Mohon tunggu...
Wahid Hasyim
Wahid Hasyim Mohon Tunggu... -

Guru dan Tenaga pendidik yang selalu belajar agar mampu berkarya.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Rutinitasku Penghalang Kreatifitasku

3 April 2012   21:05 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:04 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13334870641206525055

[caption id="attachment_180001" align="alignleft" width="363" caption="Jebakan Rutinitas"][/caption] Berangkat pagi-pagi karena harus sampai di sekolah sebelum pukul tujuh, lewat sedikit sudah dianggap terlambat, jika sedang kebagian jadwal penyambutan, guru wajib menyambut siswa di depan pintu gerbang sekolah, setelah jam menunjukkan pukul tujuh lewat lima belas bel berbunyi guru wali kelas dan siswa mulai memasuki kelasnya masing-masing untuk bertaddarus, sementara guru bidang studi mempersiapkan bahan-bahan untuk mengajar. Bid. Kurikulum mulai mengecek siapa saja guru yang berhalangan hadir, jika diketahui ada kekosongan, dibuatlah ‘voucher ‘ atau tugas menjadi guru pengganti. Pukul tujuh tiga puluh KBM pun dimulai, setiap guru memasuki kelasnya masing-masing sesuai jadwal. Guru yang kebetulan sedang tidak ada jadwal bisa bersantai sejenak, atau bisa saja tiba-tiba datanglah ‘voucher’ yang dibuat oleh Bid. Kurikulum berisi tugas menggantikan guru yang hari itu berhalangan hadir. Mau tidak mau guru yang diberi voucher wajib mengisi jam kosong tersebut. Tidak peduli siap atau tidak, apalagi jika Guru yang absen hari itu tidak menyiapkan tugas atau RPP yang bisa meringankan tugas bagi siapapun yang akan menggantikannya. Jadilah guru pengganti bingung harus mengajar apa, apalagi jika mendapat tugas menggantikan mengajar bidang studi yang tidak ia kuasai. Ketika hendak mengajar guru mesti sudah menyiapkan administrasi, membuat rencana pembelajaran adalah hal mutlak yang harus dibuat, mengajar tanpa RPP hanya akan membuat guru kehilangan arah dan tujuan yang jelas dalam mengajar. Tetapi saat ini masih banyak guru yang merasa terbebani dengan tugas ini. Selanjutnya, ketika sudah berada di dalam kelas guru akan menghadapi berbagai macam gaya belajar siswa dengan karakter yang berbeda-beda, guru dituntut mampu melayani semua karakter dan gaya belajar tersebut. Ketika satu saja tidak terlayani hasilnya tentu akan terlihat ketika evaluasi. Belum selesai dengan permasalahan siswa yang mengalami hambatan belajar, guru sudah harus siap ketika menerima tugas tambahan sebagai panitia kegiatan-kegiatan sekolah yang berhubungan dengan kesiswaan. Mendapat tugas tambahan berarti juga menambah pekerjaan, mulai dari menyiapkan dan merencanakan anggaran, membuat proposal, menyiapkan konsumsi kegiatan, dan pekerjaan kepanitiaan lainnya. Proposal selesai dibuat tidak lantas disetujui, guru masih perlu memperbaikinya jika ada perbaikan, baik dari format maupun dari anggaran biaya yang dikeluarkan. Dengan honor yang tidak seberapa, pekerjaan ini terkadang menuntut guru harus menambah jam diluar jam kerja alias lembur. Seiring berjalannya waktu pekerjaan guru sepertinya tidak ada habisnya, justru semakin bertambah, terutama ketika memasuki tengah semester. Ketika proses evaluasi baik harian ataupun ujian tengah semester, guru harus menyiapkan soal yang baik, setelah itu guru harus segera mengoreksi hasil ujian siswa, kemudian menganalisis hasil yang di dapat setiap kelas, apakah mencapai target ketuntasan minimal atau tidak. Ketika tidak mencapai, guru harus siap di tegur pihak manajemen ataupun pihak yayasan. Di sela-sela pekerjaan-pekerjaan yang saya sebutkan diatas, tugas guru tidak hanya sebatas melengkapi administrasi mengajar saja. Ketika muncul permasalahan siswa yang berkaitan dengan perilaku mereka baik dirumah ataupun di sekolah, guru dituntut mampu menyelesaikannya. Karena selain mengajar guru juga memikul tanggung jawab sebagai pendidik. Tidak jarang guru juga mesti melakukan kunjungan atau home visit untuk lebih mendalami akar permasalahan yang dihadapi siswa. Belum lagi menjelang kelulusan seperti saat ini, baik guru maupun manajemen sekolah akan disibukkan dengan persiapan siswa kelas enam menempuh Ujian Nasional (UN). Penambahan jam belajar siswa dan latihan-latihan soal diberikan, belum lagi jika hasil latihan atau try out tersebut tidak menunjukkan hasil yang memuaskan, guru harus mencari cara untuk mengatasi hal tersebut. Ketika Bel berbunyi, waktu menunjukkan pukul tiga sore, tidak hanya siswa yang kegirangan guru pun menanti-nanti hal ini. Siswa dan guru sama-sama bahagia, seolah-olah ingin segera melepas ‘jubah’ kepenatan di sekolah dan kembali menikmati saat-saat bersantai di rumah. Namun, tidak sedikit juga guru yang terpaksa menunda jam kepulangan mereka, karena harus menyelesaikan pekerjaan yang belum tuntas tetapi sudah di ambang deadline, tidak sedikit juga dari mereka yang harus membawa pekerjaan ini untuk dikerjakan di rumah. Sesampainya di rumah, anak-anak sudah menanti dan hak untuk keluarga harus segera di tunaikan. Tidak jarang mereka harus menunggu anak-anak tertidur untuk mengerjakan tugas-tugas yang hendak diselesaikan. Waktu terasa singkat, hari demi hari guru jalani dengan pola yang sama, belum lagi di saat siswa libur di hari sabtu guru masih harus masuk untuk merencanakan kegiatan 1 pekan ke depan. Otomatis, dalam satu minggu, hanya satu hari guru menikmati hari libur, itupun tidak jarang libur tersebut dimanfaatkan untuk menyelesaikan pekerjaan yang masih menumpuk. Hal-hal yang saya sebutkan diatas hanyalah gambaran kesibukan seorang guru yang tampaknya sudah menjadi sebuah rutinitas. Tanpa disadari, kita sering kali terjebak dengan rutinitas ini. Waktu 24 jam seakan kurang, hari demi hari berlalu tak ada waktu untuk pengembangan diri, sehingga wawasan kita tak kunjung bertambah, yang ada stress, penat dan bosan dengan rutinitas yang dijalani. Guru selalu dihadapi dengan tugas dan pekerjaan yang sepertinya sama, namun tidak ada habisnya. Rutinitas ini seperti menjadi lingkaran hitam, membuat guru kehilangan kreatifitasnya, karena tak ada waktu untuk membaca buku, mengikuti seminar, apalagi menulis. Rutinitas adalah musuh tersembunyi yang sering tidak kita sadari keberadaannnya. Bila tidak cepat disadari, rutinitas akan membawa dampak negatif karena ia akan membuat kita kehilangan gairah atau semangat kerja. Orang yang hanya sibuk melakukan tugas pokok sebagai suatu rutinitas akan selalu merasa ia telah melakukan banyak hal, sementara yang bersifat pertumbuhan atau perubahan tidak tersentuh. Semoga kita mampu keluar dari jebakan rutinitas yang seakan-akan membelenggu ini. Jika teman-teman pembaca pernah mengalami hal ini dan memiliki solusinya, saya akan sangat berterima kasih jika Anda semua bersedia berbagi untuk kami. Maju terus Guru Indonesia untuk Pendidikan yang lebih baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun