Mohon tunggu...
Wahid Fathurohman
Wahid Fathurohman Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Muhammadiyah surakarta jurusan Ilmu AlQuran dan Tafsir

Konten kreator di intagram @wahiidfathuu_ dan pengajar Tahfidz di Rumah Quran Muhammad Darwis Colomadu

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Konsep Kepribadian Menurut Imam Al-Ghazali

22 Juli 2024   09:32 Diperbarui: 22 Juli 2024   09:49 229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

يَٰٓأَيَّتُهَا ٱلنَّفْسُ ٱلْمُطْمَئِنَّةُ

Artinya: wahai jiwa yang tenang

      Nafs mutmainnah atau jiwa yang tenang ini hasil dari keyakinan penuh kepada Allah sehingga dia merasa tenang karena dia merasa selalu diawasi dan selalu bersama Allah. Nafs al-muthmainnah adalah tingkatan tertinggi dari nafs menurut Imam Al-Ghazali. Pada tingkatan ini, seseorang memiliki jiwa yang lembut, suci, dan penuh kecintaan kepada Allah SWT. 

Seseorang dengan nafs ini benar-benar dekat dengan Allah SWT dan telah mencapai puncak spiritualitas menurut klasifikasi nafs oleh Imam Al-Ghazali. Tidak banyak orang yang mencapai tingkatan ini, mengingat manusia cenderung melakukan kesalahan. Namun, bukan berarti tidak mungkin. 

Tingkatan nafs al-muthmainnah adalah kerahasiaan antara individu dan Tuhannya. Strata nafs kepribadian yang dijelaskan oleh Imam Al-Ghazali memberikan gambaran bagi kita untuk mengenali kategori nafs kita, apakah nafs ammarah, nafs lawwamah, atau nafs muthmainnah. Tentu saja, kita sendirilah yang dapat menentukan ini. Imam Al-Ghazali juga menyebutkan bahwa nafs bukanlah sesuatu yang mengikat, melainkan sesuatu yang bisa kita arahkan dan kendalikan. Dengan demikian, kita dapat mengarahkannya menuju kebaikan (Bouti, 2023).

      Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwasanya jiwa manusia itu memiliki kecenderungan untuk berbuat baik atau buruk. Dan yang menentukan untuk berbuat baik atau buruk merupakan diri kita sendiri. Kecenderungan kepada kebaikan akan mendorong seseorang melakukan kebaikan / keburukan yang Ketika kebaikan/keburukan itu terus dilakukan akan membentuk sebuah kebiasaan yang mampu membentuk karakter atau kepribadian.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun