Mohon tunggu...
Muhammad Abdul Wahid
Muhammad Abdul Wahid Mohon Tunggu... Guru - Guru & Desainer Grafis

Mantan budak Idealis yang masih dalam tahap belajar menulis.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Aplikasi ARD (Aku Rindu Dia) Sebuah Autokritik, Kelayakan Aplikasi, dan Fenomena Guru "Sepuh"

9 Januari 2019   11:17 Diperbarui: 9 Januari 2019   13:09 1191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sampul Aplikasi Raport Digital|Dokumentasi pribadi

Barangkali kamu akan senyum-senyum sendiri membaca judulnya, itu karena kamu belum pernah pake aplikasi ini, kalau udah pernah menggunakannya pasti kamu akan . . . . ( Haha )

Di penghujung semester gasal tahun ini aplikasi ARD begitu ramai diperbincangkan guru-guru Madrasah, bukan hal yang berbau positif yang muncul, melainkan bingung dan jengkel yang dirasakan, begitulah kira-kira. Bermula dari ditetapkannya kurikulum K-13 pada setiap jenjang pendidikan lantas kemudian Direktorat Jenderal Pendidikan Islam melalui Direktorat Kurikulum, Sarana, Kelembagaan, dan Kesiswaan Madrasah (KSKK Madrasah) mencari solusi teknik penilaian hasil belajar peserta didik yang akhirnya memanfatkan teknologi komputer dengan meluncurkan Aplikasi Raport Digital berbasis web online.

Ya, ARD merupakan Aplikasi Raport Digital yang dibuat oleh pemerintah dalam rangka memudahkan guru dalam memberikan output nilai peserta didik dalam satu semester. Nilai yang harus diinput pun beragam, mulai dari nilai ulangan harian, nilai portofolio, nilai proyek, nilai praktik, hingga nilai semester murni, semuanya tercantum secara rapi laksana orang yang antri berbaris hendak masuk kereta api.

Lahirnya ARD menurut saya merupakan sebuah bentuk dari kemajuan era Revolusi Elektronik 4.0, yang konon sekarang sudah bukan Era Z lagi, apalagi milenial, di mana semua orang dituntut untuk paham komputer, ya termasuk guru-guru sepuh, namun ironisnya pelajaran komputer justru bisa dibilang semakin terkikis, tidak menjadi pelajaran inti di Madrasah, hanya sebatas Muatan Lokal atau bahkan sebatas ekstrakurikuler.

Kelebihan dan Kekurangan

Dalam aplikasi raport digital ini terdapat beberapa menu yang harus diisi oleh Operator Madrasah. Menu tersebut adalah menu beranda dan menu konfigurasi. Untuk menu beranda di dalamnya terdapat menu guru, menu siswa, menu ekstrakurikuler dan menu untuk belajar. Sedangkan untuk menu konfigurasi di dalamnya terdapat menu madrasah, mata pelajaran, muatan lokal, ekstrakurikuler, guru, siswa dan golongan belajar.

Secara umum aplikasi ini memang sedikit membantu memudahkan operator dalam print out hasil belajar peserta didik, bukan hanya kuantitas nilai saja yang tercantum, akan tetapi di dalamnya tertulis juga deskripsi nilai pengetahuan dan pemahaman siswa, kemampuan-kemampuan serta keterampilan siswa semua tercantum secara detail pada setiap lini mata pelajaran, sehingga ketika penerimaan raport orangtua akan tahu sejauh mana hasil belajar anak selama satu semester.

Di sisi lain banyak sekali kekurangan yang ada (ya maklumlah manusia sukanya cari kekurangan) mulai dari kewajiban terhubung dengan server utama, teknis input yang serba menggunakan klik (yang idealnya pake enter/tab seperti halnya pada Ms. Excel), input deskripsi yang serba manual, serta input data siswa yang agak ribut, ditambah lagi patching raport yang berbeda-beda pada setiap komponen.

Selain itu pengisian data profil siswa pada aplikasi ARD ini harus diisi penuh sebelum akhirnya disave, karena kalau hanya diisi sementara maka saving file akan menjadi error, begitu juga dengan input catatan siswa selama satu semester yang harus diisi secara maksimal supaya mampu di print out dalam bentuk Soft file pdf.

Masihkah Efektif ?

Semenjak aplikasi ini rilis, operator pada tiap madrasah mendapat undangan dalam rangka bimbingan teknis penggunaan ARD tersebut, setiap sekolah biasanya mengirimkan satu perwakilan dalam pelatihan ini. Sayangnya, pada pelatihan yang diadakan oleh Kemenag Kabupaten Jepara tidak begitu sesuai harapan, ditambah listrik yang saat itu padam menjadikan pelatihan tersebut semacam acara jagongan di angkringan. Al hasil pulang hanya membawa buku panduan penggunaan aplikasi dan belajar mandiri menggunakan buku tersebut. Sedikit beruntungnya Operator Madrasah kami adalah salah satu mantan aktivis yang pernah bergelut di dunia jurnalistik dan salah satu orang yang melek baca, Baca dikit Bisa ! (Bisa sedikit membaca)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun