Dalam era digital saat ini, peran jurnalisme tidak lagi eksklusif untuk mereka yang berprofesi sebagai wartawan. Transformasi teknologi telah membuka jalan bagi siapa saja untuk menjadi pewarta, baik melalui media sosial, blog, hingga platform berbagi video.Â
Fenomena ini menginspirasi pemikiran mendalam dari Rusdi Mathari, seorang jurnalis kawakan yang dikenal karena gagasan progresifnya dalam dunia media.
Dalam bukunya "Karena Jurnalisme Bukan Monopoli Wartawan", Rusdi menawarkan pandangan kritis tentang jurnalisme modern, tantangan yang dihadapi media arus utama, dan peran masyarakat dalam menciptakan informasi.
Rusdi Mathari memulai kariernya sebagai wartawan dengan penuh dedikasi dan idealisme. Dalam buku ini, ia menceritakan perjalanan panjangnya, termasuk berbagai tantangan yang dihadapinya, seperti tekanan dari pemilik media untuk menulis berita yang menguntungkan kepentingan tertentu.
Rusdi mengisahkan pertemuannya dengan tokoh besar jurnalisme Indonesia, Jakob Oetama, yang mengajarkan pentingnya prinsip jurnalisme sebagai panggilan moral.
Pengalaman-pengalaman ini membentuk pandangan Rusdi bahwa jurnalisme tidak hanya soal mencari berita, tetapi juga soal keberanian menyampaikan kebenaran.
Ia percaya bahwa seorang jurnalis harus memiliki integritas tinggi untuk tetap independen, meskipun menghadapi berbagai tekanan.
Salah satu isu utama yang diangkat dalam buku ini adalah konsentrasi kepemilikan media di tangan segelintir orang.
Kondisi ini, menurut Rusdi, menciptakan media yang tidak lagi independen, melainkan menjadi alat propaganda bagi kelompok tertentu.
Akibatnya, masyarakat kehilangan kepercayaan terhadap media arus utama.