Aktivitas ini sudah berjalan sejak tahun 2019, pada saat itu Kepala Desa Jelbuk memutuskan untuk berhenti bekerja sama dengan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) yang disebabkan tarif penjemputan sampah yang mahal.
 "Dulu yang bayar DLH itu dari uang iuran pasar mas, terus karena pasar merasa keberatan akhirnya minta bantuan desa, nah waktu kita ke kantornya itu buat minta kompensasi, ternyata bilang kalo tetep harus mbayar 800rb.Â
Kok tetep mahal, yaudah mas akhirnya kita manfaatin lahan kosong punya desa" ujar pak Syamsul. Sebagai gantinya, desa memindahkan tempat pembuangan sampah yang awalnya berada di belakang pasar Jelbuk menjadi di sebelah lapangan Jelbuk dan menyediakan mobil bak terbuka untuk operasional pengelolaan sampah.Â
Hal ini ditujukan supaya daya tampung tempat pembuangan sampah lebih banyak dan menjauhkannya dari pemukiman warga.
Beberapa kali kami sempat berkunjung ke rumah warga setempat dengan tujuan untuk mengetahui respon masyarakat mengenai adanya tempat pembuangan sampah di sebelah lapangan Jelbuk tersebut.Â
Berdasarkan keterangan yang disampaikan Ketua Rukun Warga setempat, bahwa seiring dengan adanya tempat pembuangan sampah di dekat lapangan Jelbuk kebiasaan buruk masyarakat setempat, seperti membuang sampah di sungai bahkan di pinggir jalan perlahan-lahan menghilang. Masyarakat Jelbuk sendiri merasa sangat dimudahkan dengan adanya penjemputan sampah di tiap titik tertentu.Â
Dampak positif ini tidak hanya berpengaruh kepada masyarakat yang berlangganan saja, masyarakat yang tidak berlangganan juga merasa dimudahkan dengan adanya tempat pembuangan tersebut untuk bisa membuang sampah rumah tangganya ke tempat yang lebih layak.
 Akan tetapi berbeda respon bagi bapak Khoirul selaku sopir mobil sampah yang berdampingan langsung dengan pengelolaan sampah tersebut. Beliau justru merasa dirugikan dengan pengelolaan sampah ini, pendapatan beliu melalui iuran sampah belum bisa menjamin kebutuhan keluarganya, gaji bersih beliau hanya sekitar Rp800.000 sebulan yang diambil dari iuran sampah.Â
Beliau juga menyayangkan tidak adanya fasilitas seperti alat-alat kebersihan maupun pelindung diri. Padahal pemenuhan fasilitas tersebut dirasa penting karena adanya alat-alat tersebut tidak hanya akan mendukung pengelolaan sampah tetapi juga akan menjamin keselamatan orang yang ditugaskan untuk mengelola sampah.Â