Mohon tunggu...
Wahyu Purnomo
Wahyu Purnomo Mohon Tunggu... -

Akeh beras Awak waras Utang lunas

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Belajar Dari tragedi Mina 2015

5 Oktober 2015   13:21 Diperbarui: 5 Oktober 2015   13:21 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagi yang serius mempelajari Al Quran, niscaya ia akan menemukan banyak sekali ayat-ayat yang berhubungan dengan orang-orang berakal maupun orang-orang berfikir. Dengan kata lain manusia selain diperintahkan untuk beriman juga diperintahkan untuk belajar baik mempelajari ayat-ayat yang tertulis maupun ayat-ayat yang tidak tertulis (sunnatulloh).

Musim haji tahun ini telah terjadi musibah di Mina. Ratusan jamaah haji telah meninggal. Khusus untuk jamaah haji asal Indonesia yang menjadi korban meninggal musibah di Mina telah mencapai 100 orang dan masih ada yang belum ditemukan. (sumber dari mesin pencari). Insyaa Alloh mereka meninggal dalam keadaan khusnul khotimah.

Apakah kejadian ini akan berlalu begitu saja tanpa ada pelajaran atau hikmah yang dapat diambil dari peristiwa ini? Jawabnya adalah "ya" bagi golongan manusia yang tidak mau menggunakan akal dan malas berpikir. Saat ini terutama di media sosial terlalu banyak teori dan prasangka dan siapa yang patut disalahkan. Penulis tidak akan membahas itu karena keterbatasan perangkat untuk melakukan cek, konfirmasi, tabayyun. Bagi penulis setidaknya terdapat satu penyebab yang bersifat utama sekaligus netral. Awal mula tragedi ini adalah adanya arus jamaah haji yang melawan arus. Ya, jika berdasarkan hukum sebab akibat (sunnatulloh) jika tidak ada jamaah haji yang melawan arus maka tragedi Mina secara logika dapat dihindari.

Melawan arus, apakah ini terdengar asing? Bagi penggguna jalan khususnya di ibukota NKRI alias Jakarta hal ini tidak asing bahkan hampir tiap hari masih banyak yang melakukannya. Sudah tahu didepannya macet masih saja melawan arus, jadinya bukannya terurai malah menambah parah. Sudah berapa jiwa yang mengunjungi alam baka gara-gara lawan arus lalu lintas. Kalau di Mina jamaah meninggal ketika beribadah, jika di jalan raya belum tentu dalam rangka ibadah. Jika niatnya untuk maksiat apa nggak konyol. Parahnya lagi dampak lawan arus lalu lintas tidak dialami oleh pelaku tetapi juga membawa korban pihak yang benar/tidak melawan arus. Hal ini dapat dikategorikan menzalimi orang lain. Ada ulama yang berpendapat bahwa taubat atas dosa kepada manusia belum diterima jika belum meminta maaf/mengembalikan harta pihak yang dizalimi.

Apakah tragedi Mina ini membawa pelajaran bagi manusia terutama yang biasa melawan arus? Semoga saja dan pada akhirnya semuanya akan patuh dan tertib berlalu lintas.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun