Tahukah kamu bahwa rabies merupakan salah satu penyakit tertua yang diketahui manusia? Yup, rabies telah diketahui keberadaannya oleh masyarakat sejak 2000 tahun sebelum masehi, tepatnya pada masa peradaban Mesopotamia. Selama berabad-abad, rabies telah menjadi momok menakutkan untuk kehidupan masyarakat.
Rabies merupakan salah satu zoonosis yang menjadi perhatian global karena telah lama menjadi masalah kesehatan pada masyarakat, terutama masyarakat miskin dan tinggal di perdesaan
Sebenarnya, vaksin untuk penyakit ini sudah mulai dikembangkan sejak abad 19, tepatnya pada awal tahun 1880-an. Namun hingga saat ini, rabies masih sering muncul di sekitar kita. Di Indonesia saja, dari 34 (sekarang 37) provinsi, 26 di antaranya masih endemis rabies! Provinsi terakhir (ke-26) yang melaporkan adanya wabah rabies adalah Nusa Tenggara Barat, di mana rabies dilaporkan terjadi di Pulau Sumbawa.
Bahkan, akhir-akhir ini, banyak pemberitaan menyebutkan kasus rabies pada hewan yang diikuti kasus kematian manusia akibat rabies meningkat di salah satu destinasi wisata dunia, Pulau Bali.
Yuk, kita ingat-ingat kembali apa itu rabies dan bagaimana penyakit ini menular.
Apa itu rabies?
Rabies merupakan penyakit yang mematikan yang disebabkan oleh virus. Virus rabies biasanya ada pada air liur serta jaringan syaraf (terutama di otak) hewan yang tertular rabies. Penyakit ini biasanya ditularkan melalui gigitan hewan yang sudah tertular.Â
Apa dampak utama penyakit ini?
Rabies menyebabkan peradangan pada otak yang diakhiri dengan kematian jika gejala sudah muncul. Setiap tahun, diperkirakan sekitar 59.000 orang meninggal karena rabies di dunia. Atau dengan kata lain, setiap 9 menit, terdapat satu orang meninggal dunia akibat penyakit ini secara global. Sebagian besar korbannya adalah anak-anak di bawah usia 15 tahun.Â
Bagaimana gejala hewan yang terinfeksi rabies?
Hewan yang terinfeksi rabies biasanya berubah perilaku menjadi agresif dan menyerang tanpa provokasi (rabies ganas) atau berubah menjadi lumpuh dan kesulitan berjalan karena paralisis sebagian atau pun total (rabies paralisis). Hewan yang biasanya hanya keluar pada malam hari tiba-tiba berubah menjadi suka keluar pada siang hari dan mendekati orang atau hewan yang biasanya mereka jauhi. Hipersalivasi atau mulut berbusa dapat terjadi.Â
Namun, sangat sulit untuk mengetahui apakah hewan tersebut terinfeksi rabies atau tidak hanya dari gejala yang terjadi saja. Satu-satunya cara yang dapat memastikan bahwa hewan tersebut terkena rabies adalah dengan memeriksa sampel otak dari hewan tersebut di laboratorium.
Memang benar rabies adalah penyakit mematikan, namun penyakit ini dapat dicegah dengan vaksinasi
Hewan mana yang dapat menularkan dan tertular rabies?
Anjing merupakan hewan yang paling sering (99%) menularkan rabies ke manusia. Semua mamalia dapat tertular oleh rabies melalui gigitan hewan yang terinfeksi rabies. Mamalia kecil seperti tupai, tikus, mencit, hamster, dan marmut sangat jarang ditemui tertular rabies. Hewan dalam keluarga reptil, amfibi, ikan, burung, dan serangga umumnya tidak tertular rabies.
Bagaimana orang bisa tertular rabies?
Penularan rabies pada manusia biasanya terjadi karena gigitan hewan yang tertular rabies. Penularan juga dapat terjadi ketika air liur dari hewan yang tertular rabies kontak dengan luka baru yang terbuka atau dengan mata atau membran mukosa lain. Air liur yang mengenai kulit yang tidak terluka tidak akan menularkan rabies, begitu juga dengan hanya memberi makan hewan.
Gejala rabies pada manusia biasanya akan muncul beberapa minggu sampai beberapa bulan, dan bahkan beberapa tahun setelah terjadi gigitan pada beberapa kasus yang tidak diberikan penanganan dengan benar. Ketika gejala sudah muncul, rabies akan mengakibatkan kematian.Â
Pada video di atas, WHO menyebutkan cara efektif mencegah kematian manusia akibat penyakit ini: vaksinasi hewan peliharaan kita terhadap rabies dan sesegera mungkin berkonsultasi dan meminta tindakan medis ke fasilitas kesehatan setempat apabila digigit anjing atau hewan penular rabies yang lain.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H