Siskamling Ronda, masih Efektifkah?
Sistem keamanan lingkungan atau siskamling beberapa puluh tahun yang lalu pernah eksis dilakukan oleh warga masyarakat. Namun seiring berjalannya waktu dan perkembangan zaman kegiatan siskamling seakan luntur dan menghilang ditelan perubahan waktu.
Sebagaimana diketahui bahwa siskamling ronda bertujuan untuk menjaga stabilitas keamanan warga setempat. Siskamling dijalankan warga masyarakat di tingkat Rukun Tangga/Rukun Warga (RT/RW) dengan mengadakan ronda malam dengan keliling mendatangi rumah-rumah warga pada malam hari.
Titik pertemuan warga yang bertugas ronda untuk mengawali dan mengakhiri keliling ke rumah warga biasanya di gardu Pos ronda. Warga masyarakat yang bertugas pun dibuatkan jadwal ronda secara bergiliran setiap malam hari. Jumlah petugas ronda pun sangat bervariasi sesuai kebutuhan, kepentingan dan kepadatan jumlah warga setempat, Â namun rata-rata berkisar antara tiga sampai lima orang.
Dalam melaksanakan tugas petugas ronda mendatangi rumah-rumah warga untuk memastikan keamanan lingkungan dari tindak kejahatan seseorang terurama pencurian dan tindak kriminal lain.
Sembari bertugas keliling dari rumah ke rumah warga petugas ronda juga mengambil jimpitan beras yang disediakan setiap rumah tangga di depan rumah masing-masing.
Beras yang terkumpul kemudian diuangkan dan hasil penjualan beras digunakan untuk kepentingan bersama warga, misalnya perbaikan jalan, perbaikan pos ronda, bantuan sosial dan sebagainya.
Jimpitan beras berjalan beberapa dekade, numun dirasa oleh warga kurang efektif sehingga jimpitan tidak lagi berupa beras tetapi diganti dengan koin mulai Rp 100, Rp 200, dan 500 rupiah per rumah tangga permalam. Hasil pengumpulan koin digunakan berdasarkan  kepentingan bersama warga.
Dalam waktu sebulan koin bisa terkumpul misalnya Rp 500 x 25 rumah tangga x 30 hari = Rp 375.000,00. Dalam satu tahun koin bisa terkumpul sejumlah Rp 375.000,00 x 12 bulan = Rp 4.500.000,00.
Sesungguhnya siskamling dengan sistem ronda keliling masih memiliki nilai guna baik dari segi keamanan lingkungan, sosiologis maupun ekonomis.
Keberlangsungan siskamling sistem ronda rupanya tidak bisa berjalan dan bertahan lama karena berbagai alasan, yaitu:
1. Kesibukan kerja banyak orang di siang hari mengakibatkan kelelahan di malam hari.
2. Menjaga keamanan rumah tangga masing-masing dirasa lebih efektif.
3. Rasa jenuh untuk berkeliling dari rumah-rumah pada setiap malam hari sesuai jadwal.
4. Kondisi alam dan cuaca misalnya musim penghujan membuat malas untuk melaksanakan ronda dan berkeliling ke rumah-rumah warga.
5. Tidak ada regenerasi sehingga jadwal terputus pada generasi-generasi selanjutnya.
6. Mobilisasi perpindahan penduduk keluar daerah.
7. Adanya pengaruh pola hidup dan tata nilai sosial budaya di dalam masyarakat.
8. Tidak adanya sanksi hukum bagi warga masyarakat yang melanggar kegiatan tersebut.
Meskipun demikian hingga saat ini masih dijumpai warga masyarakat yang tetap melestarikan budaya siskamling dengan ronda malam.
Semoga warga masyarakat semakin menyadari arti pentingnya keamanan lingkungan dan mampu menjauhkan diri dari tindak kejahatan dan kriminalitas di lingkungan masing-masing.
Penulis: kompasiana. com/wagiyo atiq
Pemerhati lingkungan sosial.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H