi Kakak terbaik bagi Adik-Adiknya; Adik, bagaimana menjadi Adik terbaik bagi sang Kakak. Walau pelaksanaan tentu tak sesempurna harapan, namun semangat dan kerinduan membangun kembali Uma Lango adalah Sebuah Keharusan.

Saudaraku, satu demi satu silih berganti, diantara kita ada yang datang ada yang pergi untuk selamanya. Tidak ada yang tahu KAPAN, baik datang maupun pergi. Tidak ada yang MEMINTA, baik datang maupun pergi. Tidak adayang sanggup MENUNDA, baik datang maupun pergi. Tidak ada yang MENOLAK, baik datang maupun pergi. Silih berganti datang dan pergi membangun kisahnya masing-masing sebagai actor dari pementasan yang endingnya hanya Dialah Yang Maha Tahu.

Saudaraku, perbedaan bukanlah alasan untuk bermusuhan. Kesalahan bukanlah alasan untuk putus asa dalam memperbaiki diri. Kesedihan bukanlah alasan untuk terus meratapi nasib dan terus berdiam diri. Kegembiraan bukanlah alasan untuk menepuk dada atas kehebatan diri. Keberagamaan bukanlah menjadi alasan untuk saling menistai satu dengan yang lain. Hau hama-hama, lodo gere taan kakan noon arin, pupu taaro tou, puin taaro uina. Inak – Amak, Kakak - Arik, Bahik - Breunek, wahan kae, pai hodi limat taan onet sare-sare, marin onet taan kloho-kloho bahwa tite ni Kakan Arin – Tite ni Hena. Tite harus taan tewaro “tobo sama rere – dei sama blolo” toon kakan arin kabupaten ikene pi Indonesia ni.

Minimnya Sumber Daya Alam maupun Sumber Daya Manusia bukanlah menjadi alasan untuk tite tidak berinovasi. Namun semua itu harus dijadikan motor penggerak untuk terus melaju kreatif demi mencapai pembangunan Lewo Tanah yang lebih Damai dan Makmur. Lewo Tanah yang Damai dan Makmur tentu sangat bergantung dari Uma Lango yang Harmonis dan Makmur. Uma Lango yang Harmonis dan Makmur tidak terlepas dari sejauh mana para individu penghuni Uma Lango itu dapat saling Menerima dan Menghargai Perbedaan masing-masing individu; tobo uku taaro tou – puin taaro uina, membangun masing-masing Uma Lango yang Harmonis dan Makmur, tentu semua ini akan menjadi dasar dalam membangun Bangsa yang Kuat dan Bermartabat.

Jakarta, 21 November 2009
dipersembahkan untuk menyambut Pilkada Froses Timur 2010

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun