Sejak tahun 1999 hingga saat ini, Indonesia bisa dibilang memiliki budaya politik yang mengalami perubahan signifikan, mulai dari budaya politik dominan menjadi budaya politik terbuka dan partisipatif. Hal ini merupakan bagian dari serangkaian reformasi politik dan demokrasi yang terjadi sejak jatuhnya rezim Orde Baru pada tahun 1998. Dalam model budaya politik Almond dan Powell, Indonesia sedang bergerak dari budaya politik yang dominan dan terkendali menuju budaya politik yang terbuka dan inklusif. Dalam konteks ini, berikut gambaran budaya politik Indonesia saat ini:
- Dari otoriter menuju terbuka:
Pada Era Baru, di bawah Soeharto, Indonesia menikmati budaya politik yang dominan. Partisipasi dalam politik dibatasi, oposisi dan kebebasan berpendapat ditekan. Namun, setelah revolusi tahun 1998, terjadi pergeseran ke budaya politik terbuka. Masyarakat mempunyai lebih banyak kebebasan untuk mengekspresikan pendapatnya, berpartisipasi dalam politik dan mengkritik pemerintah.
- Diskusi Politik:
Pasca revolusi, partisipasi politik dalam masyarakat Indonesia meningkat drastis. Masyarakat aktif pada saat pemilihan umum, kampanye politik, dan berbagai kegiatan sosial atau politik lainnya. Pemilu di Indonesia dianggap sebagai salah satu pemilu terbesar dan tersulit di dunia.
- Awal mula pluralisme politik:
Dengan adanya reformasi politik, munculnya partai politik baru dan kembalinya partai politik yang sebelumnya dilarang telah memperbaiki situasi politik Indonesia. Hal ini mencerminkan budaya politik yang berbeda, dimana kelompok yang berbeda mempunyai kesempatan untuk mengekspresikan kepentingannya.
- Kebebasan pers dan berpendapat:
Kebebasan media juga mengalami perkembangan yang pesat. Media, termasuk media sosial, memainkan peran penting dalam memfasilitasi debat publik dan memungkinkan warga negara mengakses informasi dan mengekspresikan pandangan mereka.
- Kritik terhadap pemerintah dan politik:
Masyarakat mempunyai kebebasan untuk mengkritik pemerintah dan pemimpin politik. Kritik masyarakat terhadap kebijakan pemerintah sudah menjadi hal yang lumrah dan terbuka.
- Tantangan korupsi dan ketidakadilan:
Meski mengalami perubahan positif, Indonesia masih menghadapi tantangan korupsi dan ketidakadilan dalam sistem politik dan hukum. Kota ini menjadi pusat gerakan sosial dan revolusioner.
Oleh karena itu, antara tahun 1999 hingga saat ini, Indonesia sedang dalam proses transisi menuju budaya politik terbuka, partisipatif, dan pluralistik, yang mencerminkan semangat perubahan dan struktur demokrasi masyarakat Indonesia.
Kasus di atas mencerminkan perubahan dalam budaya politik Indonesia dari masa Orde Baru menuju era reformasi. Dalam analisis ini, saya akan menjelaskan mengapa Indonesia dapat dikategorikan sebagai memiliki budaya politik yang beralih dari otoriter menuju terbuka dan partisipatif berdasarkan kategori budaya politik Almond dan Powell:
- Perubahan Struktur Politik: Pada masa Orde Baru, Indonesia memiliki budaya politik yang lebih otoriter di mana partisipasi politik terbatas dan oposisi ditindas. Namun, setelah reformasi tahun 1998, terjadi perubahan struktural yang memungkinkan masyarakat untuk lebih aktif terlibat dalam proses politik.
- Partisipasi Politik yang Meningkat: Pasca-reformasi, terjadi peningkatan signifikan dalam partisipasi politik masyarakat. Masyarakat aktif dalam pemilihan umum, kampanye politik, dan berbagai bentuk aktivitas politik lainnya. Hal ini mencerminkan pergeseran dari budaya politik yang pasif menjadi lebih aktif dan terlibat.
- Kebebasan Berpendapat dan Ekspresi: Kebebasan berpendapat dan ekspresi meningkat setelah reformasi. Masyarakat memiliki lebih banyak ruang untuk menyuarakan pendapat mereka terkait kebijakan pemerintah dan isu-isu politik. Media massa, termasuk media sosial, memainkan peran penting dalam memfasilitasi diskusi publik.
- Munculnya Pluralisme Politik: Reformasi membuka pintu bagi munculnya berbagai partai politik baru dan pembaruan partai-partai yang sebelumnya dilarang. Hal ini menciptakan lingkungan politik yang lebih pluralistik di mana berbagai kelompok memiliki kesempatan untuk menyuarakan kepentingan mereka.
- Kritik Terhadap Kepemimpinan dan Kebijakan: Masyarakat memiliki kebebasan untuk mengkritik kinerja pemerintah dan para pemimpin politik. Kritik publik terhadap kebijakan pemerintah menjadi lebih umum dan lebih terbuka, mencerminkan budaya politik yang lebih transparan dan akuntabel.
Dengan demikian, berdasarkan analisis ini, pilihan kategori budaya politik yang beralih dari otoriter menuju terbuka dan partisipatif sesuai dengan kategori budaya politik Almond dan Powell adalah relevan dengan perubahan yang terjadi di Indonesia selama periode 1999 sampai sekarang. Hal ini mencerminkan semangat reformasi dan demokratisasi yang telah membawa perubahan signifikan dalam struktur politik dan keterlibatan masyarakat dalam proses politik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H