NEGARA PESULAP MENUJU NEGARA INVESTOR
Aku terbangun ketika dari ramainya kehidupan pasar semakin memecah keheningan,bahkan burung yang berkicau riang tak terdengar seakan kalah tinggi suara intonasi ibu-ibu yang menawar. Aku widji Thukul nama yang sama dengan aktifis hilang pada masa reformasi negara Indonesia,nama itu bapakku yang memberi karena ingin aku menjadi warga yang suatu hari diaharap dapat merubah bangsa menjadi lebih baik dan maju.
Ketika nyawa masih diambang antara keadilan dan kemanusiaan aku keluar dari kamar dan melihat bapakku sedang serius meneyeruput kopi panasnya sambil dengan jeli melihat berita di stasiun TV pagi ini. Aku duduk di sebelahnya mengucek-ucek mataku agar lebih jelas aku melihat berita pagi ini. Ah... Berita sama lagi setiap hari seperti menjadi santapan sarapan sebelum menu penutup dari ibu.
Kegaduhan di pasar semakin terdengar ketika emak-emak tawar menawar dengan sang penjual tempe yang merasa harga tempe lebih mahal daripada harga bibit lobster di china. “Tentu saja.” Kataku dalam hati. Kasus permainan kursi pemerintahan seeprti cerita anak-anak di warkop yang semua ujungnya sama di akhir cerita KORUPSI.
Separti sebuah ajang Piala Dunia yang semua negara, termasuk pemain ingin menjadi terkenal di Dunia. Ini cerita lama sama seperti nenek menceritakan masa kecilnya yang semua ceritanya tentang orang bergelar panjang yang mendidik para penerusnya untuk bisa masuk kedalam sel besi.
Aku teringat sinetron serial kesukaan ibuku Mahabarata yang mengisahkan kegagahan Lima Pandawa dalam kerjaan kuno. Mungkin baiknya pemain kursi negara kita dijadikan mereka saja yang selalu main tebas terhadap pengkhianatan. Dan akan jadi menarik ketika kepala pemimpin kita dijadikan Sofenir tambahan dari bantuan rakyat miskin yang mereka jipili secarik demi secarik rupiahnya “daripada kurang atau tidak sama sekali”.
Yahh... Ide gila itu terus-terusan membuat aku semakin berfikir keras cara bagaimana membangun bangunan megah dengan desain anti peluru,peledak,dan senjata tajam juga tentu saja anti badan pemeriksa keuangan pemerintah, dan mungkin saja aku harus memanggil arsitek terkenal kerajaan Majapahit yang memiliki segudang bahan tambang untuk membangunnya.
Hanya cerita rakyat yang tumbuh didalam budaya.
Bapakku masih fokus dengan berita yang diselingi ocehan reporter wanita itu. Ahh... Acara membosankan yang setiap hari isinya sama saja, semua isinya hanya sinetron pemerintah negara yang ujungnya Happy ending untuk Si Dalang negara.
Ajang semakin membabi buta ketika Si Dalang berkolaborasi dengan Si Virus pada album perdananya berjudul “Penguasa Negara Pesulap” dan akan dirilis sebulan lagi di Indonesia tepatnya pada Bulan Maret personil Si Virus dan Si Dalang akan meluncur ke negara Indonesia. Sebenarnya ini hanya alunan irama lama dari pendahulunya, hanya saja mereka terlalu mengagumi pendahulunya di era Presiden sebelumnya. Begitulah kondisi negara yang katanya secuil dari surga, Ha...surga? Surga yang berbatasan dengan neraka lebih tepatnya.
“Investasi Dalam Pandemi” begitulah cara bertahan. Kala pandemi datang kata rimba “siapa yang lemah, akan musnah” seakan terwujud di negara kita. Dan sekarang gedung pemerintahan adalah hutan rimba, mereka elit politik negara sedang berlomba bagaimana cara menghabiskan uang negara alias KORUPSI. Ketika Bapak Mensos kita mengoceh bahwa koruptor akan dihukum mati, aku paling lantang berteriak “setuju..!!”
Mewakili mahasiswa,rakyat tertindas,buruh,dan para petani yang masih sibuk mengairi sawah dikala kemarau panjang. Dan masih sama permainan sebelum wajah mereka di coblos dalam pemilu dan setelah duduk dikursi empuknya “Bullshit”. Omongan mereka hanya seperti berita viral di media sosial hanya omong kosong sementara kemudian menghilang kala ada yang lebih viral yakni Bapak Mensos terjangkit Virus Koruptor sendiri dan hasilnya dia sebenarnya harus di suntik vaksin racun tikus sesuai dengan pidatonya “koruptor dihukum mati”.
Beginilah kondisi negara pesulap yang sedang menjalankan progam pembangunan untuk menuju negara para Investor dan mencoba menjadi negara top scor kasus korupsi terbanyak. Namun tenang kami para mahasiswa,buruh,para petani,dan segenap rakyat miskin akan terus mengawal negara ini sampai kami memanggil generasi selanjutnya dengan sebutan cucu dan generasi kami selanjutnya itu akan memanggil generasi selanjutnya cucu.
Paparan di tasa hanya sedikit ocehan ketika sang penulis berada dalam zona ketidakwarasan moral, ya memang benar tidak waras moral karena moral sehatnya telah banyak dikhianati oleh para pemimpin.
Mungkin kalian akan menemukan beberapa penafsiran dari bacaan ini dan inilah yang saya harapkan agar kalian sadar kalau manusia bukanlah udang pasar.
Sang penulis hanya mencoba membuatmu menerawang semua permasalahan di negara namun kamu adalah bagaikan seorang pemburu harta karun yang hanya menargetkan harta karun, bukan rusa. Di sini penulis mengarahkan bidikanmu ketarget permasalahan terbesar di negara kita “Korupsi”.
Dan negara kita memang benar-benar sedang berinvestasi saham besar-besaran, bukan saham baik. Negara kita sedang menanam saham rekor untuk terus maju menjadi sang Champion “negara dengan kasus korupsi terbanyak di dunia”. Dan satu lagi investasi itu telah membuat proker “pembangunan lumbung tikus berdasi”. Ohh... Sungguh membanggakan bagi mereka para tikus yanh bercukur klimis alias angket koruptor bangsa.
Salam lestari kawal negeri dengan informasi dan sejukkan hati dengan literasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H