Hal ini berkaca dari kejadian tahun lalu dimana kurangnya fasilitas pelindung diri menjadikan mertua bapak Khoirul meninggal dunia akibat infeksi yang disebabkan tusuk sate yang menancap di kakinya saat bertugas mengelola sampah.Â
Dengan nada pasrah bapak Khoirul hanya bisa bergumam. "sampai kapan mau menunggu pemerintah mas? Orang pemerintah tidak mendengarkan suara orang kecil, gayanya tok kalo udah mau coblosan". Apa yang bapak Khoirul katakan bukan lah omong kosong di siang bolong belaka.Â
Untuk menjawab pertanyaan siapa yang bertanggung jawab atas kecelakaan ini pun tidak jelas. Seakan-akan kematian dari mertua bapak Khoirul hanya dianggap sebagai bagian dari siklus kehidupan yang normal.Â
Paling menyedihkannya lagi hingga saat ini sama sekali tidak ada perubahan apapun, baik itu antisipasi supaya tidak terulangi lagi ataupun pertanggungjawaban dari pihak yang terkait, seakan-akan tidak ada masalah apapun dan kehidupan berjalan dengan normal.
Setelah menelaah secara mendalam mengenai masalah ini, kami memahami bahwa masalah sampah timbul akibat adanya sebuah sistem pengelolaan sampah yang kurang baik. Sehingga jika tidak ada sistem pengelolaan sampah yang baik maka tempat pembuangan sampah Jelbuk tidak akan mampu menghadapi budaya konsumerisme, di mana dengan budaya tersebut masyarakat menjadi terus-terusan berketergantungan untuk mengkonsumsi produk yang didesain tidak tahan lama.Â
Artinya, semakin tinggi konsumsi masyarakat semakin tinggi pula sampah yang dihasilkan. Otomatis potensi sampah yang menumpuk di tempat pembuangan sampah Jelbuk akan lebih banyak dari tahun sebelumnya.Â
Berbicara tentang permasalahan masifnya sampah yang dihasilkan dari masyarakat, hal ini tidak lepas dari perhatian ilmuwan barat seperti Andre Gorz yang termaktub dalam karya Goldblatt . Yang mana dengan dilema perusahan untuk menghasilkan produk dengan nilai tambah yang lebih tinggi, menyebabkan corak produksi barang benar-benar dirancang untuk kurang bersahabat dengan alam, hal tersebut dilakukan untuk menekan biaya produksi.Â
selain itu perusahaan akan lebih meningkatkan penjualan produk dengan daya tahan rendah dan kurang dalam hal ketahanan, sehingga dengan begitu tingkat konsumsi masyarakat akan benar benar meningkat (Goldblatt, 2019: 121).
Sebenarnya pengelolaan sampah yang ada di Desa Jelbuk benar-benar perlu diperhatikan secara intens, karena masalah ini diakibatkan kurang baiknya sistem pengelolaan sampah dan dirasa tidak mampu menghadapi peningkatan volume sampah yang timbul akibat budaya konsumerisme.Â
Meskipun desa telah mengambil tindakan untuk menyediakan tempat pembuangan, tetap saja masalah ini menjadi berat jika hanya dibebankan pada desa saja, sehingga perlu adanya pendampingan dari pihak Dinas Lingkungan hidup untuk turut memberikan pengetahuan dan prosedur yang sesuai dalam pengelolaan sampah.Â