Perubahan pola pembelajaran selama masa pandemi covid 19 di Indonesia memiliki dampak yang signifikan. Dampak yang terlihat dari pembelajaran di masa pandemi yaitu munculnya masalah-masalah dalam diri peserta didik, baik dari segi pola pembelajaran, karakter siswa,Â
hingga masalah-masalah yang muncul pada diri peserta didik selama pembelajaran online. Munculnya dampak tersebut menjadi tantangan tersendiri bagi Guru BK dalam proses pendampingan dan pengoptimalan perkembangan peserta didik di sekolah.Â
Salah satu hal yang menjadi fokus dampak yang dialami peserta didik dalam hal ini adalah keadaan psikologis siswa yang mana selama masa pandemi siswa bergejala mengalami kesepian (Loneliness).
Pandemi yang telah berlalu hampir 2 tahun ini memberikan efek psikologis bagi siswa di sekolah. Gejala yang nampak dalam hal ini adalah rasa kesepian dalam diri siswa karena selama masa pandemi tidak bertemu dengan temen-teman bermain, keluarga yang berjauhan, lingkungan sosial dan bahkan merasa terisolir di dalam rumah karena aturan yang diterapkan.Â
Loneliness (kesepian) yang dialami siswa dapat dilihat dari segi latar belakang yang menyebabkannya dan dilihat dari aspek-aspek kesepian (loneliness) dapat mempengaruhi kognitif, afektif dan psikomotor peserta didik.
 Selain itu asesmen yang dilakukan oleh guru BK di sekolah mendapatkan data bahwa siswa memiliki permasalahan dengan teman sebaya, lingkungan hingga memiliki masalah dengan orang tuanya. Hal ini menjadi fakor munculnya kesepian dalam diri siswa.
Guru BK di sekolah menjadi pihak yang dapat mendampingi siswa untuk mengentaskan masalah-masalah yang di alaminya, baik secara individu maupun kelompok. Namun kenyataan dilapangan masih banyak siswa yang enggan untuk secara terbuka dan utuh mengemukakan masalahnya kepada Guru BK.Â
Berangkat dari hal itu strategi yang dapat di lakukan guru BK untuk mengoptimalkan layanan BK di sekolah adalah dengan mengambil peran Peer Counseling/Konseling Sebaya di sekolah. Layanan ini menjadi salah satu alternatif untuk membantu guru BK dalam mengentaskan masalah siswa.
Strategi layanan Peer Counseling/Konseling Sebaya menjadi alternatif layanan yang tepat untuk mengurai ketidak nyamanan siswa bercerita dengan guru BK, karena pada fase ini siswa akan lebih terbuka dan nyaman dengan bercerita, berkomunikasi melalui teman sebayanya.Â
Peran Peer Counseling/Konseling Sebaya menjadi penting untuk membantu teman-temannya mengatasi masalah yang dihadapi. Namun sebelum menjadi Peer Counseling/Konseling Sebaya harus dilakukan pelatihan dan pendampingan oleh guru BK untuk menguasai keterampilan-keterampilan dasar Peer Counseling/Konseling Sebaya.
Strategi layanan ini telah diterapkan guru BK di SMPN 12 Yogyakarta. Pendampingan layanan Peer Counseling dilakukan selama fase pandemi di sekolah. Pembentukan dan pengoptimalan layanan ini diterapkan guna membantu guru BK untuk mengoptimalkan layanan BK di sekolah, sehingga proses yang dilakukan secara blanded learning dengan berkolaborasi dengan Waka kesiswaan dan Wali kelas.Â
Proses pembentukan Peer Counseling melalui beberapa tahap yaitu: 1. Memilih calon konselor sebaya, 2. Pelatihan konselor sebaya, dan 3. Pengorganisasian pelaksanaan konselor sebaya.
Pemilihan calon konselor sebaya dilakukan dengan berkolaborasi dengan Anggota Guru BK, Waka Kesiswaan, dan Wali kelas. Pemilihan calon konselor sebaya dapat dilihat dari beberapa aspek yaitu : 1. Keaktifan siswa, 2. Hasil belajar siswa, 3.Â
Rekomendasi Bapak/Ibu guru dan juga dapat di rekrut dari kepengurusan OSIS di sekolah. Pemilihan konselor sebaya dapat diambil dari setiap perwakilan kelas guna mengoptimalkan dan membagi rata agen-agen konselor sebaya di setiap kelasnya.
Setelah dilakukan pemilihan maka hal yang dilakukan guru BK selanjutnya adalah melakukan pelatihan. Pelatihan yang di berikan kepada calon konselor sebaya adalah tentang keterampilan-keterampilan dasar yang harus dimiliki oleh konselor sebaya.Â
Pelatihan keterampilan tersebut adalah 1. Ketermapilan mendengar aktif, 2 keterampilan empati, dan 3. Keterampilan problem solving. Selain dari ketiga komponen tersebut guru Bk juga memberikan orientasi tentang pentingnya peran konselor sebaya untuk membantu mengoptimalkan layanan BK di sekolah, sehingga para siswa dapat secara utuh mengikuti dan bangga menjadi agen Peer Counseling di sekolah.
Guru BK di SMPN 12 Yogyakarta pada tahap ini telah melakukan pembentukan dan pelatihan konselor sebaya. Yang selanjutnya akan mengorganisasikan dalam pengimplementasian untuk membantu siswa yang mengalami kesepian (Loneliness) di sekolah.Â
Data yang dimiliki guru BK tentang loneliness siswa di sekolah didapatkan dari hasil penyebaran instrument Skala Loneliness dengan didapatkan data bahwa terdapat siswa yang mengalami kesepian selama masa pendemi dan selama pembalajaran daring ini.Â
Oleh karena itu, proses yang dilakukan akan terus dikembangkan dan di optimalkan guna memberikan layanan yang tepat guna dan tepat sasaran kepada siswa melalui strategi layanan Peer Counseling tersebut.
Oleh : Wahid Aditiono, S.Pd.
Guru BK SMP Negeri 12 Yogyakarta
(Mahasiswa Program Profesi Guru FKIP BK UAD)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H