Mohon tunggu...
Wahidatus Safingah
Wahidatus Safingah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya Mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Book

Pahit Manis Sebuah Cinta

23 September 2023   01:08 Diperbarui: 23 September 2023   02:00 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Judul Buku : Kereta Tidur

Penulis        : Aviati Armand

Penerbit      : PT Gramedia Pustaka Utama Anggota IKAPI, Jakarta, 2011

Tebal            : 136 lembar

ISBN             : 978-979-22-7098-

     

          Pada bab yang berjudul "DONGENG DARI GIBRALTAR" mengisahkan sepasang suami istri yang bernama Sania dan Mesaud. Mereka berdua hidup sederhana di sebuah rumah kayu di antara bangunan berlantai dua di tengah kota. Sepasang suami istri yang saling mencintai apa adanya.

Sania mencintai suaminya sejak pertama kali melihatnya. Punggung lelaki itu, tepatnya. Punggung yang yang terpapar matahari bulan April. Saat lelakinya membacakan sebuah cerita buku di tangannya di hadapan anak-anak dengan respon mereka yang sangat kagum. Sania mengenali beberapa anak yang ada di hadapan pemuda itu. Sesekali anak-anak itu terlonjak terkejut saat pemuda itu meninggikan suaranya dan kembali tenang saat pemuda itu tertawa geli dengan reaksi anak anak itu.

          Sania diam-diam  mendengar beberapa kata yang pemuda itu ucapkan. "Hijau adalah warna hutan. Biru adalah sungai. Seperti apakah warna pagi?". Sania terpana. Ia belum pernah mendengar orang berbicara seperti itu. Lalu pelan-pelan Sania mendekat. Dibawah topi pemuda itu rambutnya coklat bergelombang. Suaranya berat seperti geram laut saat badai. Seperti derau hujan deras. Meski begitu suaranya seperti menyihir anak-anak sampai tak ada yang memedulikan kehadiran Sania. Tapi pemuda itu menoleh saat bayangan Sania jatuh diatas buku yang di pegang pemuda itu. Pemuda itu tidak terkejut saat ia menoleh ke belakang dan mendapati perempuan yang berdiri di belakangnya. Matanya ramah dan bibirnya tersenyum.

          Pemuda itu mempersilahkan Sania untuk duduk dan mengatakan ia sedang membacakan cerita untuk murid-muridnya. Sania jadi tahu ternyata pemuda itu menjadi pengganti guru Nehal tua yang meninggal dua bulan lalu. Pemuda itu menunjukkan buku yang bergambar gajah-gajah yang berterbangakan dan salah satu dari gajah itu ada yang menyentuh bintang  dengan belalainya. Bagai tersihir, Sania menurut. Ia mulanya mendengarkan dan lama kelamaan mulai ikut terbawa ceritanya. Tak lama, ia sudah terbang bersama gajah-gajah itu, melampaui gunung-gunung. Rambut dan bajunya berkibar-kibar terkena angin. Ya ia terbawa dalam suasana cerita yang pemuda itu ceritakan.  

          Ya awal cerita dari kisah cinta sepasang kekasih ini dari mula mereka berdua bertemu dan akhirnya mereka menikah. Di awal-awal tahun pernikahan mereka, setiap habis bercinta, Mesaud akan memeluk sania dan berandai-andai. Anak mereka akan memiliki mata seperti Sania, mata yang sangat indah dan alis yang tebal kata suaminya. Dan berharap agar tak mewarisi hidung bengkok seperti ayahnya.

         Dari garis besar cerita pada bab yang masih sama seperti sebelumnya adalah sepasang suami istri itu sudah 10 tahun berlalu menikah namun belum dikaruniai seorang anak. Padahal pada saat awal-awal tahun mereka menikah keduanya sangat menantikan seorang anak sehingga mesaud pun berkata jika anak mereka kelak akan suka membaca dan ia akan membawa pulang buku_buku disekolah yang ia ajar. Tapi realitanya 10 ttahun berlalu mereka belum juga mendapat hilal untuk mempunyai anak.

        Pada suatu saat mereka mendatangi sebuah acara mirip seperti pasar malam dan tak tahu bagimana ceritanya pasangan pasutri ini tertarik mendatangi sebuah tempat. Ada yang membuat Mesaud ini tertarik untuk masuk ke dalamnya. Pada saat memasuki ruang itu mereka disambut oleh lelaki penjaga tempat tersebut. Lelaki cantik yang menggunakan jubah putih hingga mata kaki dan sepatu kulit berwarna biru. Mereka disambut dengan nada suara yang menyihir "Selamat dating di kemah Cheyerat yang sederhana". "Ada yang menarik Tuan dan Nyonya?" Sania bahkan sampai tak tahan mendengar suara lelaki itu. Lelaki itu mengucapkan selamat datang pada pasutri itu.

       Dilihatnya oleh pasutri itu peti-peti berjejeran. Mereka melihat peti-peti yang menempel dinding satu persatu, besar, kecil, tua, baru, kusam, mengkilap, coklat, kulit, putih, gading, hitam besi, merah darah dan saat mesaud memegang peti warna merah darah tersebut sang lelaki penjaga mengatakan jika peti tersebut berasal dari Yunani, di dalam peti tersebut tersimpan tragedi-tragedi yang benar terjadi. Peti tersebut berasal dari Persia. Seorang putri pernah masuk kedalamnya dan tak pernah kembali lagi. Peti kayu berukir ini berisi keadilan. Lengkap dengan penebasnya. Kata sang lelaki itu peti ini ditemukan dikuil tua negri china dan menghimbau untuk jangan disentuh, jika pecah berarti harus dibeli.

       Ada juga peti berwarna-warni yang kata sang lelaki tersebut berisi mimpi-mimpi. Dan Mesaud tiba-tiba saja menjulurkan tangannya tepat di samping kepala Sania. Dengan hati-hati ia menarik peti tersebut agar tidak menjatuhkan tumpukan yang lain lalu memegangnya di depan dada. Peti yang kecil berwarna hitam polos tanpa ornament dan saat Mesaud bertanya kepada lelaki penjaga ia menjelaskan jika peti tersebut adalah peti pengabul permintaan.

       

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun