Judul Buku : Kereta Tidur
Penulis     : Aviati Armand
Penerbit    : PT Gramedia Pustaka Utama Anggota IKAPI, Jakarta, 2011
Tebal       : 136 lembar
ISBN Â Â Â Â Â Â : 978-979-22-7098-
  Â
     Pada bab yang berjudul "DONGENG DARI GIBRALTAR" mengisahkan sepasang suami istri yang bernama Sania dan Mesaud. Mereka berdua hidup sederhana di sebuah rumah kayu di antara bangunan berlantai dua di tengah kota. Sepasang suami istri yang saling mencintai apa adanya.
Sania mencintai suaminya sejak pertama kali melihatnya. Punggung lelaki itu, tepatnya. Punggung yang yang terpapar matahari bulan April. Saat lelakinya membacakan sebuah cerita buku di tangannya di hadapan anak-anak dengan respon mereka yang sangat kagum. Sania mengenali beberapa anak yang ada di hadapan pemuda itu. Sesekali anak-anak itu terlonjak terkejut saat pemuda itu meninggikan suaranya dan kembali tenang saat pemuda itu tertawa geli dengan reaksi anak anak itu.
     Sania diam-diam  mendengar beberapa kata yang pemuda itu ucapkan. "Hijau adalah warna hutan. Biru adalah sungai. Seperti apakah warna pagi?". Sania terpana. Ia belum pernah mendengar orang berbicara seperti itu. Lalu pelan-pelan Sania mendekat. Dibawah topi pemuda itu rambutnya coklat bergelombang. Suaranya berat seperti geram laut saat badai. Seperti derau hujan deras. Meski begitu suaranya seperti menyihir anak-anak sampai tak ada yang memedulikan kehadiran Sania. Tapi pemuda itu menoleh saat bayangan Sania jatuh diatas buku yang di pegang pemuda itu. Pemuda itu tidak terkejut saat ia menoleh ke belakang dan mendapati perempuan yang berdiri di belakangnya. Matanya ramah dan bibirnya tersenyum.
     Pemuda itu mempersilahkan Sania untuk duduk dan mengatakan ia sedang membacakan cerita untuk murid-muridnya. Sania jadi tahu ternyata pemuda itu menjadi pengganti guru Nehal tua yang meninggal dua bulan lalu. Pemuda itu menunjukkan buku yang bergambar gajah-gajah yang berterbangakan dan salah satu dari gajah itu ada yang menyentuh bintang  dengan belalainya. Bagai tersihir, Sania menurut. Ia mulanya mendengarkan dan lama kelamaan mulai ikut terbawa ceritanya. Tak lama, ia sudah terbang bersama gajah-gajah itu, melampaui gunung-gunung. Rambut dan bajunya berkibar-kibar terkena angin. Ya ia terbawa dalam suasana cerita yang pemuda itu ceritakan. Â
     Ya awal cerita dari kisah cinta sepasang kekasih ini dari mula mereka berdua bertemu dan akhirnya mereka menikah. Di awal-awal tahun pernikahan mereka, setiap habis bercinta, Mesaud akan memeluk sania dan berandai-andai. Anak mereka akan memiliki mata seperti Sania, mata yang sangat indah dan alis yang tebal kata suaminya. Dan berharap agar tak mewarisi hidung bengkok seperti ayahnya.