Mohon tunggu...
Wahidatus Safingah
Wahidatus Safingah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya Mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Book

Pahit Manis Sebuah Cinta

23 September 2023   01:08 Diperbarui: 23 September 2023   02:00 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Book. Sumber ilustrasi: Freepik

         Dari garis besar cerita pada bab yang masih sama seperti sebelumnya adalah sepasang suami istri itu sudah 10 tahun berlalu menikah namun belum dikaruniai seorang anak. Padahal pada saat awal-awal tahun mereka menikah keduanya sangat menantikan seorang anak sehingga mesaud pun berkata jika anak mereka kelak akan suka membaca dan ia akan membawa pulang buku_buku disekolah yang ia ajar. Tapi realitanya 10 ttahun berlalu mereka belum juga mendapat hilal untuk mempunyai anak.

        Pada suatu saat mereka mendatangi sebuah acara mirip seperti pasar malam dan tak tahu bagimana ceritanya pasangan pasutri ini tertarik mendatangi sebuah tempat. Ada yang membuat Mesaud ini tertarik untuk masuk ke dalamnya. Pada saat memasuki ruang itu mereka disambut oleh lelaki penjaga tempat tersebut. Lelaki cantik yang menggunakan jubah putih hingga mata kaki dan sepatu kulit berwarna biru. Mereka disambut dengan nada suara yang menyihir "Selamat dating di kemah Cheyerat yang sederhana". "Ada yang menarik Tuan dan Nyonya?" Sania bahkan sampai tak tahan mendengar suara lelaki itu. Lelaki itu mengucapkan selamat datang pada pasutri itu.

       Dilihatnya oleh pasutri itu peti-peti berjejeran. Mereka melihat peti-peti yang menempel dinding satu persatu, besar, kecil, tua, baru, kusam, mengkilap, coklat, kulit, putih, gading, hitam besi, merah darah dan saat mesaud memegang peti warna merah darah tersebut sang lelaki penjaga mengatakan jika peti tersebut berasal dari Yunani, di dalam peti tersebut tersimpan tragedi-tragedi yang benar terjadi. Peti tersebut berasal dari Persia. Seorang putri pernah masuk kedalamnya dan tak pernah kembali lagi. Peti kayu berukir ini berisi keadilan. Lengkap dengan penebasnya. Kata sang lelaki itu peti ini ditemukan dikuil tua negri china dan menghimbau untuk jangan disentuh, jika pecah berarti harus dibeli.

       Ada juga peti berwarna-warni yang kata sang lelaki tersebut berisi mimpi-mimpi. Dan Mesaud tiba-tiba saja menjulurkan tangannya tepat di samping kepala Sania. Dengan hati-hati ia menarik peti tersebut agar tidak menjatuhkan tumpukan yang lain lalu memegangnya di depan dada. Peti yang kecil berwarna hitam polos tanpa ornament dan saat Mesaud bertanya kepada lelaki penjaga ia menjelaskan jika peti tersebut adalah peti pengabul permintaan.

       

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun